Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday, 26 July 2011

IN MEMORIAM Bpk. P. SIMANULLANG, B. A.

July 26, 2011 0 Comments


KENAL DAN MENJADI REKAN KERJA
Saya mengenal beliau pertama kali waktu saya main ke SMP Santa Maria Pekanbaru. Waktu itu sekitar tahun 1995 dan saya masih bertugas di SMP Santo Yosef Duri. Karena berbagai keperluan saya sering main ke Pekanbaru dan biasanya saya menginap di Wisma Guru Putri yang letaknya berdekatan dengan SMP Santa Maria Pekanbaru. Oleh rekan-rekan guru yang ada di sana saya diajak berkunjung ke SMP Santa Maria Pekanbaru.

Ketika bertemu pertama kali dengan bapak guru Ekonomi yang sering disapa “Pak Manullang” ini kesan saya beliau adalah orang yang ramah. Saya masih ingat ketika bertemu beliau, beliau dengan hangatnya langsung menyapa dan mengajak berkenalan.

Pertemuan berikutnya dengan beliau terjadi sekitar tahun 2003. Waktu itu saya sudah pindah tugas ke SMA Santa Maria Pekanbaru. Saya menjadi wali bagi kemenakan beliau, Mario Hotroha Simanullang. Kami bertemu karena beliaulah yang mengambil rapor kemenakannya. Sebagai wali murid beliau sangat kooperatif dan enak diajak bicara. Beliau sangat terbuka atas masukan bagi kemajuan prestasi kemenakannya.

Tahun 2007 saya ditugaskan di SMP Santa Maria Pekanbaru. Berarti kali ini saya menjadi rekan kerja Pak Manullang. Sebagai guru, kinerja Pak Manullang sangat mengagumkan. Beliau tertib dalam melaksanakan tugasnya. Tidak pernah terlambat hadir ke sekolah dan termasuk yang sangat jarang meminta izin. Dalam hal tugas administrasi, beliau juga salah satu yang selalu tepat waktu dalam pengumpulannya. Tidak hanya tepat waktu, hasil kerja beliau juga benar, teliti, dan rapi. Ketika banyak guru yang lebih muda malahan terkesan asal-asalan dengan tugas dan tanggung jawab mereka, Pak Manullang malah terus tekun melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawab yang dibebankan padanya. Pak Manullang sering dipercayakan untuk mengerjakan tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan ketelitian dan keseriusan, seperti pengolahan nilai. Beliau juga termasuk penulis naskah ijazah yang handal: tulisan yang indah dan rapi serta minim kesalahan tulis. Terus terang, saya sangat sangat salut! Tiga tahun menjadi rekan kerja Pak Manullang saya disodori oleh contoh dedikasi yang luar biasa.

DI MATA PARA SISWA DAN REKAN KERJA
Bagi para siswa, beliau adalah guru yang tegas, humoris, dan penyayang. Nyaris tidak pernah ada keluhan yang saya dengar mengenai beliau, baik dari siswa maupun dari orang tua. Beliau tidak segan bergurau dengan siswa, namun beliau jelas menetapkan batas yang wajar dalam hubungan guru dan siswa. Beliau juga sangat terlibat dalam kegiatan siswa. Walaupun sudah jauh lebih berumur daripada guru-guru lain yang jauh lebih muda, beliau kelihatannya tidak pernah kalah stamina bila terlibat dalam kegiatan siswa seperti MOS (Masa Orientasi Siswa), rekoleksi, ataupun bahkan retret. Bersama rekannya, Bapak A. Siregar, beliau termasuk yang tekun membimbing kelompok Paduan Suara SMP Santa Maria sehingga beberapa kali memenangkan pertandingan.

Bagi rekan guru, Pak Manullang sudah dianggap lebih dari sekedar rekan kerja. Tidak jarang beliau dijadikan tempat curhat bagi para guru. Sering saya dengar guru berkata: “Untung ada Pak Manullang yang selalu menguatkan, kalau enggak, stress betul!”. Dalam situasi kerja yang berat dan penuh tekanan para guru mengaku keberadaan Pak Manullang merupakan salah satu yang menguatkan mereka. Kalau saja tidak ada sosok-sosok penenang dan peneduh seperti Pak Manullang, mungkin para guru sudah lama memilih untuk hengkang. Tidak hanya dalam hal pekerjaan, beliau juga sering dijadikan panutan dalam hal membimbing dan mendidik anak; anak-anak beliau tumbuh menjadi anak yang tidak hanya cerdas tetapi juga baik perilakunya.

Pak Manullang sendiri tipe orang yang tidak segan-segan mengutarakan pendapatnya. Namun saya sangat salut, karena beliau selalu mengutamakan kesantunan dalam bertutur kata. Dalam rapat-rapat guru beliau pasti “bersuara”. Tetapi, yang membuat saya salut, biarpun beliau tidak setuju dengan keputusan rapat, tetapi begitu keputusan itu diambil, beliau akan melaksanakan secara konsekuen, seolah-olah beliau menyetujuinya. Saya sangat kagum dengan sikap beliau yang satu ini. Ketika integritas dan konsistensi jadi bahan tertawaan, Pak Manullang tanpa banyak bicara malah mencontohkannya!

Pak Manullang tidak pernah menganggap diri senior, walaupun perbedaan umur dengan beliau sangat jauh. Ketika diadakan program belajar komputer dan internet di sekolah, beliau termasuk salah satu yang gigih belajar. Beliau juga tidak ja’im. Bahkan sebaliknya, beliau sangat suka humor dan terkadang usil juga. Biasanya yang jadi sasaran keusilan beliau adalah Bpk. A. Siregar atau Ibu Nurmailiswati. Kedua guru ini sudah sama-sama seniornya dengan beliau. Tapi, tidak jarang juga beliau menggoda guru-guru yang lebih muda. Tujuannya, supaya tertawa! Sampai saat terakhir saya masih mendengar cerita dari mantan rekan guru: “Tadi pagi masih becandain saya…”, “Tadi masih cipika cipiki sama saya…”. Beliau memang komplit, ya tegas, ya humoris.

Beliau juga tidak pelit ilmu. Saya melihat sendiri bagaimana beliau dengan sabar membimbing guru-guru yang masih muda, baik dalam hal adminstrasi maupun dalam hal-hal sepele seperti membuat kunci jawaban. Seorang guru baru pernah merengek pada saya karena tidak bisa membuat kunci jawaban. Karena saya kejam, maka saya paksa guru tersebut untuk bisa membuat kunci jawaban. Kemudian baru saya tahu, ternyata Pak Manullang yang dengan sabarnya mengajari guru baru itu bagaimana membuat kunci jawaban.

“Gini, boru…” demikian, katanya pada guru baru itu. “Boru” adalah panggilan kesayangan untuk anak perempuan di kalangan masyarakat Tapanuli.

KERJA SAMA TERAKHIR
Kerja sama terakhir saya dengan beliau adalah ketika mempersiapkan akreditasi SMP Santa Maria Pekanbaru. Kala itu Pak Manullang mendapat tugas di bagian Sarana dan Prasarana. Tugas yang sangat sangat sangat berat, mengingat administrasi Sarana Prasarana sama sekali tidak ada! Dengan kata lain, Pak Manullang dan timnya harus kembali membuat satu persatu kelengkapan adiminstrasi Sarana Prasarana yang terhitung cukup rumit itu dari posisi nol!

Di bawah tekanan internal dan eksternal dalam proses persiapan Akreditasi SMP Santa Maria Pekanbaru saya, yang waktu itu menjadi Ketua Tim Persiapan Akreditasi SMP Santa Maria Pekanbaru, merasakan benar kontribusi Pak Manullang. Saya sangat perlu mengucapkan terima kasih atas kerja keras dan kegigihan beliau dalam mengusahakan kelengkapan administrasi Sarana dan Prasarana SMP Santa Maria Pekanbaru. Bila sekarang administrasi Sarana Prasarana di SMP Santa Maria Pekanbaru sudah tergolong lengkap dan benar maka tidak ada orang lain yang kepadanya harus diucapkan terima kasih kecuali Bapak P. Simanullang, B.A. Saya dengar akhirnya SMP Santa Maria Pekanbaru berhasil memperoleh nilai A dalam akreditasinya. Saya rasa, walaupun banyak pihak yang kemudian mengklaim diri sebagai penentu keberhasilan, salut dan angkat topi selayaknya diberikan kepada yang benar-benar bekerja keras untuk itu, termasuk diantaranya adalah Pak Manullang.

BERPULANG
Tanggal 14 Juli 2011, saya menerima kabar dari seorang teman di SMA Santa Maria yang mengatakan bahwa Pak Manullang sudah meninggal. Tidak ada berita yang lebih mengejutkan dari pada berita ini. Saya tidak pernah mendengar kabar beliau sakit. Bertemu terakhir dengan beliau adalah pada bulan Januari 2011 di Bandara Sutan Syarif Qasim, waktu itu beliau baru pulang dari Jawa. Beliau kelihatan sehat dan ceria, seperti biasa.

Rasa sedih sudah pasti. Kehilangan, apalagi. Beliau merupakan “guru hidup” yang sudah sangat jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Integritas dan konsistensi serta semangat dan teladan beliau yang saya rasakan selama bergaul intens dengan beliau tiga tahun terakhir membuka mata saya tentang “benar-salah” atau “baik-buruk”. Semoga Allah Bapa mengganjar beliau dengan kehidupan dan kedamaian kekal di Surga.

Requiescat im Pacem!

Pekanbaru, 26 Juli 2011
Agnes Bemoe

Wednesday, 13 July 2011

JADI GURU BARU - Strategi Masuk Kelas di Hari Pertama

July 13, 2011 1 Comments


Yang baru di setiap Tahun Ajaran bukan hanya muridnya saja. Hari pertama tahun ajaran baru bisa jadi merupakan hari pertama bagi seseorang dalam menjalani profesinya sebagai guru. Berbagai perasaan pasti berkecamuk dalam benak seorang guru baru; mulai dari exited sampai dengan panic. Berikut ini ada beberapa saran yang mudah-mudahan membantu.

 Bersikap TENANG. Ambil napas panjang, lemaskan badan, pikirkan hal-hal yang menyenangkan supaya tubuh anda rileks. Pancarkan semangat melalui sorot mata dan senyum. Ingat-ingatlah akan orang yang anda kagumi kepribadiannya, dan serap energy orang tersebut ke dalam diri anda.

 Masuklah ke kelas dengan rasa PERCAYA DIRI. Ingat, andalah “penguasa” ruang kelas. Pancarkan energi yang positif dengan mengatakan berulang-ulang dalam hati: “Aku bisa!”

 Sebagai guru baru anda menjadi obyek yang paling empuk untuk “dikerjai”. Dalam kondisi ini ingatlah untuk tidak REAKTIF. Abaikan gangguan-gangguan kecil dari murid (biasanya bertanya pertanyaan yang aneh-aneh sehingga temannya tertawa). Tetap fokus pada apa yang hendak anda sampaikan. Di hari pertama ini semua murid akan mengukur seberapa “kekuatan” anda. Bila anda cukup tangguh dan tidak mudah dikerjai, mereka akan “capek” sendiri.

 Bicaralah dengan jelas, tegas, ramah. Hindarkan bersikap “lebay” dan “sok gaul” hanya untuk membeli perhatian murid. Pengalaman saya, guru yang seperti ini mungkin disukai murid, tetapi TIDAK MEMPEROLEH RESPEK dari murid.

 Bersikap RENDAH HATI dan TERBUKA terhadap masukan dari berbagai pihak akan sangat membantu.

BE REALISTIC. Posisi anda sebagai Guru Baru adalah posisi yang rentan dengan "cobaan". Jangan langsung merasa gagal. Ingatlah bahwa semua guru pernah mengalami fase ini.

 Ingatlah bahwa menjadi guru adalah proses terus menerus. Jangan berhenti berusaha. Nikmati proses dan dinamikanya.

Selamat menikmati indahnya menjadi GURU!
***
Pekanbaru, 14 Juli 2011
Agnes Bemoe

Friday, 8 July 2011

HARI PERTAMA SEKOLAH

July 08, 2011 1 Comments


Senin depan Tahun Ajaran baru 2011-2012 akan dimulai. Saya bisa membayangkan berbagai macam perasaan yang berkecamuk di sanubari para murid: senang, ingin tahu, semangat, percaya diri, sampai dengan cemas, takut, bosan, dan lain sebagainya.

Waktu masih SD saya ingat, guru-guru selalu membuka Tahun Ajaran baru itu dengan sebuah tugas. Dan tugasnya tidak lain dan tidak bukan adalah MENGARANG. Kami biasanya disuruh menceritakan pengalaman selama libur. Karena saya suka mengarang, maka biasanya hari pertama sekolah buat saya jarang jadi hari yang menyebalkan atau menakutkan. Sebaliknya hari pertama sekolah menjadi hari yang menyenangkan dan menantang. Saya tidak sabar untuk menuangkan cerita saya dalam bentuk karangan.

Tidak jelas apakah guru-guru memang sudah memprogramkan kegiatan mengarang sebagai kegiatan antaran di hari pertama sekolah. Yang jelas, buat saya sebagai anak SD kegiatan mengarang membantu saya memasuki tahun ajaran baru dengan lebih gembira dan percaya diri.

Saya kurang begitu tahu praktek terkini di sekolah-sekolah dasar tentang kegiatan hari pertama ini. Namun, dari hasil ngobrol-ngobrol dengan para tetangga yang punya anak yang masih SD, kelihatannya kegiatan mengarang ini (atau kegiatan antaran awal tahun ajaran) sudah jarang dilakukan. Kebanyakan guru mengisi kegiatan hari pertama dengan perkenalan, kemudian pembagian buku, pemilihan ketua kelas, atau kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya teknis. Ada juga orang tua yang mengaku anaknya tidak diberi kegiatan apa-apa di hari pertama belajar. Alasannya, gurunya belum datang. Sebaliknya, di beberapa sekolah malah ada guru yang langsung dengan mencatatkan pelajaran. Wah! Mendengar ini, entah kenapa, saya yang merasa kehilangan. Bukannya kegiatan perkenalan dan lain-lain tidak bermanfaat. Tetapi, saya hari pertama sekolah terlalu penting untuk diisi dengan kegiatan yang sifatnya teknis semata.

Hari pertama sekolah menjadi hari yang paling menentukan di sepanjang proses belajar mengajar selama setahun. Di hari inilah semangat guru ataupun siswa masih mencapai titik yang tertinggi. Guru dan murid hadir ke sekolah dengan ledakan energi positif yang bernyala-nyala. Seolah mereka siap melakukan apa saja saat itu. Kondisi seperti ini perlu dijaga, paling tidak diakomodir dalam suatu kegiatan yang rekreatif dan edukatif. Mengarang merupakan kegiatan yang tepat untuk itu.

Dengan mengarang, anak menguraikan semangatnya secara perlahan-lahan dalam bentuk tulisan. Mengarang juga mengantarkan anak pada tahapan suasana belajar selanjutnya yang lebih padat. Di lain pihak, tidak semua anak berada dalam kondisi emosi yang positif. Pasti ada juga anak yang merasa cemas, takut, bosan, atau bahkan jengkel dengan teman ataupun sekolah barunya. Dalam hal ini, kegiatan antara seperti mengarang bisa jadi sarana bagi anak untuk menguraikan emosi negatifnya.

Hari pertama sekolah merupakan salah satu hari yang potensial untuk memicu motivasi belajar anak. Alangkah baiknya kalau disediakan kegiatan yang positif juga untuk mengisinya. db.

***

Pekanbaru, 9 Juli 2011
Agnes Bemoe



Sumber Gambar: http://www.google.co.id/imgres?imgurl