Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday 22 August 2017

TANDA-TANDA

August 22, 2017 0 Comments
Hari ini 30 tahun yang lalu bapak berpulang. Seminggu ini saya teringat mendiang bapak.

Saya teringat saat-saat terakhir beliau. Ada hal-hal, yang kalau saya pikir lagi, seperti jadi pertanda buat kepergiannya.



TAPE RECORDER
Saya beruntung bisa berada dekat dengan beliau secara fisik. Waktu itu saya baru lulus SMA dan sedang tidak ada kegiatan (saya diterima di PT melalui PMDK jadi saya relatif tidak repot mencari PT).

Bapak sedang menjalani masa pemulihan setelah operasi pembersihan kanker di usus besarnya (secara teknis, usus besar bapak dipotong karena sudah digerogoti kanker).

Ada hari-hari dimana bapak merasa cukup kuat dan sehat biarpun lebih banyak hari beliau hanya bisa tertidur dengan lemah.

Nah, suatu saat, ketika merasa cukup sehat, beliau mulai mengutak-atik kabel-kabel loudspeaker berikut tape-nya. P.S. itu adalah tape kesayangan beliau, sebuah JVC yang keren banget saat itu. Buat kami sih, tak ada yang salah dengan tape itu. Suaranya halus dan bersih. Tapi beliau berpendapat lain. Ada yang harus diperbaiki, katanya. Ya sudah. Tak tega juga melarang beliau.


Buat orang sehat, pekerjaan membereskan kabel-kabel loudspeaker mungkin kerja ringan belaka. Tapi buat beliau, ini seperti naik gunung. Keliahatan gerak beliau yang lamban. Tapi, kelihatan juga kerasnya keinginan beliau untuk memperbaiki tape itu. Akhirnya, loudspeaker dan tape pun "beres".

Setelahnya, bapak menghabiskan hari-harinya mendengarkan kaset. Kaset yang beliau dengarkan adalah kaset rekaman kami waktu kecil-kecil. Ya, waktu kami kecil, bapak merekam kami bernyanyi (atau menangis, hahaha!) Nah, kaset-kaset itulah yang diputarnya berulang-ulang.

Entah apa yang ada di pikiran bapak saat itu. Mungkinkah bapak kangen dengan anak-anaknya yang sedang jauh darinya (hanya saya yang di rumah saat itu). Mungkin, bapak ingin mendengar lagi anak-anaknya yang memang semua suka nyanyi.

MAKANAN
Suatu hari, saya makan Chiki di dekat bapak. Bapak berbaring di kursi. Saya merasa, bapak sedang mengamati saya. Dan, betul, ketika mengangkat kepala, bapak sedang memandangi saya makan.
"Bapak mau Chiki?" tanya saya, biarpun tahu bapak tak bisa makan apa-apa saat itu.
Bapak menggeleng. Lalu, beliau bilang: "Bapak pingin sekali makan jagung bakar sama singkong rebus."

Saya cuma terdiam. Seandainya pun bisa dibuatkan jagung bakar dan singkong rebus, bapak jelas tak bisa juga memakannya. Pencernaannya yang dihajar kanker tak memungkinkan beliau mencerna makanan.

Namun, bila saya cerna lagi sekarang, saya baru ngeh. Mungkin bapak rindu kampung halamannya. Singkong rebus dan jagung bakar/rebus adalah makanan masa kecil bapak di kampung. Bertahun-tahun merantau, bapak jarang pulang kampung. Mungkin, sesaat, beliau ingin sekali berada di kampung halamannya itu.

DAN BEBERAPA HAL LAIN
Masih ada hal-hal lain yang kalau saya ingat-ingat, jadi semacam pertanda kepergiannya. Tak saya ceritakan karena terlalu personal.

Beberapa waktu yll saya nonton acara "Medium with Tyler Henry". Ini sebuah tayangan yang menampilkan seorang medium bernama Tyler Henry. TH mampu berkomunikasi dengan yang sudah berpulang.

Saya ingat kata-kata TH, kira-kira begini: kematian itu berat bagi kita yang masih hidup tapi sebenarnya bagi yang menjalaninya, mereka merasakan kedamaian.

Benar juga rasanya kata-kata ini. Saya belum juga bisa move on dari berpulangnya bapak. Selalu saya kais cuilan memori, berharap bisa sesaat saja mengembalikan beliau. Sudah TIGA PULUH TAHUN berlalu, hal ini tak berubah. Kematian beliau, berat buat saya.

Namun demikian, dalam iman pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria, saya percaya beliau sudah berada dalam kedamaian. Ini yang terbaik buat bapak. Dan, dalam iman yang sama, saya percaya kami akan dipertemukan. Bapak tak perlu mengutak-atik loudspeaker hanya untuk bisa mendengar suara anak-anaknya. Bapak bisa makan jagung bakar sepuas-puasnya bersama kami, anak dan istrinya. Kita pasti bertemu.

I love you, Bapak.


***

Mengenang 30 tahun meninggalnya Bapak Amathus Bemu, SH (Maumere, 4 April 1934 - 23 Agustus 1987)

Du'a

Monday 7 August 2017

Ring of Fire di Green Radio 96,7 FM Pekanbaru

August 07, 2017 0 Comments
Jumat, 4 Agustus 2017 lalu saya tampil di Green Radio 96,7 FM Pekanbaru. Saya membicarakan buku terbaru saya "Ring of Fire" di acara Eco Lifestyle.

Berikut saya sampaikan point-point pembicaraannya, khususnya yang mengenai "Ring of Fire" (ya, saya ditanyai riwayat singkat, karya lain, dan prestasi. Saya eliminir point-point tersebut di tulisan ini ya).


1. Mengenai anak dahulu dan sekarang:
Jelas ada perbedaan antara anak zaman dahulu dan sekarang. Ada perbedaan kecanggihan permainan, perbedaan kompleksitas tantangan dan rangsangan, dll. Namun demikian, adavsatu hal penting yang tidak berubah: anak tetaplah anak. Mau di zaman apapun, anak tetap punya kebutuhan dan harapan yang sama sebagai anak-anak. Anak tetap butuh main, tetap butuh bersikap kekanak-kanakan, tetap butuh bimbingan. Perkembangan zaman tidak berarti anak juga bisa tumbuh dewasa secara instan.

2. Ring of Fire (RoF)
Buku ini berisi 5 buah cerita tentang bencana alam yang disebabkan oleh posisi Indonesia yang berada di jalur cincin api (Ring of Fire). Jalur ini membentang dari Amerika Selatan, menyusuri Pasifik, lalu turun ke Jepang dan AsianTenggara, sampai ke New Zealand. Jalur ini menyebabkan negara-negara di atasnya rawan akan bencana gempa, gunung, meletus, tsunami, dll.


Ada 5 buah bencana yang disinggung oleh RoF. Pertama tentang posisi Indonesia sendiri dalam jalur cincin api diceritakan dalam "Rokatenda Menari". "Ketika Pak Sinabung Batuk" menceritakan tentang gunung meletus. "Monster Air" menceritakan tentang tsunami. "Kapten Oscar" bercerita tentang langkah-langkah penyelamatan diri bila terjadi gempa bumi. Dan "Wedhus Gembel" bercerita tentang awan panas Gunung Merapi".

Semua itu dikemas dalam bentuk cerita yang imut dan ramah anak, diperindah dengan ilustrasi yang menarik.

Selain cerita, RoF dilengkapi dengan lembar pengetahuan di setiap akhir ceritanya. Jadi, dari buku ini anak-anak bisa mengetahui apa itu tsunami, mengapa sering terjadi bencana alam di Indonesia, dll.

3. Latar Belakang Penulisan RoF
Tahun 2013 saya membaca sebuah buku anak-anak tentang tsunami tahun 2006. Buku itu saya beli di Singapura waktu saya ikut SingTel Asian Picture Book Award.

Buku tentang tsunami itu bersetting India dan ditulis oleh seorang penulis Amerika. Menurut saya, ini adalah buku yang indah sekali. Indah bahasanya, indah ilustrasinya.

Lalu saya berpikir, Indonesia juga dihantam tsunami parah. Secara literasi, sepertinya belum ada buku anak yang secara khusus mengangkat masalah ini ke dalam bentuk dokumentasi cerita.

Selain kepentingan dokumentasi literasi, saya rasa anak-anak Indonesia sangat butuh disadarkan tentang kondisi alamnya yang rawan bencana ini. Inilah yang mendorong saya untuk menuliskannya.


4. Mengapa Menuliskan Tentang Bencana
Saya menyadari, tema bencana adalah tema yang gelap, berat, dan muram buat anak-anak. Proses penulisan buku ini juga sempat terhambat karena cerita-cerita yang saya buat cenderung berat dan penuh tekanan emosional.

Namun, saya tetap berkeras ingin menuliskannya karena saya yakin anak-anak butuh tahu tentang ini. Selama ini kita hanya tahu ada bencana, lalu lewat begitu saja, seolah-olah tak ada yang bisa kita lakukan lagi. Padahal, faktanya, anak adalah korban terlemah dalam setiap bencana.

Di luar, sistem perlindungan diri terhadap bencana ditanamkan di sekolah-sekolah. Kita di sini, minim sekali padahal bencana sudah seperti bagian dari kehidupan orang Indonesia.

Dengan menuliskan tentang bencana alam ini saya harap anak-anak punya awareness. Awareness ini mudah-mudahan menuntun mereka pada perilaku bertanggung jawab atas perlindungan diri. Jangka panjangnya, mudah-mudahan mereka tumbuh besar dan mulai memikirkan tentang sistem perlindungan masyarakat, terutama anak, dalam menghadapi bencana.

5. Apakah Buku Ini Ramah Anak?
Biarpun isinya tentang bencana, cerita-ceritanya disampaikan dengan ringan dan cute. Ambil contoh "Rokatenda Menari" yang isinya tentang Gunung Rokatenda, sebuah gunung di Flores, yang menari-nari. Cerita yang sebenarnya menggambarkan gempa ini dibuat dengan unik dan ringan. Ditambah lagi dengan ilutrasi-ilustrasi keren dari teman-teman ilustrator.
Tsunami dalam "Monster Air" dibuat cute sekali dengan kacamata bundarnya.

Saya yakin, buku ini ramah anak.

6. Dapat Diperoleh di Mana?
RoF bisa dibeli di TB Gramedia ataupun di tokomonline Gramedia



7. Rencana ke Depan dan Proyek yang Sedang Dikerjakan
Selanjutnya masih ingin tetap menulis, secara khusus menulis tentang tema budaya dan alam Indonesia. Pendeknya, saya ingin menuliskan hal-hal yang berbeda dari yang sudah banyak dituliskan.
Terkahir menulis tentang tradisi Pacu Jalur Kuantan Singingi bersama Kemendiknas.

Begitulah kira-kira pembicaraan RoF di Green Radio.

Saya berterima kasih sekali, ada radio yang konsern dengan alam seperti Green Radio. Secara khusus, saya bersyukur karena dengan ini akan semakin banyak orang aware dengan bencana.

P.S. Saya pendengar setia Green Radio, jauh sebelum wawancara ini. Frekuensinya jadi frekuensi wajib di mobil saya :)

***

Pebatuan, 8 Agustus 2017
@agnes_bemoe