Follow Us @agnes_bemoe

Sunday 31 January 2021

"SIAPA MENCURI MAKANAN BOBO?" - BISAKAH IDE CERITA DARI KISAH NYATA?

January 31, 2021 0 Comments

 




Menurut saya, bisa sih.


Kalau teman-teman baca buku aktivitas saya yang berjudul “PAK KETOPRAK KOKI AJAIB”, beberapa cerita di dalamnya didasarkan dari pengalaman nyata. Misalnya cerita “Nasi Goreng dalam Selimut”, itu adalah pengalaman saya sendiri yang bangun tidur kelaparan :D



*) psst... buku "PAK KETOPRAK KOKI AJAIB" masih ada di Gramedia.com lho ^_*


Berikut ini satu contoh lagi bahwa suatu cerita bisa disusun dari kisah nyata.


Sekitan tahun 2014, saya sedang fb-an ketika menemukan cerita tentang seekor golden retriever yang merelakan makanannya diambil oleh seekor kucing liar. Wah, ini menarik sekali, pikir saya.


Anjing dan kucing secara umum digambarkan bermusuhan dan tak mungkin bisa bersahabat. Menemukan kenyataan seekor anjing memberi makan seekor kucing, pasti luar biasa.


Nah saya ambil inti cerita ini: seekor anjing memberi makan seekor kucing liar. Jadi, hanya inti ini yang sama dengan kisah nyatanya. Dari sini saya kembangkan tokoh dan settingnya.


Saya bermaksud membuat cerita itu terjadi di sebuah rumah, dengan tokoh “Si Aku” sebagai pemilik si anjing. Hasilnya seperti yang bisa teman-teman baca di artikel ini.


Apakah ini plagiat?


Tentu tidak. Cerita seperti ini disebut “inspired” atau terinsipirasi dari kisah nyata. Perhatikan bahwa saya tidak menyalin mentah-mentah cerita si anjing. Saya ubah dan kreasikan lagi menjadi suatu cerita baru dengan INTI yang sama.


Teman-teman bisa mengambil inspirasi dari kisah yang sama lalu diubah. Misalnya settingnya bukan di rumah tetapi di shelter. Tokoh utamanya tetap si anjing dan si kucing (tidak ada manusianya); bisa dari sudut pandang si anjing, bisa juga dari sudut pandang si kucing.


Atau teman-teman bisa mengubah total karakter asalnya dan membuat sesuatu yang baru tapi dengan pesan yang sama. Ini yang kita sebut mengambil PREMIS cerita.


Premis cerita anjing dan kucing di atas adalah: membantu yang lemah/membutuhkan. Bisa ditambahkan: tanpa memandang perbedaan. Pendeknya: kindness.  Ini premis yang bagus sekali sehingga menjadi mudah dikembangkan menjadi cerita.


Begitulah, suatu kisah nyata bisa menjadi sebuah cerita fiksi.


Catatan: uraian saya di atas ini uraian sederhana ya. Bila menyangkut manusia, dll, pasti perlu dipikirkan permintaan izin dari yang bersangkutan (mungkin) atau hal-hal yang menyangkut hukum lainnya.


Oke deh, kalau begitu, silakan dibaca cerita saya: SIAPA MENCURI MAKANAN BOBO?


Minta kritiknya ya. Terima kasih.


***

Pebatuan, 1 Februari 2021

@agnes_bemoe

Saturday 30 January 2021

TERJEMAHAN "VIELLEICHT HAT SIE EIN ROSA HEMD" KARYA WOLFGANG BORCHERT

January 30, 2021 0 Comments

 

Saya sedang senang menerjemahkan karya Wolfgang Borchert dan saya menemukan cerita pendek ini: Vielleicht Hat Sie Ein Rosa Hemd.


Saya terkejut sewaktu semakin teliti membacanya: Herr Borchert bercerita tentang “toxic masculinity” yang sekarang ramai diangkat, baik oleh psikolog maupun feminis.


Apakah saat itu orang juga membahas topik ini seperti sekarang?


Saya duga, tidak. Ini menunjukkan bahwa permasalahan ini sudah lama ada; sudah lama menjadi masalah. 

Dugaan saya Herr Borchert mengangkatnya untuk menunjukkan kontradiksi perang; keras – lemah. Laki-laki – perempuan.


Tapi, bisa jadi saya salah. Mungkin Herr Borchert hendak mengkritisi struktur tentang laki-laki dan perempuan yang dibangun masyarakat.


Yang jelas, cerita pendek ini –buat saya- sangat menarik untuk dibaca dan direnungkan. Mudah-mudahan saya sudah menerjemahkannya dengan baik.


 



Ich habe Wolfgang Borcherts Werk übersetzt und bin auf diese Kurzgeschichte gestoßen: Vielleicht Hat Sie Ein Rosa Hemd.


Ich war überrascht, es genauer zu lesen: Herr Borchert erzählte mir von "toxischer Männlichkeit", die jetzt sowohl von Psychologen als auch von Feministinnen gefördert wird.


War es diese Zeit, als die Leute dieses Thema so diskutierten, wie sie jetzt sind?


Das glaube ich nicht. Dies zeigt, daβ dieses Problem schon lange besteht. Das ist seit langem ein Problem. Ich vermute, Herr Borchert hat es angesprochen, um den Widerspruch des Krieges zu zeigen; hart - schwach. Männlich - Weiblich.


Aber ich könnte mich irren. Vielleicht möchte Herr Borchert die von der Gesellschaft aufgebaute Struktur von Männern und Frauen kritisieren.


Was klar ist, diese Kurzgeschichte ist für mich sehr interessant zu lesen und nachzudenken. Hoffentlich habe ich es gut übersetzt.


Ceritanya dapat dibaca di sini. Terima kasih dan mohon kritiknya. 


***


Pebatuan, 31 Januari 2021

@agnes_bemoe

Thursday 28 January 2021

BOOKS THROUGH MY EYES [BTME]: CINTA LINGKUNGAN DENGAN CARA YANG MENYENANGKAN

January 28, 2021 0 Comments

 Buku #6




Seri Cinta Lingkungan:
1. Cerdas Berhemat Kertas
2. Tanaman Tanpa Lahan
3. Mahir Berhemat Air
4. Cerdik Mengirit Listrik
5. Ada Akal dengan Bekal
Penulis: C. Krismarina W.
Ilustrator:
1. Chatarina Hayu
2. Bayu Aryo Dewantho
3. Hartining
4. Alvin Adhi
5. Tim Inner Child
Penerbit: Tiga Ananda
Tahun Terbit: 2019




Ini adalah serial yang bermanfaat sekali untuk mengenalkan (atau menguatkan) anak atas usaha merawat lingkungan.

Buku-buku dengan tema khusus seperti ini, kalau kurang hati-hati, bisa jadi buku yang berat, kaku, atau terasa dipaksakan agar cocok dengan tema. Untunglah itu tak terjadi pada lima judul di serial ini.



Pertama-tama, ceritanya mengalir lancar dan sistematis, mirip orang yang mendaki gunung; jalan-menanjak-menanjak-puncak-turun-turun-sampai. Jadi, asyik membacanya. Kalimatnya pun dituliskan pendek-pendek dan sederhana. Cocok sekali untuk yang baru mulai mengenal kata dan kalimat.

Yang kedua, tokoh anak-anak memegang peranan di sini. Tak kita jumpai tokoh orang dewasa yang berkotbah tentang pentingnya menjaga alam. Anak (pembaca) dapat mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan apa yang mereka baca.

Yang ketiga, solusi perawatan alam yang ditawarkan buku ini adalah yang bisa dijumpai anak sehari-hari di rumah/lingkungan mereka. Pembaca pasti bisa langsung mengidentifikasi dengan contoh di lingkungan mereka sendiri.

Kalau boleh menambah, yang keempat, saya suka bentuknya yang single book, bukan bundling. Saya yakin buku tunggal akan lebih mudah dipegang oleh para pembaca kecil.

Last but not least, ilustrasinya. Favorit saya adalah ilustrasi di cerita “Cerdas Berhemat Kertas”. Ilustrasinya imut, kartunik, dan ekspresif. Unik banget!

Untuk semua ilustrasi, saya sangat menghargai bahwa anak-anak yang digambarkan adalah anak-anak Indonesia. Sekarang sudah semakin sulit menemukan tokoh-tokoh yang umum, yang bukan dari golongan tertentu.

Karenanya, senang sekali bahwa anak-anak digambarkan seperti anak Indonesia. Saya membayangkan, anak-anak NTT atau Papua bisa merasa terkoneksi dengan tokoh-tokoh ini.




Ayah Ibu yang punya anak yang baru kenal kata dan kalimat, buku ini tak hanya mengasyikkan tapi juga bisa membantu anak-anak lancar membaca. Dan tentu saja, sambil membaca, mereka menyerap nilai-nilai cinta lingkungan.


Selamat buat Menik. Ditunggu karya berikutnya.



***

Pebatuan, 29 Januari 2021
@agnes_bemoe

"JAM DAPUR" DI MATA UDO INDRA

January 28, 2021 0 Comments

Sebelas tahunan yang lalu saya kenal Udo Indra lewat komunitas menulis di milis, namanya "Yuk Nulis". 


Udo Indra


Udo (begitu saya biasa memanggilnya) ternyata piawai banget dalam hal mengulik puisi. Kalau sudah membahas satu puisi, wuihh... rasanya kita diajak berkelana ke alam mana gitu, tempat kita bisa menikmati dan mengekplorasi setiap sudutnya. 


Pembahasan Udo tentang puisi dituangkannya dalam rangkaian tulisan yang dinamakan "Puisi Tengah Malam". Tagline-nya adalah "Semoga Awet." Dan yang tak terlupakan, tulisannya selalu diakhiri dengan "Krikk... Krikkk", seperti suara derik radio. 


Selain mengulik puisi, Udo juga piawai membedah buku, terutama puisi dan prosa. Membaca review Udo atas suatu buku membantu kita mengenali sudut-sudut buku yang (mungkin) belum terjangkau oleh penglihatan kita. Ulasan Udo itu dikumpulkan dalam sebuah page yang dinamakan "Afriza Review".


Nah, nah, sebelas tahun berlalu. Saya sudah tak terlalu banyak menulis puisi. Namun, persahabatan dengan Udo masih berlangsung. 


Beberapa waktu yang lalu saya kan membuat terjemahan sebuah cerpen karya sastrawan Jerman, Wolfgang Borchert. Terjemahan cerpen itu bisa dibaca di siniTak nyana, Udo membacanya dan berkenan menguliknya! Waw! Senangnya saya!



Udo mengunggah ulikannya di podcastnya. Hasilnya bisa didengarkan di sini. Jangan lupa di-love ya. Boleh di-share juga. 


"Terima kasih, Udo, sudah berkenan membaca dan mengulasnya. Sangat berarti buat saya. Semoga awet, dan... Krikk... Kriikkk!" - Agnie (--> ini panggilan Udo buat saya... hahaha...)


***


Pebatuan, 29 Januari 2021

@agnes_bemoe

Monday 18 January 2021

MENULIS CERITA ANAK KRISTIANI: SEBUAH CONTOH

January 18, 2021 0 Comments

 

Kumpulan Kisah Santo Santa, Penerbit Genta, 2013

Bila di tulisan sebelumnya saya menyampaikan apa yang menurut saya penting dalam sebuah cerita anak kristiani, di tulisan ini saya berniat untuk lebih membicarakan hal teknis dan praktis. Tulisan yang sebelumnya dapat dibaca di sini.


Supaya mudah, saya membuatnya dengan contoh tulisan. Tentu saja, ini bukan satu-satunya cara dan bahkan mungkin bukan teknis yang sempurna. Saya hanya berbagi teknik yang cocok buat saya. Teman-teman tentu saja punya lebih banyak cara atau bisa mengeksplorasi lagi dengan cara-cara yang lain.



Kisah Santo Santa dan Binatang, Kanisius, 2015



Nah, taruhlah saya mengambil ide dari Kitab Suci, tepatnya dari ayat-ayatnya yang penuh makna. Maka saya mencari ayat-ayat Kitab Suci yang saya rasa menarik kalau dibuat cerita.


Sudah saya dapatkan, yaitu dari Injil Lukas 10 ayat 27

 “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

 

Saya baca perikopnya secara keseluruhan untuk memahami konteksnya. Perikop ini bercerita tentang orang Samaria yang baik hati. Perumpamaan itu diceritakan Yesus untuk menjelaskan siapa “sesama” itu. Yesus ingin menekankan bahwa sesama adalah siapa saja, tidak terbatas pada suku, kelompok, agama, dll.


Saya menangkap bahwa kata kunci dalam cerita ini adalah orang atau kondisi yang berbeda. Perbedaan. Perbedaan ini untuk menggambarkan bahwa “biarpun berbeda, kita semua sesama”.


Saya mulai mencari hal-hal yang bisa menggambarkan perbedaan; kaya-miskin? besar-kecil? Tua-muda?


Saya memilih besar-kecil karena menurut saya lebih mudah dicarikan contoh fisiknya. Banyak hal menunjukkan perbedaan besar-kecil; singa-tikus? Bunga matahari-bunga melati? Atau… raksasa? Saya memilih raksasa.

Dengan itulah saya mendapatkan karakter cerita.

 




Karena karakternya raksasa, saya merasa lebih tepat kalau setting tempatnya adalah hutan. Nah, saya mendapatkan setting tempat untuk cerita saya, yaitu hutan.

 


Lalu, mengenai ceritanya, jujur, bila mengambil inspirasi dari Kitab Suci, sebenarnya kita sudah sangat terbantu oleh Kitab Suci. Kitab Suci biasanya sudah memberikan gambaran cerita.


Dalam hal ini, orang Samaria yang baik hati mau menolong orang Yahudi yang sedang kesusahan biarpun sehari-harinya orang Yahudi menganggap rendah orang Samaria.


Saya pun mendapatkan dua nilai yang perlu ditonjolkan di sini, yakni “Menolong orang yang selalu menganggap rendah kita” dan “jangan menilai rendah orang lain hanya karena berbeda”. Kedua nilai ini segera saya jadikan dasar konflik cerita.


Saya sudah mendapatkan karakter yang cocok juga konflik cerita. Selanjutnya saya mulai mereka-reka jalan ceritanya. Pada tahapan ini saya tak punya trik khusus. Saya murni mengandalkan kemampuan berkhayal dan memetakan cerita di kepala saya.

 


Selanjutnya adalah proses standar: W-R-R alias Write, Revise, Rewrite. Tulis ceritanya, biarkan mengalir dari hati (dan khayalan… hahaha…), lalu baca ulang. Kali ini gunakan kepala dengan ‘darah dingin’. Perbaiki, tambahkan, kurangkan. Lalu tulis ulang.

 


Cek sekali lagi apakah cerita sudah benar-benar menggambarkan ayat Kitab Suci yang hendak ditonjolkan. Kita harus benar-benar jujur dan hati-hati dalam hal ini.


Bila sudah, ada baiknya meminta orang lain untuk membaca karya kita. Orang lain bisa lebih obyektif dan teliti (terutama karena kita sudah ‘kebal’ dengan tulisan kita sendiri).


Nah, begitulah, kita sudah menyusun satu cerita berdasarkan sebuah ayat Kitab Suci. Oh ya, contoh di atas saya tuangkan dalam cerita Jojo dan Raksasa Mini. Silakan dibaca.

 

Begitulah kira-kira saya menulis cerita anak kristiani. Bila temans punya cara yang berbeda, mari berbagi di kolom komentar.


***


Pebatuan, 19 Januari 2021

@agnes_Bemoe



 

Sunday 17 January 2021

CERITA ANAK: HAL KECIL YANG BISA KULAKUKAN

January 17, 2021 5 Comments



Saya ingin berbagi sebuah cerita pendek anak karya saya, judulnya "Hal Kecil yang Bisa Kulakukan". Cerpen ini saya tulis tahun 2019, di sela-sela kekeringan ide dan kendala-kendala yang lain. 


Oh ya, tema cerpen ini adalah "kebaikan hati" (kindness). Saya agak miris melihat bahwa kita hidup di dunia yang "kejam" (dalam tanda kutip ya). Orang-orang (dewasa) harus menjadi galak dan jahat kalau tak mau ditindas. Orang-orang dewasa dahulu mendahului dalam hal menjadi egois. Kalau tidak -lagi-lagi- harus puas menjadi yang terinjak. 


Anak-anak, di lain pihak, melihat contoh perilaku - di rumah, di masyarakat- yang kurang tepat ini, nyaris setiap hari dalam kehidupannya. 


Cerita ini bukan solusi (mungkin) tapi saya harapkan bisa menjadi oase bagi siapa saja yang membacanya: kebaikan hati masih ada dan masih bisa menghangatkan hati, paling tidak bagi yang membacanya.


Oke deh, tanpa panjang lebar lagi, silakan klik tautan berikut ini ya: HAL KECIL YANG BISA KULAKUKAN  untuk membacanya. Jangan lupa, berikan tanggapannya. Terima kasih. 


Catatan: link cerita sudah saya hapus ya. Cerita akan saya pindahkan ke link baru. Kalau sudah, nanti saya unggah lagi. 

***


Pebatuan, 18 Januari 2021

@agnes_bemoe


P.S 

Ini buku terbaru saya, "Pak Ketoprak Koki Ajaib". Ini adalah buku multi-aktivitas, berisi cerita, mewarnai, mengenal kata dan angka, TTS, maze, dan resep. Sudah ada di TB Gramedia atau Gramedia.com. Yuuk, dicari!




Saturday 9 January 2021

MENULIS CERITA ANAK KRISTIANI

January 09, 2021 0 Comments

 

12 Hiasa Pohon Natal, 2016, Grasindo

Seorang teman di facebook menyarankan saya membuka kelas penulisan cerita anak kristiani. Saya bukannya tidak setuju. Masalahnya, saya tidak terlalu piawai mengajar selain juga ilmu yang masih sangat pas-pasan. Mudah-mudahan suatu saat kalau sudah lebih pinter, saya pertimbangkan untuk membuat kelas belajar menulis cerita anak kristiani.


Yang mau saya tuliskan ini bukan pengajaran. Lebih pada apa yang saya pribadi lakukan pada saat menulis buku cerita anak kristiani:


1.       Kisah Santo-Santa, Penerbit Genta (Imprint Penerbit BIP), 2013

2.       Kisah Para Kudus dan Binatang, Penerbit Kanisius, 2015

3.       Priscilla’s Easter Eggs and The Other Easter Stories, Penerbit Andi, 2015

4.       12 Hiasan Pohon Natal, Penerbit Grasindo, 2016

 

Kisah Santo Santa, 2013, Penerbit Genta

Apa syarat cerita anak kristiani?

1.       Menarik. Menurut saya, cerita anak kristiani pertama-tama haruslah menarik. Ingatlah bahwa pembaca target adalah anak-anak. Betapapun relijiusnya seorang anak, bila ia  membaca sesuatu yang membosankan atau membingungkan, ia tak akan tertarik. Lebih parah lagi, ia akan membaca dalam keadaan tertekan (mungkin karena wajib) dan hal ini malah menjauhkan maksud semula yaitu mendekatkan anak dengan relijiusitas.


 

Cerita anak kristiani yang menarik sebaiknya ditulis dengan ringan, sedapat bisa menghindari pengajaran atau bahkan pengkotbahan. Anak akan lebih tertarik pada sebuah cerita bila mereka merasa menjadi “hero” dalam kisah tersebut, dan bukannya “anak kecil” yang dikuliahi (ya, mereka memang masih kecil tapi mereka berhak punya pendapat sendiri). Biarkan anak menikmati, mencari, dan lalu menemukan sendiri makna cerita tersebut.

 

Cerita yang menarik tentu saja dibangun dari unsur-unsur di dalamnya yang disusun sedemikian rupa sehingga mencubit perhatian pembaca: penokohannya, karakternya, konfliknya, plotnya, sampai cara penyelesaian masalahnya. Intinya, secara instrinsik cerita itu mesti dibangun sedemikian rupa sehingga merebut perhatian pembaca.

 

Termasuk yang akan menjadikan cerita menarik adalah idenya. Entah ide tentang temanya, entah ide tentang settingnya, atau  ide tentang tokoh-tokohnya.  Ide tidak selalu berarti sesuatu yang baru yang datang dari ruang hampa. Apa saja yang terasa lebih refreshing bisa dimasukkan menjadi suatu ide menarik.

 

Karena terkait dengan buku/cerita anak, tidak boleh dilupakan unsur yang satu ini, yaitu ilustrasi. Bagi anak, ilustrasi adalah bahasa non-verbal, sarana baginya untuk memahami dan menikmati cerita. Ilustrasi yang bagus sudah pasti membuat buku atau cerita menjadi menarik.


Salah satu cerita anak kristiani karya penulis Indonesia yang saya anggap menarik adalah satu Seri Perumpamaan yang ditulis oleh Yovita Siswati


Perumpamaan tentang Kasih, Pengampunan, dan Pertobatan, Yovita Siswati.


 2.       Berisi pesan/makna kristiani. Pesan kristiani ini bisa tersurat bisa juga tersirat. Cerita-cerita Alkitab, Natal, Paskah, Para Nabi, dll adalah kisah-kisah tersurat tentang kekristenan. 


Priscilla's Easter Eggs and Other Easter Stories, 2015, Penerbit Andi





Saya belum menemukan contoh buku anak kristiani dengan pesan tersirat yang ditulis oleh penulis Indonesia. Namun, contoh dari penulis luar ada banyak.

 




Cerita “A Party to Remember” karya Tim Tebow ini digolongkan ke dalam cerita anak kristiani. Kalau dibaca isinya, sedikitpun tidak menyebutkan kata Christian, atau Jesus, atau apapun yang terkait dengan kekristenan. Namun jelas bahwa makna kisah yang dibawanya adalah kasih pada orang yang berbeda. Dan itu jelas sangat kristiani.

 

Siapa boleh menulis cerita anak kristiani?

Mungkin ada pembatasan untuk menulis cerita anak kristiani. Kalau ada, saya tidak tahu. Namun, menurut hemat saya, siapapun boleh menulis cerita anak kristiani.






Namun demikian, untuk penerbitannya,  dalam aturan  Gereja Katolik ada yang disebut nihil obstat dan imprimatur. Nihil Obstat secara harafiah berarti “tidak ada halangan” dan “imprimatur” berarti “boleh terbit”. Izin ini biasanya diberikan oleh pejabat gereja katolik dalam hal ini Uskup. Ini karena materi yang ditulis diharapkan tidak bertentangan dengan pengajaran Gereja Katolik. Nihil Obstat dan Imprimatur biasanya diperlukan untuk kelompok buku Kitab Suci, Liturgi dan Doa, Katekese, serta Iman dan Moral. Tentang ini bisa dibaca di sini: Tentang Nihil Obstat dan Imprimatur



Sewaktu menulis tentang kisah para kudus (karena para kudus ini tidak unik milik Gereja Katolik. Gereja Orthodoks dan Anglikan juga memiliki para kudusnya) saya berkonsultasi dengan seorang pastor. 


Namun, intinya adalah, silakan menulis tapi jangan lupa berhati-hati dan bertanggung jawab akan isinya.


 

Apa Saja yang Bisa Ditulis?

Sepertinya, buku anak kristiani banyak ditulis untuk pembaca usia TK – SD. Sebenarnya berbagai genre untuk berbagai rentang usia (anak) bisa ditulis dengan tema kristiani:

1.       Wordless Book, usia 0 – 3, tanpa kata, hanya ilustrasi

2.       Picture Book, usia 2 – 8, 200 – 800 kata, dengan ilustrasi di setiap halaman

3.       Picture Story Book, usia 6 – 10, 1000 – 3000 kata, ilustrasi di setiap halaman

4.       Chapter Book, usia 6 – 13, 3000 – 15.000 kata, ilustrasi di beberapa halaman

 

Dari Mana Idenya?

Saya menulis kisah para kudus karena saya suka dengan kisah hidup mereka. Bagi saya, kisah para kudus itu lebih membumi dan dekat dengan sisi kemanusiaan saya (berbanding kisah Nabi, misalnya). Ini tentu pendapat pribadi. Namun, dengan pemikiran seperti itulah saya mendapat ide untuk menuangkan kembali kisah para kudus ke dalam cerita.


Kisah Ssanto Santa dan Binatang, Kanisius, 2015



Untuk kisah Natal dan Paskah, sudah jelas. Itu adalah dua peristiwa terbesar dalam ajaran kristiani. Peristiwa-peristiwa itu bisa mengucurkan ide yang banyak pada para penulis.


Selain itu, tentu Alkitab bisa menjadi sumber ide yang tak ada habisnya.


Bila kita mau meniti cerita dengan makna tersirat, lebih luas lagi ladang ide yang bisa kita garap.






Buku anak kristiani pun tidak selalu harus fiksi. Buku-buku non fiksi, semacam buku aktivitas, buku doa, biografi kecil, atau sejarah terkait tema kristiani bisa disusun oleh penulis.

 

Lalu, Bagaimana Menuliskannya?

Secara teknis proses menuliskan cerita anak kristiani tidak terlalu berbeda dengan menulis cerita anak pada umumnya. Namun demikian untuk cerita anak kristiani proses teknis harus dibarengi dengan sesuatu yang sangat mendasar. Seorang penulis cerita anak kristiani dari USA punya pendapat yang perlu kita simak:


The basic skills needed for writing for Christian children are the same as writing for the secular children’s market. The difference comes in the writer’s motivation, which is to share his or her love for and knowledge of Christ with the reader. This is the overall theme of everything written for Christian children, whether specifically stated or implied. (Kathleen Muldoon)


Perhatikan bahwa kecintaan akan Kristus sendiri hendaknya menjadi motivasi dasar bagi para penulis. Teknik menulis bisa dipelajari tapi satu hal ini, yakni kecitaan akan Kristus, berdasarkan pertemuan akan kasihNya, ini yang secara spesifik hanya dan harus dimiliki oleh para penulis buku anak kristiani.

 

Saya rasa, itulah yang bisa saya bagikan kalau menyangkut penulisan cerita anak kristiani. Semoga bermanfaat (dan, ayo rame-rame menulis cerita anak kristiani!).


Jangan lupa untuk mendukung buku anak kristiani dengan membeli dan membacanya ya.

 


Ilustrasi dalam buku "12 Hiasan Pohon Natal" karya Elisabeth Lisa


Baca juga: MENULIS CERITA ANAK KRISTIANI: SEBUAH CONTOH


 ***

Pebatuan, 10 Januari 2021

@agnes_bemoe

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: MENYELAMATKAN SEORANG VETERAN

January 09, 2021 0 Comments

 Buku #1

4 Januari 2021




Judul: Double Tap (Tembakan Ganda)
Penulis: Steve Martini
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2010
Jumlah halaman: 469
Novel Terjemahan

CEO sebuah perusahaan piranti lunak ditemukan tewas di rumahnya dengan dua bekas tembakan di kepala yang dikenal dengan “double tap”. Tembakan jenis ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang terlatih. Emanuel Ruiz, mantan marinir dan mantan pengawal pribadi Maydeline Champman -sang CEO-, langsung diseret sebagai tertuduh.

Sepertinya tak ada ruang bagi Ruiz untuk menyelamatkan dirinya. Tak hanya ia dikenal sebagai penembak jitu, pistol yang tercatat atas namanya ditemukan di tempat kejadian perkara. Ia juga diketahui punya hubungan pribadi dengan Maydeline dan setelah dipecat oleh Maydeline, ia ketahuan menguntit wanita itu. Ruiz punya motif.

Memberesi masalah inilah tugas Paul Madriani, pengacara bagi para veteran.

Selain berkutat pada masalah pembunuhan -tepatnya masalah persidangan- novel ini juga menyinggung tentang PTSD, gangguan stress akut bagi orang-orang yang mengalami trauma. Ruiz ditengarai menderita PTSD akibat perang demi perang yang dijalaninya.

Menegangkan. Ya. Sangat. Tapi tidak mengerikan (jadi, aman untuk yang mudah triggered).
Suasana drama pengadilan yang sedemikian rupa membuat pembacanya ikut tegang.

Penyelesaiannya yang agak tak terduga, terutama karena di sepanjang novel pengarang menceritakan tentang alot dan frustrasinya pertempuran melawan negara, bila menyangkut rahasia negara (melalui kisah Jim Kaprosky).

Namun, tentu saja itu tidak tanpa sebab. Penyelesaian seperti itu menuntun pada kisah lain yang secara samar-samar diselipkan oleh pengarang, yang akhirnya membuka segalanya menjadi terang benderang.

Begitulah. Novel ini asyik dibaca. Menegangkan sekaligus membuat tak ingin berhenti membaca.

Ada flaw? Menurut saya ada. Cerita tentang Paul Madriani diancam oleh “orang-orang tegap dan cepak” saya rasa seperti ditempelkan. Tak ada maknanya karena tak ada kelanjutannya. Kalau dihilangkan mungkin lebih baik. Kecuali kalau pengarang menindaklanjuti pengancaman ini.
Namun demikian, ini novel yang cukup menghibur (dengan ketegangannya) dan asyik dibaca. Kalau Anda suka thriller hukum, mungkin Anda bisa coba novel ini.
3/5***** dari saya.

***

Pebatuan, 9 Januari 2021
@agnes_bemoe