Follow Us @agnes_bemoe

Sunday, 28 March 2021

Wednesday, 17 March 2021

MENGAMANKAN ARTIKEL DI BLOG

March 17, 2021 0 Comments




Saya sedang mencari informasi tentang fee illustrator ketika saya menemukan sebuah artikel di sebuah blog. Saya baca artikel tersebut dan saya kok merasa familiar. Saya cek ke laptop dan search di blog saya. Ternyata benar. Artikel itu mirip sekali dengan artikel saya yang berjudul “Skema Kerja Sama dengan Ilustrator dalam Kaitannya dengan Royalti” yang saya unggah tahun 2013. Sementara artikel yang saya temukan di blog tersebut diunggah tahun 2019.

 

Kemiripannya terletak pada kerangka tulisannya, mulai dari “illustrator adalah soulmate bagi penulis”, “bentuk format single dan spread”, sampai pada “skema kerja sama penulis dan illustrator”. Pada bagian “skema kerja sama” malah seolah satu bagian tulisan saya itu dicuplik, hanya menghilangkan atau mengubah sedikit.  

 

Kaget juga saya. Kok mirip banget ya… hehehe….

 



Ini tulisan saya. Diunggah tahun 2013. 





Tulisan seorang blogger, diunggah tahun 2019


Saya tahu tulisan di blog itu kurang aman. Namun, kaget juga mendapati artikel ‘disadur’ sedemikian rupa. Tanpa menyebutkan sumber juga lho.


Memang sih, yang terjadi pada saya ini 'kecil banget' berbanding yang lain-lainnya, yang di-copas plek satu artikel. Dan bahkan lebih dari satu tulisan. Duh! 


Nah, cuman itu, kita cenderung meremehkan yang kecil makanya kita terkaget-kaget dengan yang besar. 

 

Beberapa waktu sebelum ini saya tanya pada seseorang yang saya anggap ahli, bagaimana caranya supaya artikel kita tidak bisa di-copas. Beliau bilang, sekarang proteksi semacam itu sudah tidak bisa. Ada penjelasannya tapi saya kurang paham sehingga tak bisa menuliskannya kembali. Maaf :D

 

Yang mungkin saya lakukan adalah membuat link tersendiri untuk suatu tulisan dan tulisan itu dibuat dalam bentuk pdf yang terproteksi.

 

Ini kemudian saya praktikkan. Untuk beberapa cerita dan terjemahan, saya buat dalam link tersendiri yang berisi file pdf yang bisa dibaca tetapi tidak bisa di-edit, copas, dan print.

 

Lalu untuk materi di artikel blog, bagaimana?

 

Nah, saya coba search cara mengamankan blog. Saya menemukan tulisan ini: Cara Melaporkan Pencurian Artikel ke Google. Saya rasa tulisan ini sangat membantu. Detail dan terperinci. Saya belum coba sih… hahaha… maklum, saya masih harus berjuang memahaminya dulu. Tapi saya pastikan akan mencobanya. 


Mudah-mudahan setelah ini blog menjadi lebih aman. Duluan terima kasih buat Mbak Nindy, pemilik blog dan penulis artikelnya. 

 

Btw, teman-teman punya pengalaman serupa? Bagi ceritanya dong. 


***

 

Pebatuan, 18 Maret 2021

@agnes_bemoe 

Friday, 12 March 2021

CERITA ANAK KRISTIANI: MEMBERI, MENURUT BRURI SI BIRI-BIRI

March 12, 2021 0 Comments




Ketemu dengan Jumat lagi ya. Di hari Jumat ini saya membagikan cerita anak tentang MEMBERI. Ya, saya masih terinspirasi dari perikop tentang "Hal Memberi" seperti di Jumat lalu. 


Kali ini, ceritanya untuk anak 0 - 6 tahun. Semacam picture book lah. Saya tak bisa menggambar, mudah-mudahan masih tetap menarik biarpun tanpa ilustrasi memadai. 


Yuk, mari baca ceritanya di sini: MEMBERI, MENURUT BRURI SI BIRI-BIRI. 


Selamat menjalani masa Pantang dan Puasa ya. 


***


Pebatuan, 12 Maret 2021

@agnes_bemoe

Tuesday, 9 March 2021

CERITA ANAK KRISTIANI: PUTRI YANG MURAH HATI

March 09, 2021 0 Comments


Masa Prapaskah adalah masa untuk belajar kerendahhatian. Melalui perikop "Hal Memberi" Tuhan Yesus mengajarkan bahwa perbuatan baik bisa saja membuat kita sombong. 


Perikop ini menginspirasi saya untuk menulis cerita berikut: PUTRI YANG MURAH HATI.


Selamat membaca.


Selamat Berpantang dan Berpuasa.


***




Pebatuan, 10 Maret 2021

@agnes_bemoe

Sunday, 7 March 2021

BUKU-BUKU YANG MENGANGKAT TOKOH ANAK PEREMPUAN

March 07, 2021 0 Comments

 


Hari ini, 8 Maret, kita memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day).


Dikaitkan dengan buku, ini mengingatkan saya pada buku-buku anak berikut ini.  (Oh ya, buku yang saya maksud di sini adalah chapter book ya)

 

Buku-buku berikut mengangkat anak perempuan, tidak hanya sebagai tokoh utama tapi yang lebih penting adalah memberikan karakter dan kepribadian yang berbeda dari stereotype yang beredar di masyarakat. Tidak asal berbeda, penulisnya memberikan aliran spirit dan semangat, dorongan, drive atau apapun istilahnya sehingga tokoh menjadi ‘alat cubit’ tersendiri bagi pemikiran pembaca tentang keperempuanan.


Sebelumnya juga, tulisan ini bukan penelitan dan saya tidak membaca semua buku yang terbit di Indonesia. Saya menyampaikan apa yang sudah saya baca. Akan ada kemungkinan ada judul yang juga menunjukkan girl-power tapi terlewati di tulisan ini. Jangan keburu berpikir negatif dan menganggap saya sengaja menepikan buku-buku itu ya. Kalau mau berbaik hati, silakan tambahkan.


Oke deh, dan buku-buku itu adalah “Menggapai Rembulan” dan “Sepeda Onthel Kinanti”. Dua-duanya karya penulis yang cukup terkenal, Iwok Abqary (Ridwan Abqary).


Dua buku ini bercerita tentang anak perempuan yang berjuang untuk keluar dari jerat kemiskinan dan jerat yang lebih kejam lagi yaitu pembatasan oleh orang lain hanya karena mereka perempuan. 


Kedua tokohnya, baik Kinanti maupun Rembulan, adalah anak-anak yang punya tekad baja dan gigih mencapai cita-citanya. Termasuk juga kuat dan tabah ketika cita-cita itu tak kunjung tercapai. (P.S. inilah kekuatan yang sesungguhnya itu, bukan?)


Apa lantas anak-anak perempuan ini menjadi macho dan maskulin? Nah, itu yang saya suka dari dua buku ini. Buku ini tidak membuat dua tokohnya menjadi maskulin-like, yang mana, malah melecehkan perempuan, ya kan? Seolah menjadi perempuan itu tidak cukup baik. Kedua tokoh ini tetap dengan segala keperempuanannya tapi dengan pola pikir dan semangat yang lebih merdeka dan positif.


Ulasan lebih lengkap tentang kedua buku ini saya tuangkan ditulisan ini.


Sayang sekali, dua buku ini sudah tidak ada lagi di pasaran. Mudah-mudahan ke depannya ada penulis yang mau mengambil tema ini untuk tulisannya.

 


Lalu, untuk buku yang sedang ada di pasaran atau masih bisa dibaca?


Nah, itulah, saya tidak membaca semua buku. Ada satu buku (satu seri ding) karya seorang sastrawati terkenal, tokohnya anak perempuan. Namun, saya pribadi tidak menganggap buku itu karya yang bagus dan tokohnya cukup mewakili gerakan atau dorong keanakperempuanan. Karenanya tidak saya cantumkan di sini. (Bahkan, mengingat bukunya yang mencantumkan kekerasan secara vulgar, saya tak menganggap itu buku yang baik).


Namun, beberapa waktu yang lalu, ketika berselancar ke situs Room to Read, saya menemukan satu cerita yang tokohnya cukup unik; seorang anak perempuan yang juga penyembuh (healer). Bukunya berjudul “Witan dan Negeri Arana” karya Audelia Agustine


Witan dan Negeri Arana, Audelia Agustine


Tema buku ini sendiri tentang alam dan ikatan timbal baliknya dengan manusia. Namun, tokoh Witan sendiri digambarkan punya karakter dan kepribadian yang jauh dari batas-batas stereotype. Witan adalah anak perempuan yang gigih, serba ingin tahu, percaya diri, dan tahan banting. Ini membuat buku ini tidak saja asyik dibaca tapi juga bisa menjadi perwakilan bagi anak-anak perempuan di mana saja.

 

Itulah buku-buku yang menurut saya telah dengan baik sekali mengulik tentang keanakperempuanan.

Apakah teman-teman sudah membaca buku-buku itu? Bagaimana menurut teman-teman?

 

***

Pebatuan, 8 Maret 2021

@agnes_bemoe

Wednesday, 3 March 2021

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: DIPANGGIL OLEH DUNIA LAIN

March 03, 2021 1 Comments

 


Buku #10

2 Maret 2021

 

Creepy Case Club 4: Kasus Pohon Pemanggil

Penulis: Rizal Iwan

Ilustrator: Vanessa Josephine

Editor: Pradhika Bestari

Penerbit: Penerbit Kiddo

Chapter Book (Middle Grade)

e-book

 

Tiga sahabat Vedi, Namira, dan Jani berlibur di desa kecil di Bogor, desa tempat tinggal Om Safran, ayah Vedi. Awalnya mereka hanya ingin menghabiskan waktu bermain game. Alih-alih asyik main game mereka terlibat dalam suatu kasus aneh. 


Diawali dengan terlihatnya seorang perempuan berambut panjang bertampang sedih di dekat pohon tua di halaman rumah Om Safran. Vedi yang melihatnya. Lalu, suara-suara dari pohon itu yang memanggil nama Vedi. Lalu, ada bayangan di jendela. Lagi-lagi Vedi yang melihatnya. Terakhir, Vedi sendiri hilang. Lenyap. Tak ada jejaknya. Hilangnya Vedi ini menyusul hilangnya Gili, seorang anak desa Weningsari. Berusaha menemukan Vedi, Namira dan Jani mengalami pelbagai keanehan dan (ya, terus terang) keseraman tersendiri.

 

Pertama-tama, ini ceritanya seru banget. Super seru! Cerita kelihatan dirangkai dengan sedemikian rupa sehingga pembaca sulit untuk tidak segera membalik ke halaman berikutnya untuk tahu bagaimana kelanjutannya. Cliffhanger yang dibuat oleh penulis di setiap bab harus saya akui keren banget.

 

Namun, bagian paling bagus buku ini adalah pendekatannya terhadap konsep ‘hantu’, ‘mistis’, atau ‘dunia lain’. Penulis berangkat dari pandangan umum (tradisional) masyarakat Indonesia namun kemudian memberikan penyelesaian dengan konsep yang lebih universal (tepatkah istilah ini?). Dan saya bersyukur sekali dengan pilihan penulis ini. Hantu, katakanlah begitu, tidak harus berupa hasil baik-buruk perbuatannya di masa hidupnya, tidak harus secara fisik mengerikan dan menjijikkan, tidak harus tentang moral atau agama, atau stereotype lainnya. Kita bisa berkenalan dengan zat dari dimensi lain dengan cara yang lebih ‘menyenangkan’ dan ‘masuk akal’ (saya buat dalam tanda kutip lebih karena akal kita yang terkadang belum mampu memahami konsep adanya dimensi lain selain kehidupan tiga dimensi kita).

 

Karena pendekatannya yang lebih cerdas dan universal ini, buku ini cocok dibaca oleh anak-anak. Jujur, saya termasuk yang tak setuju kalau anak-anak membaca buku atau menonton tayangan mistis. Ini karena sejauh ini lebih banyak tayangan/sinetron hantu di tv yang –maaf- dangkal dan sama sekali tidak mencerdaskan. Novel ini berbeda sekali. Di sini anak-anak belajar tentang lapisan alam atau dimensi alam. Novel ini bisa menjadi sarana bagi anak-anak untuk menikmati cerita-cerita menegangkan tanpa kehilangan kemampuannya untuk berpikir cerdas dan kritis.

 

Yang juga super menarik dari buku ini adalah tebaran pengetahuan tentang berbagai hal; keterkaitan antar pohon, tulisan Hieroglif, sampai ke rasi bintang. Ini, menurut saya, mengantarkan pembacanya pada pengetahuan yang paling penting, yaitu mencintai bumi, alam, dan kehidupan.

 

Ilustrasi karya Vanessa Josephine


Yang juga wajib disebut karena kerennya adalah ilustrasinya. Satu halaman ilustrasi di bagian awal cerita ini nonjok banget! Perhatikan detailnya. Perhatikan juga penggunakan B&W yang menciptakan nuansa mistis. Angkat topi buat ilustratornya! Sayangnya, ilustrasi yang satu halaman hanya satu itu. Selebihnya adalah thumbnail, yang –tidak buruk- tapi terlalu kecil untuk dinikmati… hehehe….

 

Saya rekomendasikan buku ini buat para pembaca cilik usia 9 – 13 tahun atau yang sudah mampu membaca chapter book. Percayalah, kalian akan mengalami suatu petualangan yang seru; tegang, tapi ada kocaknya juga, tapi bikin takut, tapi menyenangkan!

 

P.S, saya jarang beri bintang… hehehe… untuk novel ini 5 out of 5 *****

 

 

***

Pebatuan, 4 Maret 2021

@agnes_bemoe