Follow Us @agnes_bemoe

Thursday, 9 February 2023

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: SUDAH SAATNYA REMAJA DAN ANAK DIAJAK MENCINTAI ALAM

February 09, 2023 0 Comments

 Buku #5




Judul: Ekpedisi Peksi
Penulis: Hening Swastika
Penerbit: Stiletto
ebook
303 halaman


Saya menemukan permata ini di deretan buku anak di Gramedia Digital. Tertarik akan blurb-nya yang menyiratkan bahwa buku ini tentang alam, saya memutuskan untuk membacanya.

Ceritanya sendiri tentang Banyu yang nekat ikut Om Ge-nya dalam sebuah ekspedisi ke Baluran. Pembaca lalu diajak mengikuti penjelajahan Banyu dan Om Ge di "Afrikanya Indonesia" itu.

Pengetahuan penulis tentang alam, tumbuhan, dan hewan, khususnya burung, sangat perlu diacungi jempol. Sangat rinci dan luas dan diceritakan dengan ringan dan alami sehingga pembaca tidak merasa sedang membaca buku teks.

Konsern penulis akan pelestarian alam juga sangat patut diacungi jempol. Kerusakan alam ada di depan mata tapi sepertinya tidak seorangpun tahu atau peduli. Buku ini bisa menjadi colekan awal pada pembaca muda untuk mulai memperhatikan alam.

Cara penulis bercerita juga ringan dan hangat dengan selipan baris-baris yang dalam maknanya di sana-sini.
Yang menjadi kendala buat saya adalah intensitas konfliknya. Saya kesulitan merasakan konfliknya. Tentu saja ada banyak konflik sekunder yang menarik. Namun, sebagai sebuah bangunan cerita, buku ini mungkin butuh konflik yang lebih kuat lagi. Kehilangan konflik itu membuat saya merasa seperti membaca jurnal dan bukannya novel.

Apakah jadinya tidak menarik? Tentu tetap menarik. Hanya saja phase-nya jadi terasa lambat.

Yang berikutnya, biarpun disebutkan untuk semua umur, menurut saya buku ini cocok dibaca untuk para remaja awal atau ke atasnya. Benar, tokohnya masih anak-anak (ABG) tapi gaya penulis bercerita lebih menyiratkan kalau ceritanya ini untuk remaja dan bukannya anak-anak.
Tentu saja tidak ada hal yang buruk buat anak-anak di buku ini. Saya hanya hendak mengomentari tentang pembaca targetnya saja.

Selebihnya, ini adalah novel yang bagus. Buku ini tidak hanya menambah jumlah novel anak (remaja) Indonesia tapi juga memperkaya dengan temanya yang unik dan sangat bermanfaat. Saya harap banyak orangtua mau memilihkan buku ini untuk anak-anaknya.

***

Pekanbaru, 7 Februari 2023


CARA MUDAH MENULIS PICTURE STORY BOOK

February 09, 2023 0 Comments

 



Di awal Januari 2023 ini saya mengikuti sebuah kelas menulis. Salah satu materinya adalah menulis picture story book. Di awal-awal, mentor sudah menyebutkan bahwa cara yang akan beliau ajarkan ini sangat sederhana dan karena kesederhanaannya itu nyaris tak disadari oleh kebanyakan penulis.  Ketika mendengarkannya  lalu menerapkan sendiri saya terkejut akan betapa sederhana dan ‘mudah’-nya langkah ini. Kenapa tak terpikir sejak dulu ya, begitu pikir saya.


Btw, sebelum lanjut, saya membagikan cara ini karena saya pribadi tertarik dengan tekniknya. Teknik ini baru buat saya. Tentu saja akan ada banyak pembaca yang sudah mengenal teknik ini sebelumnya dan bahkan sudah menerapkannya sehingga bagi mereka tulisan ini tidak akan bermanfaat. Tidak apa-apa. Saya menulis untuk siapa saja yang seperti saya: merasa mengenal suatu yang baru dan hendak mempelajarinya. 


Baik, lanjut yaa.


Teknik ini berdasarkan pada kerangka kerja cerita (story framework). Kerangka kerja cerita adalah bagian-bagian yang membentuk keseluruhan cerita. Bagian-bagian itu adalah:


  1. Establish the character (membangun/memperkenalkan karakter)
  2. Hook the audience (menarik perhatian pembaca. Harafiah: menggaet penonton)
  3. Define the problem (menetapkan masalah)
  4. Inciting incident (kejadian memicu masalah menjadi genting)
  5. Escalate the problem (permasalahan menjadi semakin genting)
  6. Peak and Resolution (permasalahan memuncak dan penyelesaiaan)
  7. Satisfying ending (akhir yang memuaskan)

Itulah bagian-bagian yang membentuk cerita atau kerangka kerja cerita. Berdasarkan kerangka itulah kita mulai menguraikan cerita kita. Kita ikuti satu persatu langkah tersebut.


Kita lihat contoh dulu ya.


Contoh diambil dari cerita “Harry the Dirty Dog” karya Gene Zion dan ilustrasi oleh Margaret Bloy Graham.


1.      Establish the character (membangun/memperkenalkan karakter)

 



Di bagian ini penulis memperkenalkan karakternya.

Tanyakan: Apakah pembaca bisa menduga siapa tokohnya dan atau apa kira-kira permasalahannya?


2.      Hook the audience (menarik perhatian pembaca. Harafiah: menggaet penonton)

 


 

Tanyakan: Apakah bagian ini cukup menarik sehingga pembaca akan membuka halaman selanjutnya?


3.      Define the problem (menetapkan masalah)

 



Tanyakan: apa problemnya? Apakah problem ini sesuai dengan kehidupan anak-anak?


4.      Inciting incident (kejadian memicu masalah menjadi genting)

 



Apa kejadian khusus yang memicu permasalahan?


5.      Escalate the problem (permasalahan menjadi semakin genting)

 









Perlahan-lahan tingkatkan kerumitan masalahnya. Atau, berikan permasalahan yang secara bertubi-tubi. Berulang kali tanyakan: Bagaimana perasaan si tokoh? Bagaimana permasalahan memburuk? Apa yang tokoh ingingkan? Sampai akhirnya: apa yang dilakukan tokoh untuk mengatasi permasalahannya?


6.      Peak and Resolution (permasalahan memuncak dan penyelesaiaan)

 





Apa yang tokoh lakukan untuk mengatasi permasalahannya?


7.      Satisfying ending (akhir yang memuaskan)

 




Apakah semua permasalahan sudah terjawab?

 

 

Perhatikan bahwa cerita “Harry the Dirty Dog” disusun mengikuti kerangka kerja cerita. Kelihatannya sederhana namun hasilnya cerita menjadi menarik dengan dinamikanya yang sesuai dengan bangunan cerita itu tadi.

 


Berikutnya, saya mencoba menerapkan untuk saya sendiri. Saya membuat cerita dengan mengikuti kerangka kerja cerita seperti di atas.

 

Pasti hasilnya tidaklah sempurna. Masih ada banyak lubang di sana sini. Namun, saya mulai saja, dan beginilah ceritanya:

 

Cen Nie Melawan Monster

 

1.                 Establish the character (membangun/memperkenalkan karakter)

Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah desa kecil di daratan Cina. Penduduknya hidup dengan damai, sejahtera, dan bahagia.


2.                 Hook the audience (menarik perhatian pembaca. Harafiah: menggaet penonton)

Sampai suatu saat muncullah seekor monster yang amat mengerikan. Nian nama monster itu. Ia memiliki kepala yang sangat besar. Tanduknya panjang, giginya pun runcing dan panjang.

 

Biasanya sebelum melarikan diri mereka meletakkan berbagai macam makanan di depan pintu rumah. Mereka berharap Nian akan cukup puas dengan makanan itu dan tidak akan mengejar mereka. Namun, Nian tetap saja menghancurkan desa mereka  


3.                 Define the problem (menetapkan masalah)

Yang lebih mengerikan Nian memangsa semua yang ditemuinya. Tumbuhan, hewan, bahkan manusia, semua dimakannya! Penduduk desa ketakutan Mereka lari menyelamatkan diri bila Nian datang.


4.            Inciting incident (kejadian memicu masalah menjadi genting)

Demikian terus menerus sepanjang tahun sampai suatu saat ada seorang kakek yang memutuskan untuk mengambil tindakan.


“Aku tidak mau lari! Aku akan hadapi Nian itu!” Demikian kata kakek itu. Semua penduduk desa sudah membujuknya untuk lari tapi Kakek bergeming. Penduduk desa pun meninggalkan Kakek sendirian di desa.

 

5.            Escalate the problem (permasalahan menjadi semakin genting)


Malam semakin larut ketika terdengan bunyi “BUM! BUM!” yang sangat keras. Rupanya Nian sudah dekat. Si Kakek pun bersiap-siap.


Tiba-tiba….


“Ah Kong, mana Ah Ma?” Sebuah suara kecil mengejutkan Kakek. Astaga, itu adalah Cen Nie, cucu kesayangan Kakek.

 

“Cen Nie, mengapa engkau tidak ikut… Aaah!” Kakek tak menyelesaikan kalimatnya. Terdengar raungan yang memekakkan telinga.


“HHRRRAAA!”


Lalu, sebentuk tangan raksasa yang menyerupai batang pohon dengan akar-akarnya menjebol dinding bambu rumah Kakek. Tangan itu menyambar Cen Nie!

“Aaah! Ah Kong!”


Kakek berusaha merain Cen Nie tapi sia-sia. Cen Nie sudah ditarik oleh tangan raksasa itu!

 

6.            Peak and Resolution (permasalahan memuncak dan penyelesaiaan)


Nian, si Monster jahat itu, hendak melahap Cen Nie ketika dilihatnya baju yang dikenakan Cen Nie. Sebuah cheongsam merah menyala.


“HOAAAHHH!”


Nian buru-buru melepaskan Cen Nie dan menutup matanya. Entah kenapa, warna merah cheongsam Cen Nie itu menyakiti matanya!


Kakek melihat hal ini juga. Buru-buru kakek mengambil semua kertas berwarna merah yang mereka punyai. Ia menggantungkannya di pintu dan ambang rumah. Melihat kertas berwarna merah ini Nian semakin meraung-raung. Namun, dia tak mau pergi juga.


Kakek berpikir keras.

“Hmm… bagaimana kalau kubuat dia tambah pusing!” pikir Kakek. Kakek lalu mencari bambu dan memukul-mukulkannya. Ribut sekali!

“Ah, aku juga punya sesuatu!” seru Cen Nie. Ia mengambil petasan hadiah dari A Jin. Cen Nie menyalakan petasan itu.


DOR! DOR! DOR!

DOR! DOR! DOR!

DOR! DOR! DOR!


“Hoooaaahhh!” Nian ketakutan mendengar bunyi-bunyian itu! Monster itu membalikkan badannya lalu mengambil langkah seribu.

Kakek dan Cen Nie masih membunyikan petasa sampai Nian hilang dari pandangan mereka.


8.                   Satisfying ending (akhir yang memuaskan)


Orang-orang kampung yang kembali dari persembunyian heran melihat Kakek dan Cen Nie selamat. Tidak hanya itu saja, desa mereka pun selamat. Tidak ada yang diobrak-abrik oleh Nian.

 

Sejak saat itulah untuk mengusir Nian setiap tahunnya mereka memakai baju merah, memasang kertas dan lampion merah, serta menyalakan petasa dan bunyi-bunyian lain.

 

 ***


Itulah cerita saya, yang saya buat dengan teknik mengikuti kerangka kerja cerita. Buat saya, teknik ini memudahkan kita mengecek bangungan cerita sehingga diharapkan cerita mendapatkan dinamikanya. Silakan kalau teman-teman mau coba dan ceritakan pendapat teman-teman mengenai teknik ini.

 

Oh ya, cerita “Cen Nie Melawan Monster” sudah pernah saya unggah di Instagram saya (@agnes_bemoe) tanggal 27 Januari 2023 lalu. Silakan berkunjung.

 

Terakhir, tidak terkait dengan teknik menulis sih tapi perlu saya garisbawahi: buat teman-teman blogger yang punya kebiasaan mengambil artikel dari blog lain, mengubah-ubah sedikit di bagian yang kurang penting (tapi kerangka besarnya sama, bahkan dengan setiap pilihan katanya), lalu mengunggah di blog-nya sendiri seolah itu hasil pemikirannya sendiri, saya mohon, hentikan kebiasaan itu. Itu tindakan yang tidak jujur. Tidak baik. Anda menjadi bagian dari hal yang jahat. Mungkin Anda dipuji karena ‘tulisan Anda’ tapi itu tidak mengubah fakta bahwa Anda itu orang jahat. Anda hidup dalam kejahatan. Apa mau seperti itu? Kalau tidak, bertobatlah. Mari menulis dengan jujur dan gembira. Salam.

 

 ***


Pebatuan, 10 Februari 2023

@agnes_bemoe

Wednesday, 25 January 2023

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: BARONGSAI DALAM BUKU CERITA ANAK

January 25, 2023 0 Comments

 Buku #4

 

Menari Bersama Singa Merah (ebook, dibaca di aplikasi Let's Read)

Penulis: Jessica Valentina

Illustrator: Alima Nufus

Diterbitkan oleh The Asia Foundation - Let's Read



Menari Bersama Singa Merah

 

Mencari-cari tema Tahun Baru Cina, saya menemukan cerita ini. Tidak persis tentang Tahun Baru Cina sih tapi lumayan mendekatilah.


 

Ceritanya tentang seorang anak perempuan, Mala namanya, yang belajar menari Barongsai. Perjuangan yang tidak mudah karena ternyata memainkan Barongsai butuh banyak hal besar. Tidak hanya kekuatan fisik dan konsentrasi, namun juga kepekaan pada rasa musikalitas.

 


Temanya sangat mengasyikkan. Saya duga, tidak semua anak tahu seluk beluk menari Barongsai. Buku ini bisa menjadi pintu pertama buat pembaca untuk berkenalan dengan budaya Tionghoa. Tema barongsai ataupun pernik budaya etnis Tionghoa setahu saya jarang disorot. Jadi, bagus sekali kalau ada cerita yang mengangkatnya. Anak-anak Indonesia bisa saling belajar budaya teman-temannya. Dan yang terpenting, buku-buku semacam ini menjadi representasi bagi anak-anak beretnis Tionghoa. Mereka juga bagian dari bacaan anak-anak Indonesia.


 

Yang sedikit membingungkan saya adalah tokoh Mala. Kenapa tokoh ini digambarkan berkerudung ya? Ataukah dia punya satu kondisi tertentu (kondisi kesehatan, misalnya) yang membuatnya harus berkerudung?

 


Kenapa tidak boleh berkerudung? Kan malah menggambarkan keanekaragaman dan kebersamaan?



Bukan tidak boleh. Dan jangan salah, saya pendukung setia keanekaragaman 😍 Cerita ini, dengan pakaian Mala yang seperti itu, malah jadi dukungan untuk anak-anak untuk belajar sesuatu yang berbeda dengan budayanya (biarpun di cerita tidak disebutkan inilah latar belakangnya, jadi, bisa saja saya keliru 🙏)

 


Hanya saja, dalam pemikiran saya, mumpung mengangkat sesuatu dari kelompok minoritas, kenapa tidak beri panggung dan spotlight yang total ya?

 


Namun, itu pemikiran selintas saya saja. Ada kemungkinan besar saya keliru menafsirkan karakterisasi tokohnya 🙏😁

 


Buku ini tetap enak dibaca dan penting dibaca oleh anak-anak Indonesia. Silakan baca di sini.

 

***

 

Pekanbaru, 23 Januari 2023
@agnes_bemoe

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: CERITA SEPUTAR TAHUN BARU (2)

January 25, 2023 0 Comments

Buku #3

 


Masih dalam suasana Tahun Baru kali ini saya menemukan "Malam Tahun Baru Kibo" karya Mbak Tyas Widjati.

 

Malam Tahun Baru Kibo


Tahun baru yang diacu di cerita ini adalah Tahun Baru Jawa yang jatuh pada tanggal 1 Sura penanggalan Jawa.

 

Buku ini bercerita tentang Kibo, seekor kerbau yang untuk pertama kalinya ikut serta dalam kirab Malam Satu Sura. Karena baru pertama kali, perasan Kibo pun campur aduk, antara bangga dan takut. Pergulatan Kibo dalam 'debute'-nya sebagai kerbau kirab inilah yang diceritakan di buku ini.

 


Ini buku yang unik dan manis. Unik karena bercerita tentang tradisi masyarakat dalam menyambut Tahun Baru Jawa. Buku-buku seperti ini sepertinya jarang kita temui. Manis karena menggambarkan ikatan persahabatan antara Kibo dengan pawangnya.

 


Kalau teman-teman mau baca, silakan ke laman Room to Read, atau klik link berikut.

 

***

 

Pekanbaru, 5 Januari 2023

@agnes_bemoe 

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: BUKU CERITA BERTEMA TAHUN BARU

January 25, 2023 0 Comments

 Buku #1 dan #2


Dalam suasana Tahun Baru saya mencari-cari cerita anak tentang Tahun Baru di laman Let's Read.  Sayangnya, belum ada cerita yang ditulis oleh penulis Indonesia tentang perayaan Tahun Baru di Indonesia. Yang saya dapatkan adalah cerita-cerita dari Kamboja dan Banglades.

Inilah mereka.



Celana Baru di Tahun Baru

Kong Sok Keng


Celana Baru di Tahun Baru



Ibu membelikan Pipi celana baru untuk Tahun Baru. Ternyata, celana itu sobek ketika dicoba. Ayah bersedia memperbaiki celana yang sobek itu tapi ada syaratnya. Syarat yang cukup berat buat Pipi.


Inilah yang diceritakan oleh Kong Sok Keng, seorang penulis Kamboja, dalam buku elektronik yang berjudul "Celana Baru di Tahun Baru", dapat dibaca di sini.  Ceritanya sendiri berlatar belakang perayaan Tahun Baru di Kamboja. Tentu saja di laman Let's Read cerita ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.


Ceritanya sendiri lumayan menarik; memanfaatkan momen tahun baru penulis mengajak anak mencintai tubuhnya sendiri. Cerita ini bisa jadi bahan bacaan buat ananda di rumah selagi merayakan Tahun Baru.


***


Festival Baisabi

HerStory Foundation


Festival Baisabi


Cerita kedua yang saya baca ini tentang tradisi perayaan Tahun Baru di Banglades yang beragam. Ternyata Banglades memiliki berbagai ragam suku yang masing-masingnya mempunyai tradisi tersendiri untuk merayakan Tahun Baru.


Asha, yang berasa dari Bengali dan terbiasa merayakan Tahun Baru Bengali, diajak untuk melihat Festival Baisabi, perayaan Tahun Baru tiga etnis berbeda yakni Tripura, Marma, dan Chakma.


Buat saya cerita yang ini menarik sekali! Pembaca diajak ke Banglades dengan tradisinya yang unik dan meriah. Karenanya, cocok sekali cerita ini dibaca dalam suasana Tahun Baru seperti ini. Silakan baca ceritanya di sini.


***

Pekanbaru, 3 Januari 2023

@agnes_bemoe

Thursday, 12 January 2023

Selamat Datang 2023 - Catatan Serba Pertama Kali di Sepuluh Tahun Yang Lalu

January 12, 2023 0 Comments

 

Misteri Mamoli Kuno dan Saya

Tidak berharap banyak di tahun baru, tahun 2023 ini. Yang jelas, ingin sehat lahir bathin dan berlimpah rezeki. Amin.



Misteri Mamoli Kuno dalam Daftar Panjang Scarlet Pen Award 2023


Namun, tahun 2023 ini dibuka dengan cukup manis. Novel Anak karya saya, MISTERI MAMOLI KUNO, masuk dalam Daftar Panjang Kusala Pena Merah (Scarlet Pen Award) 2023. Masih harus berjuang untuk bisa lolos ke babak Daftar Pendek sih tapi sudah senang sekali dengan berita ini. Mudah-mudahan bisa lolos ke babak-babak selanjutnya ya. (Psst... kalau teman-teman ingin beli bukunya, kunjungi link yang saya terakan di bagian bawah tulisan ini. Trimss)





Mengenai Kusala Pena Merah ini tahun 2020 lalu seri Kopral Jono juga pernah masuk nominasinya. Kopral Jono dan Siapa Mencuri Lukisan Sultan sama-sama masuk Daftar Panjang. Lalu, Siapa Mencuri Lukisan Sultan yang melaju ke Daftar Pendek. Biarpun belum menang, sudah senang sekali. Bahwa karya kita diperhatikan bahkan diberi kesempatan untuk mendapat penghargaan, wah itu luar biasa sekali.


Daftar Pendek Scarlet Pen Award 2020


Selanjutnya, seperti saya katakan sebelumnya, saya tidak berharap banyak di tahun 2023 ini. Ada kemungkinan sangat besar tidak akan ada buku terbit di tahun ini karena memang saya tidak sedang terlibat dalam proses penerbitan naskah apapun. Tidak apa-apa. Saya mem-puk-puk diri saya sendiri :D


Tahun ini saya ingin lebih berkonsentrasi pada diri saya sendiri. Beristirahat secara fisik dan bathin (ini sih melanjutkan tahun-tahun sebelumnya ya, setelah dipaksa istirahat di akhir tahun 2013), menyembuhkan diri sendiri sambil me-reparenting diri saya sendiri (wiih… banyak banget PR-nya ya… :D). Saya tahu, niatan saya ini bukan hal mudah yang bisa diberi tenggat waktu. Karenanya, saya jalani saja dulu. Sambil itu, kalau bisa diselingi nulis, saya nulis. Kalau enggak, yo wis…  hehehe….


Tahun ini bisa dibilang “tahun-genap-sepuluh-tahun-pertama-kali”. Sepuluh tahun lalu buku saya terbit pertama kali di penerbit mayor. “Kumpulan Kisah Santo-Santa” terbit di Penerbit BIP Gramedia. Berarti pertama kali juga merasakan ‘ro-yal-ti’. Masih teringat, seneng bangeeet terima royalty. Royalti dari BIP Gramedia lumayan lho untuk penulis pemula semacam saya.


Buku Pertama yang Terbit di Penerbit Mayor, tahun 2013


Sepuluh tahun yll juga pertama kali karya saya dimuat di Kompas Minggu Anak! Yeay! Bangganya minta ampun! Cerita saya yang lolos judulnya “Boneka Rasa Jus Jeruk”.


Dan, sepuluh tahun yll, picture story book saya yang judulnya “Utan for Marcia” masuk dalam Shortlist SingTel Asian Picture Book Award 2013! Whoaaa! I am (yes, am, not was) over the moon! Ini acara tahunan yang digelar di Singapura dan berskala Asia. Dan cerita saya menjadi salah satu dari enam Shortlist! Sampai detik ini, detik saya mengetik ini pun, saya merasa itu teralu surreal!


Setelah semua kegembiraan dan kebanggaan itu, tahun 2013, sepuluh tahun yll, tepatnya November 2013, saya terkena HNP (Herniated Nucleus Pulposus) alias syaraf kejepit yang merembet ke berbagai penyakit lainnya. Eh, sebelumnya, di awal 2013, saya harus pulang ke Flores untuk merawat ibu saya. Beliau sakit berat, sampai masuk rumah sakit, tapi tidak ada seorangpun yang menjaganya. Jadinya, saya yang klunuk-klunuk ke Flores. Saya menunggui ibu saya sampai beliau diperbolehkan pulang (untuk kedua kalinya karena beliau sempat pulang lalu kambuh lagi dan dilarikan ke rumah sakit). Hehehehhh… sepuluh tahun yang lalu adalah tahun roller coaster buat saya.


Entah tahun ini bagaimana. Mudah-mudahan seperti paddling through a calm river ya. Amen.


Yang jelas, sekarang ini kondisi saya membaik. Maka, tak lebih tepatnya lagi kalau saya mau menjadikan tahun ini tahun untuk bersyukur. Kehidupan saya tidaklah sempurna tapi tetap banyak sekali yang bisa disyukuri.


Baiklah, tahun baru 2023 sudah kita masuki. Semoga segala yang terbaik terjadi di tahun ini buat Anda dan saya. Amin.


***

Pebatuan, 13 Januari 2023

@agnes_bemoe


Beli MISTERI MAMOLI KUNO di sini. (Tokopedia)

Beli MISTERI MAMOLI KUNO di sini. (Blibli)

Beli MISTERI MAMOLI KUNO di sini. (Shopee)