Hati Iblis Dulu dan Sekarang
MEINE WELT
September 17, 2018
2 Comments
Buku #16 18 September 2018
La Bete Humaine (Hati Iblis), Emile Zola
Seperti "Brothers" (Yu Hua) yang sebelumnya saya baca, "Hati Iblis" ini sebenarnya bukan tipe bacaan saya, dalam pengertian, saya terlalu penakut untuk buku-buku semacam ini. Tapi, itulah, biarpun dengan deg-degan nyaris tak bisa bernapas, selesai juga saya membacanya... hahaha... Bukan kenapa-kenapa, saya penasaran dengan kelanjutannya. Emile Zola memang 'tukang cerita' yang paten. Biarpun masalah yang diangkatnya sebenarnya sangat umum, yaitu nafsu (dan cinta), kemampuan menggoreng kisah dari masalah yang 'biasa' itulah yang membuat saya menabahkan diri menghabiskan novel ini.
Baru dua novel Emile Zola yang saya baca. Sebelumnya adalah "Therese
Raquinn" (Dua novel ini adalah hadiah dari adik saya yang manis: Nana
Listyani). Sepintas, saya merasakan kemiripan antara keduanya: nasfu
paling purba, disusul rasa bersalah yang tercampur aduk dengan keinginan
instingtual untuk mempertahankan diri atau membersihkan diri.
Pada "Hati Iblis", pelakunya lebih banyak, membentuk jaringan yang saling terkait satu sama lain. Jaringan yang seolah mengenal hanya satu rumus dasar: predator dan prey. Orang-orang dengan cinta yang murni dan tulus malah jadi orang "bodoh dan kalah".
Ini novel yang gelap, memang. I told ya!
Tapi, ngomong-ngomong, bukannya masih seperti itu dunia kita yang konon jauh lebih modern sekarang ini? Novel ini bersetting abad 19, ketika Perancis berada di ambang kejatuhan monarkinya. Entah kenapa, sambil membaca ini, saya malah teringat dunia sekarang yang sepertinya juga berada di kejatuhan peradaban karena kepicikan interpretasi agama. "Hati iblis- hati iblis" dipertontonkan di mana-mana di penjuru dunia. Atau, saya aja yang lagi sensi ya?
Btw, balik lagi ke novel ini. Ini novel yang bagus; penceritaannya dan sentilannya untuk kita-kita yang merasa beradab. Novel ini tidak menutup-nutupi fakta paling hitam tentang manusia. Biarpun demikian, kalau disuruh baca lagi, saya mungkin memilih kabur... hahaha... serem!
***
Pekanbaru, 18 September 2018
@agnes_bemoe
Pada "Hati Iblis", pelakunya lebih banyak, membentuk jaringan yang saling terkait satu sama lain. Jaringan yang seolah mengenal hanya satu rumus dasar: predator dan prey. Orang-orang dengan cinta yang murni dan tulus malah jadi orang "bodoh dan kalah".
Ini novel yang gelap, memang. I told ya!
Tapi, ngomong-ngomong, bukannya masih seperti itu dunia kita yang konon jauh lebih modern sekarang ini? Novel ini bersetting abad 19, ketika Perancis berada di ambang kejatuhan monarkinya. Entah kenapa, sambil membaca ini, saya malah teringat dunia sekarang yang sepertinya juga berada di kejatuhan peradaban karena kepicikan interpretasi agama. "Hati iblis- hati iblis" dipertontonkan di mana-mana di penjuru dunia. Atau, saya aja yang lagi sensi ya?
Btw, balik lagi ke novel ini. Ini novel yang bagus; penceritaannya dan sentilannya untuk kita-kita yang merasa beradab. Novel ini tidak menutup-nutupi fakta paling hitam tentang manusia. Biarpun demikian, kalau disuruh baca lagi, saya mungkin memilih kabur... hahaha... serem!
***
Pekanbaru, 18 September 2018
@agnes_bemoe