Follow Us @agnes_bemoe

Saturday, 14 August 2010

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

August 14, 2010 0 Comments
I. PENGERTIAN
Dari sekian banyak ketrampilan yang harus dikuasai oleh guru, mengelola kelas merupakan ketrampilan yang krusial. Banyak guru yang pandai (dalam bidang studinya), namun, itu semua akan sia-sia belaka kalau ia tidak berhasil mengelola kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman. Yang perlu diketahui oleh guru (dan juga calon guru) yaitu bahwa kepintaran dalam bidang studi tidak memiliki kaitan signifikan dengan kemampuan mengelola kelas. Jadi, sekali lagi, seberapapun pandai guru itu, kepandaiannya tidak akan banyak membantunya kalau ia tidak terampil dalam mengelola kelasnya.

Ketrampilan mengelola kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, serta mengembalikan kondisi belajar apabila terdapat gangguan.

II. PRINSIP PENGGUNAAN KETRAMPILAN MENGELOLA KELAS
Ketrampilan mengelola kelas erat kaitannya dengan kematangan emosional seorang guru. Perlu diingat bahwa yang dihadapi oleh guru adalah sekumpulan anak, dengan kematangan emosional yang seharusnya belum seperti gurunya. Sehingga, hampir mustahil menuntut seorang anak bersikap matang dan dewasa. Sebaliknya, gurulah yang terlebih dahulu menunjukkan kematangannya sebagai seorang dewasa.

Guru yang hangat, akrab, antusias, dan tulus akan lebih mudah mengelola kelasnya, daripada guru yang tegang dan sok jaim. Ada kemungkinan kelas tenang karena tampang sangar dan kemarahan kita, tapi percayalah, cara terakhir ini hanya akan menguras emosi kita, membuat kita lelah secara emosional, dan hanya akan menyimpan bom-bom waktu untuk masa mendatang. Guru yang hanya mengandalkan kemarahan dan wajah streng tidak akan pernah mendapat respek dari murid-muridnya. Guru yang seperti ini juga melenyapkan kesempatan anak untuk belajar bagaimana menjadi lebih dewasa. Ingatlah, bahwa kedewasaan hanya bisa tercapai melalui interaksi yang sehat antara anak dan orang dewasa. Bila interaksi itu interaksi yang diktatoris, maka sebetulnya anak tidak belajar apa-apa.

Salah satu hal yang sering kali diabaikan oleh para guru adalah penekanan pada hal-hal positif. Harus dengan jujur diakui bahwa guru lebih sering menegur, daripada memuji. Guru lebih peka pada kesalahan anak, daripada kebaikan anak. Guru sering menahan diri untuk berterima kasih atau memberi pujian pada anak. Sebaliknya, tanpa berpikir panjang guru akan marah-marah pada anak yang ribut, misalnya. Padahal, penekanan pada hal-hal positif akan sangat membantu guru menimbulkan aura positif bagi kelasnya, sehingga memudahkan ia dalam mengelola kelasnya itu.
Berikut ini adalah cara memelihara suasana positif:
1. Memberi penekanan terhadap tingkah laku positif dan menghindari ocehan atau celaan terhadap tingkah laku negatif
2. Memberikan penguatan terhadap tingkah laku positif
3. Menyadari akan adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan yang bisa dibuat oleh guru sendiri

Selanjutnya, prinsip yang paling penting dalam pengelolaan kelas adalah keteladanan. Hal ini sering kali dibicarakan dan sering kali dibahas. Dalam tataran verbal pun setiap guru pun pasti menyetujuinya. Namun, jarang sekali guru mau mencoba keampuhannya. Penanaman disiplin akan jauh lebih mudah dengan cara memberikan contoh dan teladan tentang pengendalian diri dan disiplin melaksanakan tanggung jawab. Guru kadang merasa bahwa “anak tidak akan tahu” atau “anak akan mengerti”, bilamana mereka melakukan suatu tindakan tidak terpuji. Namun, siswa jelas mengerti dan siswa bisa mengukur dan menilai sendiri bagaimana guru mereka itu. Di lain pihak, guru tidak perlu berlelah-lelah “berkotbah” bila ia sendiri sudah jadi contoh hidup bagi anak muridnya.

Selanjutnya, yang penting juga adalah pendekatan, metode, dan teknik yang dipakai olehguru. Walaupun merepotkan dalam mempersiapkannya, namun, penggunaan variasi media, gaya dan interaksi belajar mengajar akan sangat membantu guru dalam mengelola kelasnya. Sebabnya sangat sederhana: anak yang mencari gara-gara adalah anak yang bosan dengan suasana belajarnya. Oleh karenanya, perkecil kemungkinan anak merasa bosan dengan cara memvarasi pendekatan mengajar kita. Dalam hal ini, jangan segan-segan merubah strategi mengajar, bila memang diperlukan. Kecerdasan guru untuk membaca situasi kelas sangat diperlukan. Oleh karenanya guru juga dituntut untuk luwes dalam bertingah laku dan mengambil keputusan.

Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Namun, rasa ingin tahu ini sering kali keburu mati oleh kebosanan dan kejenuhan. Oleh karenanya, guru juga mesti cerdik dalam menggunakan kata-kata, tindakan, dan bahan yang menantang. Daripada menerangkan suatu materi secara liner, misalnya, ada baiknya sesekali mencoba memecah-mecah materi dan menyuruh siswa “menyusun” materi itu. Ini akan merangsang anak untuk “mengalahkan” materi tersebut.


III. PENUTUP
Ketrampilan mengelola kelas merupakan ketrampilan yang wajib dimiliki oleh setiap guru. Bila tidak, setiap usaha guru di depan kelas akan menjadi sia-sia, dan ini memicu rasa frustrasi.

Agar dapat mengelola kelas dengan baik, guru harus melatih diri, menempa kematangan pribadinya, dan terus menerus ingat untuk menjadi teladan bagi para siswanya. Selain itu, guru juga perlu mengembangkan teknik, metoda serta pendekatan yang menarik dan menantang.

Di atas segalanya, perlu dipahami bahwa teori sederhana ini tidak akan banyak artinya bila guru berhenti pada tataran “tahu”. Guru harus sesegera mungkin masuk pada tataran “lakukan”, karena ketrampilan mengelola kelas adalah ketrampilan yang diasah oleh waktu, situasi dan kondisi. Ketrampilan mengelola kelas adalah ketrampilan seumur hidup bagi guru. (db)

Sumber bacaan:
Bolla, John I..1984. Keterampilan Mengelola Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Severe, Sal. 2000. Bagaimana Bersikap pada Anak agar Anak Bersikap Baik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


Pekanbaru, 14 Agustus 2010