Follow Us @agnes_bemoe

Showing posts with label ketakutan tak beralasan. Show all posts
Showing posts with label ketakutan tak beralasan. Show all posts

Friday, 3 April 2015

3 April 2015

April 03, 2015 0 Comments
Ini hari Jumat Agung. Hari paling agung sepanjang tahun. Harusnya saya nulis sesuatu yang religius. Sayangnya, belum bisa. Yang mau saya tulis ini luahan hati yang jauh dari religius. Itu juga kalau saya berhasil menuliskannya. Biasanya, butuh waktu lama atau bahkan tak bisa tertuliskan sama sekali.

Seminggu ini saya mengikuti berita berpulangnya Olga Syahputra. Saya memang penggemar komedian ini sejak mendiang di acara Ceriwis. Saya tak menduga, menonton tayangan ini punya pengaruh buat saya.

Tadi pagi, lagi-lagi saya mengikuti berita tentang mendiang. Kebetulan, dilanjutkan dengan berita berpulangnya ayahanda seorang presenter gossip. Saat itulah saya merasakan sesuatu yang amat sangat tidak nyaman. Saya minta adik saya memindahkan channel. Tapi, karena adik tidak mengerti, dia berkeras.

Saya benar-benar tak tahan. Saya berteriak sekeras-kerasnya. Napas saya sesak. Badan saya gemetar. Saya tidak ingin ada di dalam rumah :’(

Dan, mulai lagi! Segala pikiran yang menakutkan hinggap di kepala saya. Berulang kali saya berbisik: Tuhan sayang kamu, Tuhan sayang kamu, sambil menahan diri untuk tidak lari membebaskan diri dari sesuatu yang menghimpit saya.

Saya lalu mengambil tab. Saya buka Gallery dan mencari folder “Calming Picture”. Isinya gambar-gambar doggy yang lucu-lucu.  Saya pandangi ratusan gambar doggie itu (saya buat slide show). Pada saat yang sama tetangga sedang menyetel lagu. Suara dentuman loud-speaker tetangga membuat saya tambah ketakutan (entah kenapa, kalau sedang ketakutan, telinga saya peka sekali). Saya tidak nyaman memakai head-set, tapi tidak ada pilihan lain. Saya pasang head-set untuk menangkal bunyi loud-speaker tetangga. Saya putarkan instrumentalia Yiruma, Kenny G, dan beberapa lagu balada kesukaan saya.

Saya tidak tahu berapa lama saya berjuang melawan rasa takut aneh ini. Lalu, ada suatu saat ketika saya teringat Yesus. Biasanya, saya membayangkan Yesus memeluk saya atau saya rebah di pangkuanNya. Kali itu, entah kenapa, yang terbayang malah Yesus yang sedang berdarah-darah di kayu salib. Aduh! Jujur, saya paling tidak suka melihat gambar Yesus seperti itu. Bila ada gambar seperti itu di facebook, pasti saya skip cepat-cepat.

Anehnya (untungnya), kali ini saya tidak merasakan ketidaknyamanan. Saya malah membayangkan bersimpuh di dekat kaki Yesus yang penuh luka dan berdarah. Saya bilang, Tuhan Yesus, kasihanilah saya. Saya ketakutan.

Lalu, saya mengarang sebuah percakapan di kepala saya. Seolah-olah Tuhan Yesus menjawab: “Tenang aja, Nes, Aku di sini. Masak kamu takut sih. Aku di sini kok…”
Berulang kali saya mengulang kata-kata itu: “Tenang aja, Nes…”
Pelan, air mata saya turun. Tuhan, kata saya, saya nggak butuh terkenal, nggak butuh apa-apa. Saya butuh sembuh. Nggak mau ketakutan seperti ini lagi. Tuhan jangan jahat-jahat dong sama saya.

Kurang tahu juga berapa lama saya seperti itu. Yang jelas, slide show doggies masih berlangsung, Yiruma pun masih mengalun. Puji Tuhan, pelan-pelan saya merasa santai. Saya ingat sempat sekejap tertidur kelelahan.

Ini bukan kejadian pertama.

Bulan Desember tahun lalu saya juga intens mengikuti perkembangan berita Air Asia. Sama seperti semua orang, saya sangat terkejut dan berduka dengan musibah yang menimpa Air Asia. Lalu, di suatu siang, saya sedang menonton tayangan tentang Air Asia ketika saya merasaka sesuatu yang lain. Saya melihat ke pintu keluar. Saya ingin lari! Tuhan, ini adalah perasaan paling tidak enak yang harus saya alami….

Segera saya matikan TV. Saya sedang sendirian karena adik di sekolah. Saya hanya terdiam di tempat tidur sambil mencoba mengatur napas. Untungnya, terror itu cepat hilang.  Saya membiarkan hal itu berlalu dan tidak ingin mengingatnya lagi. (saya bahkan tidak ceritakan hal ini ke adik). Kejadian di pesawat dan kejadian kemarin siang membuat saya teringat lagi.

Saya menuliskannya, berharap setelah ini saya lupa. Benar-benar lupa, kalau perlu terhapus dari ingatan saya.

***
Pembatuan, 4 April 2015
@agnes_bemoe

Mungkin Anda mau baca ini juga: Naik Pesawat

Naik Pesawat

April 03, 2015 0 Comments
Naik pesawat bukan hal baru buat saya. Selama ini saya naik pesawat tanpa ada masalah. Makanya, saya heran dengan kejadian terakhir yang saya alami ketika mau ke Jakarta, 25 Maret 2015 lalu.

FYI saya berangkat dengan kondisi super excited. Memang saya ke Jakarta untuk berobat tapi jujur saya malah tidak mengingat sama sekali tentang pengobatan (Sila baca Berobat ke Jakarta). Karenanya, tidak ada sedikitpun rasa takut hinggap di pikiran saya. Saya malah senang akan bertemu dengan adik.

Ketika sudah di pesawat saya duduk baik-baik seperti biasa, mengucapkan doa, lalu membuka-buka majalah pariwisata yang disediakan (semua yang saya lakukan normal-normal saja). Begitu pesawat mau take off, saya tutup majalah pariwisata yang tadi saya baca lalu melihat ke luar.

Detik itu jugalah terror itu datang.

At a sudden. Dalam satu kedipan mata. Tanpa aba-aba. Saya menoleh ke langit-langit pesawat. Langit-langit seakan menyempit. Napas saya sesak. Aduh, saya sulit menggambarkannya kembali. Saya ingin lari keluar dari pesawat.

Tenang, tenang, tenang, kata saya dalam hati. Kalau ada apa-apa, peluk saja bapak yang ada di sebelahmu (di sebelah saya duduk seorang bapak-bapak). Saat itu saya butuh pikiran gila ini untuk mengembalikan kewarasan saya.

Segera saya meraih majalah pariwisata yang tadi saya letakkan. Saya baca tiap kalimatnya, huruf demi huruf, dengan seksama. Majalah itu adalah majalah dwi-bahasa. Saya baca bahasa Inggrisnya berikut bahasa Indonesianya. Saya seperti berlomba lari dengan pikiran saya sendiri. Saya harus mengalahkan pikiran menakutkan yang sedang menguasai akal sehat saya. Oh, Tuhan, andaikan saya tidak harus menulis tulisan ini.

Kuping saya terasa sesak dan sakit. Perut saya mual. Berulang kali saya minta permen dari pramugari. Memang diberi sih. Tapi lama-lama saya malu sendiri. Saya isap-isap lidah saya untuk mengurangi sakit di telinga.

Yang membantu mengurangi horror di telinga saya adalah sekumpulan ibu-ibu di depan saya. Mereka bercerita dengan riuhnya sepanjang penerbangan. Suara mereka membantu saya menyadari bahwa saya tidak tuli (saya takut tuli). Dalam keadaan normal saya pasti terganggu dengan kebisingan itu. Namun pagi itu, saya bersyukur sekali ada sekumpulan ibu-ibu dengan suara riuh mereka.

Penerbangan saya isi dengan membaca. Seperti yang saya katakan tadi, saya baca semua huruf di majalah tersebut. Tidak bermasud lebay, tapi ini amat sangat tidak nyaman buat saya.

Sampai di Jakarta, tujuan pertama saya adalah kamar kecil. Saya langsung muntah (aduh, nggak enak banget dibaca ya…)

Ini adalah ketiga kalinya saya merasa ketakutan yang tak beralasan (saya tahu ini tidak beralasan, tapi rasa takut saya itu begitu mencengkeram sampai-sampai logika saya tidak mampu menepisnya). Kalau tulisan ini berhasil di-posting maka ini adalah tulisan kedua yang berhasil saya buat mengenai ketakutan saya ini (yang pertama ketika saya masuk mesin MRI, sila baca di sini).

Pengalaman tak enak saya ketika di RS tidak pernah berhasil saya tuliskan :’(

Ya, pasti banyak yang tidak percaya. Banyak yang menyangka saya mengada-ada. Lebay, manja, dst. Whatever. Saya tuliskan terutama buat diri saya sendiri. Saya perlu mengeluarkannya.

Saya tuliskan juga buat siapa saja di luar sana yang mungkin mengalami hal yang sama. Saya tahu, pengalaman seperti ini SULIT diceritakan dan dituliskan.

Secara lisan pengalaman ini hanya saya ceritakan pada adik saya. Puji Tuhan, dia adalah pendengar yang baik. Dia tidak menunjukkan ekspresi tidak percaya. Dia tidak menuduh saya mengada-ada (secara verbal maupun diam-diam, melalui air muka). Dia hanya bertanya, apakah saya takut pesawat jatuh. Saya katakan tidak. Saya takut saja. Takut pesawat menyempit dan menghimpit saya. Pikiran itu membuat dada saya sesak dan perut saya mual. Dia tidak memperdebatkan jawaban saya. Dia hanya mendengarkan, dan itu sudah lebih dari cukup buat saya.

Lalu, bagaimana ketika pulang?
Itu juga yang langsung jadi kecemasan saya. Sengaja saya tidak mau memikirkan dan membahasnya. Kalau saya bahas malah semakin besar kecemasan saya. Namun, mau tak mau terpikir juga, terutama ketika saya sedang menunggu boarding. Ada waktu sekitar dua jam sebelum boarding dan saya tidak punya kegiatan untuk mengalihkan perhatian saya.

Lagi-lagi, adik saya yang saya mintai tolong. Dia tidak bisa mengantarkan saya sampai bandara makanya saya sendirian di bandara. Namun, saya membombardirnya dengan obrolan di Blackberry. Saya ketikkan semua yang ada di kepala. Karena kesibukannya terkadang adik tidak langsung membalas. Saya tidak peduli. Tetap saya kirimkan “cerita” melalui Blackberry. Puji Tuhan, tanpa terasa waktu berlalu sampai tiba-tiba terdengar panggilan untuk boarding.

Biarpun saya merasa sudah mengantisipasinya, terror itu tetap juga datang.
Saya ambil majalah pariwisata dan saya baca semua isinya. Sayangnya, majalah pariwisata ini tipis sekali. Artikelnya juga pendek-pendek. Lebih banyak iklan pendek daripada artikel. Dalam waktu sekejab sudah selesai saya membacanya.

Syukurlah, sebelum tidak bisa berpikir karena terlalu panik, saya teringat di tab saya ada game. FYI, saya bukan penggemar game. Saya benci, malah. Sangat tidak berguna, pikir saya. Nah, kemarin malam, anak adik saya ingin main game di tab saya. Karenanya, saya menginstalkan dua buah game kesukaannya: Angry Bird dan Boboiboy.

Saya lalu melakukan hal yang tidak akan pernah saya lakukan dalam keadaan waras: main Angry Bird!

Dan, Puji Tuhan, Angry Bird menyelamatkan saya. Saya asyik main sampai tiba-tiba saya mendengar suara pilot memberi perintah pada pada flight attendant untuk mempersiapkan pendaratan. Pendaratan? Benar, saya melihat Sungai Siak yang berkelok-kelok di bawah. PUJI TUHAN! Lebih bersyukur lagi karena penerbangan kali ini saya tidak muntah. Saya memang merasakan telinga sakit tapi saya sudah membeli permen banyak-banyak di Cengkareng untuk menguranginya.

Terpikir oleh saya, bagaimana nanti kalau saya mau naik pesawat lagi. Saya juga kurang tahu. Mudah-mudahan terror dan horror ini bisa tertangani. Saya mohon doa dari teman-teman semua.

***
Pembatuan, 3 April 2015

@agnes_bemoe