Follow Us @agnes_bemoe

Showing posts with label InnerChild Std. Show all posts
Showing posts with label InnerChild Std. Show all posts

Saturday, 14 September 2019

BEHIND THE SCENE [BTS]: PAK KETOPRAK KOKI AJAIB

September 14, 2019 0 Comments


Naskah PAK KETOPRAK KOKI AJAIB (PKKA) ini sebenarnya naskah yang sudah lama banget. Saya tulis di tahun 2012!

Waktu itu idenya saya dapat dari nonton Master Chef Australia kesukaan saya. Keseringan nonton acara masak ini, saya terpikir tentang sebuah cerita mengenai chef/koki dan dunia kuliner. Saya tulislah beberapa cerita tentang itu dengan tokoh sentral seorang koki bernama “Koki Kiko”. Koki Kiko ini punya kokimeter yang mampu mendeteksi siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Dalam waktu sekejap ia sudah akan berada di tempat tersebut untuk membuat masakan yang dibutuhkan. Kumpulan cerita ini awalnya saya beri judul “Koki Kiko Koki Ajaib”.

Setelah cerita jadi, naskah ini malah saya simpan. Entahlah, saya merasa kurang pede… hehehe…. Sempat saya coba tawarkan ke sebuah penerbit tapi tidak ada tanggapan. Herannya, saya tak begitu kecewa karena niat saya sebenarnya mau menyimpan dulu, mengendapkan siapa tahu masih bisa diperbagus.

Tahun berlalu, beberapa buku saya terbit sejak saya menuliskan Koki Kiko ini. Jujur, karena beberapa buku lain terbit ini saya jadi agak “lupa” pada Koki Kiko. Sampai di tahun 2015 saya coba tawarkan pada Penerbit Grasindo. Oleh Grasindo naskah ini diterima. Yeay! Maka selanjutnya adalah mencari illustrator.

Saya berhasil mendapatkan seorang illustrator yang gaya ilustrasinya di portofolio saya suka. Sayangnya, kerja sama ternyata tidak bisa berjalan baik sehingga Koki Kiko akhirnya tertunda lagi. Tidak tanggung-tanggung, tertundanya sampai 2 tahun sejak tahun 2016 diilustrasi… hehehe….


Tahun 2018 Koki Kiko “dibangkitkan” lagi. Kali ini oleh penerbit konsepnya diubah, bukan lagi kumpulan cerita tapi buku aktivitas. Tak hanya itu saja, cerita yang tadinya 5 buah, ditambah menjadi 8. Oke deh, singsingkan lengan baju. Saya pun mulai mengotak-atik naskah Koki Kiko ini. Puji Tuhan, naskah berbentuk buku aktivitas jadi.

Lalu… eng ing eng… ilustrasi! Untungnya, kali ini penerbit (Mbak Editor) yang berinisiatif mencari illustrator. Dan, ternyata ilustratornya adalah illustrator yang sudah saya kenal: InnerChild Std. Yeay!

Koki Kiko pun diilustrasikan dan selesai dengan bagus dan lancar. Ketika sudah 98% selesai, judul diubah karena ternyata sudah banyak buku yang menggunakan nama “Koki Kiko”. Setelah putar-putar mencari nama, diketemukanlah nama “Pak Ketoprak” sebagai ganti “Koki Kiko”. Lengkapnya “Pak Ketoprak Koki Ajaib”.



Btw, sebenarnya, selain terinspirasi dari sebuah acara reality show masak-memasak di TV, buku ini juga terinspirasi dari ibu saya sendiri: Fransisca Waldetrudist Parera Bemu. Beliau itu suka dan pintar masak. Seratus delapanpuluh derajat bedanya dengan saya >,< Saya cuma suka posting masakan… hihihi…. Nah, saya tidak pintar masak tapi bisa menulis. Saya tulislah sesuatu yang “close to my mother’s heart”, yaitu buku tentang kuliner ini. Salah satu ceritanya, “Tumpeng untuk Nenek” sebenarnya adalah persembahan khusus saya buat ibu saya itu.

Selain ibu saya sendiri, sosok lain yang saya ingat ketika menuliskan naskah ini adalah Ibu Stephani, guru PKK saya waktu SMA (di SMA Cor Jesu, Malang). Beliau ini mengajarkan ketrampilan “kecil-kecil” yang ternyata sangat bermanfaat. Dua dari delapan resep masakan di buku ini saya contek dari ajaran Ibu Stephani; Rice Omelet (Nasi Goreng dalam Selimut) dan Sweet Ballers (Kejutan Bola-Bola Cokelat). Melalui tulisan ini dan buku ini saya ingin mengucapkan terima kasih pada Ibu Stephani atas kemurahanhatinya membagikan ketrampilannya kepada murid-muridnya.

Lalu, ada apa saja sih di buku PKKA?
Yang jelas ada ceritanya… hehehe… lalu ada berbagai aktivitas seperti mewarnai, bermain kata, bermain maze, atau mengisi TTS. Pokoknya, pembaca kecilnya bakalan ‘sibuk’ deh! Di akhir setiap cerita akan ada resepnya. Jadi, setelah membaca, bisa langsung praktik memasak deh! Ringkasan isi PAK KETOPRAK bisa dibaca di sini ya.




September 2019 ini PKKA terbit. Syukur kepada Allah. Tujuh tahun perjalanannya dari naskah ke rak toko buku. Semoga perjalanan selanjutnya dari toko buku ke rumah-rumah pembacanya lancar ya.

Terima kasih kepada Penerbit Grasindo yang memberikan kesempatan kepada naskah ini. Terima kasih kepada Ibu Maria Silabakti yang sudah memoles naskah ini sehingga menjadi lebih baik. Terima kasih kepada InnerChild Std. untuk ilustrasinya yang imut. Terima kasih Tuhan. Terima kasih alam semesta.

Semoga “Pak Ketoprak Koki Ajaib” diterima dengan baik oleh para pembaca kecilnya ya.

***

Pebatuan, 14 September 2019
@agnes_bemoe

Friday, 13 September 2019

PACU JALUR KEMERDEKAAN

September 13, 2019 0 Comments
:: Seri Pengenalan Budaya Nusantara


Tahun 2017 lalu saya menjadi salah satu dari dua penulis Riau yang dipilih untuk program Kemdikbud yang disebut "Seri Pengenalan Budaya Nusantara", Program ini mengumpulkan tradisi-tradisi Nusantara dan menuliskannya kembali ke dalam bentuk cerita berinformasi.
Saya menuliskan tentang tradisi PACU JALUR dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kab. Kuantan Singingi terletak persis di perbatasan Provinsi Riau dan Sumbar, jauhnya 3 - 4 jam perjalanan darat dari kota Pekanbaru).

Pacu Jalur adalah tradisi lomba perahu tradisional masyarakat di daerah Kuantan (daerah di tepian Sungai Kuantan). Tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun ini tetap dijalankan sampai sekarang dengan semangat dan kemeriahan yang tidak berkurang.

Jujur, bangga sekali lho saya, yang "Kuantan Sasek" ini ( ), bisa menuliskan tentang tradisi kebanggaan masyarakat Kuntan-Singingi. Semoga melalui buku ini anak-anak Indonesia di mana saja berada bisa mengenal salah satu tradisi unik dan seru ini.

Sekaligus, saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih buat Mbak Wigati IsYe yang banyak (sangat banyak) membantu mulai dari awal perencanaan penulisan ini (Ingat ga, Mbak Isye, kita ‘meeting’ awal di Soto Budhe… hahaha…), mendampingi saya mencari data (termasuk hal yang tersulit yaitu menembus para narasumber yang lain), sampai pada proses akhir penulisannya.
Terima kasih juga untuk Bpk. Yaslan Hadi yang bersedia menjadi narasumber. Bapak Yaslan Hadi adalah seorang Pawang Jalur, tokoh penting dalam proses pembuatan dan lomba jalur. Semoga Bapak selalu sehat ya.

Terima kasih juga untuk Bpk. Dedi Erianto, S. Sos., yang pengetahuannya tentang Pacu Jalur luar biasa luasnya. Tidak hanya itu saja, Bpk. Dedi juga dengan murah hati memberikan informasi tentang Kota Kuantan Singingi pada umumnya dan spot-spot budayanya seperti Hutan Kota Pulau Bungin, Desa Wisata, dll.
Terima kasih kepada Bapak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Kuantan Singingi yang menerima kami dengan baik dan ramah, serta menyambut baik rencana penulisan tradisi Pacu Jalur ini.

Terima kasih pada mas Rhomi Ab dan Mas Syafrizal Pangean atas keramahan dan antusiasmenya. Semoga kapan-kapan bisa bertemu lagi.

Tentu saja, saya juga berterima kasih pada Kang Dwi InnerChild Std yang ilustrasinya membuat cerita “Pacu Jalur Kemerdekaan” menjadi lebih seru. Ilustrasinya imut dan detil. Pembacanya pasti dengan mudah mendapat gambaran apa itu jalur, dll.

Last but not least, terima kasih pada Mbak Pradikha Bestari, editor baik hati yang memoles cerita saya menjadi jauh lebih smooth dan enak dibaca. Terima kasiiih, Mbak Dhika.

Terima kasih kepada semua saja yang telah ikut mencurahkan perhatian dan kerjanya untuk cerita “Pacu Jalur Kemerdekaan” ini. Versi soft copy-nya bisa diunduh di tautan ini ya. Silakan baca, ditunggu kritik dan sarannya.

***

Pebatuan, 13 September 2019
@agnes_bemoe

Friday, 11 November 2016

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: MENGENAL NILAI DAN NORMA SECARA SEDERHANA

November 11, 2016 1 Comments
Judul Buku                  : Cerita Bijak untuk Anak
Penulis                         : Krismariana
Penyunting                  : Deesis Edith M.
Ilustrator                     : InnerChild Studio
Penerbit                       : Penerbit Bhuana Ilmu Populer
Genre                          : Fiksi Anak



Buku ini berisi lima buah cerita yang –dari judulnya sudah dapat kita tebak- mengajak anak untuk bersikap bijak. Ada Bubu si Polisi yang dihadapkan antara keinginan memiliki kue ulang tahun dan tugasnya sebagai penegak hukum sampai Si Kancil yang kehabisan persediaan mentimun padahal ia ingin sekali makan timun.
Kelimanya dituturkan dengan apik dan menarik. Apik, karena tidak menggurui biarpun mengandung muatan pesan moral yang cukup berat. Apik, karena penggunaan bahasanya sederhana.  Menarik, dengan ilustrasi yang hidup dan cerah karya InnerChild Studio. Menarik, dengan bonus stiker dan puzzle di akhir cerita. Secara khusus saya suka ukurannya yang besar (25 X 25) dan tidak terlalu tebal. Anak akan mudah memegangnya saat membaca. Dengan kelebihan ini, buku ini tak diragukan lagi ideal untuk anak-anak.
Yang mengganggu buat saya adalah judulnya. Mungkin ada pertimbangan tersendiri untuk hal ini tapi judul “Cerita Bijak untuk Anak” menurut saya sangat predictable sehingga kurang menantang dan menarik. Yang juga mengganggu buat saya adalah Kata Pengantar di halaman awal. Menilik dari pembahasaannya Kata Pengantar tersebut sepertinya ditulis untuk konsumsi orang dewasa. Apapun maksud dan tujuannya, bukankah ini tetap buku anak? Mengapa tidak memberi ruang semaksimal mungkin untuk anak?
Namun demikian, buku ini sangat layak dibaca, bahkan wajib dibaca, oleh anak-anak. Bagi orang tua yang masih memiliki anak berusia 4 – 7 tahun, saya sarankan untuk membeli dan membacakan buku ini. Bila saya seorang guru TK atau SD kelas 1 atau 2, saya akan dengan senang hati membacakan ini ke murid-murid saya dan membicarakan isinya. Saya yakin, inilah maksud buku ini ditulis; supaya anak-anak mulai menginternalisasi nilai dan norma yang terstandar.

***

Pekanbaru, 12 November 2016
@agnes_bemoe




Friday, 20 March 2015

BEHIND THE SCENE [BTS]: Suatu Hari di Sungai Sey

March 20, 2015 0 Comments


AWALNYA DARI RASA KESAL
Ya, saya suka kesel kalau murid-murid saya (dulu) alpa minta maaf, atau menyebutkan kata “tolong”, atau bilang “terima kasih”. Ketika sudah tidak lagi menjadi guru dan banyak “bergaul” di media sosial saya juga menjumpai hal yang sama. Parahnya, ini terjadi pada orang-orang yang sudah bukan anak-anak lagi.
Berapa kali saya menemukan seseorang yang bertanya pada saya menghilang begitu saja setelah diberi jawaban (yang biasanya cukup panjang lebar). Atau, bila ada perselisihan, jarang sekali ada yang lebih dulu minta maaf dengan tulus dan berusaha memperbaiki situasi. Kebanyakan saling adu otot untuk membuktikan dirinya benar.
Di dunia nyata sangat sering saya jumpai orang-orang yang enggan antre. Perilaku yang abai dan menyebalkan ini sialnya bukan hanya kasuistis, tapi sudah menyebar, nyaris menjadi karakter bangsa ini. Bener nggak sih? Karenanya, saya prihatin (hadiih, kok kayak Pak Mantan Presiden yah). Jelas sekali, sopan santun tidak dianggap penting.
Kekesalan itulah yang memicu ide membuat kumpulan cerita ini.

SETTING, KARAKTER, DAN “SUNGAI SEY”
Lalu saya mulai menulis. Suwer, relatif gampang karena saya mencontek kejadian yang saya alami atau saya lihat. Awalnya saya menggunakan tokoh-tokoh real. Setelah saya baca lagi, rasanya kurang cute.
Ketika mencari penggantinya, saya langsung terpikir tentang komunitas sungai. Rasanya setting ini belum banyak digunakan. Saya membayangkan sungai-sungai asli Indonesia tempat hewan-hewan seperti kodok, itik, atau buaya tinggal. Dari situlah tokoh Bonnie buaya pink, Edo si kodok oranye, atau Lucy si angsa ungu lahir.
Nama “Sungai Sey” muncul ketika saya kebingungan mencari nama sungai yang berbau Indonesia. Saya lalu teringat, masyarakat Riau menyebut “sungai” sebagai “sei”. Jadi “Sei Siak” adalah “Sungai Siak”. Tara! Kenapa tidak memakai kata “sei” saja. Kebetulan sekali berima dengan kata-kata lainnya, semuanya diawali dengan huruf “S”: Suatu Hari di Sungai Sey.

Bukti terbit


JALAN PANJANG DARI MENULIS SAMPAI TERBIT
Naskah “Sungai Sey” ini sebenarnya naskah lama. Saya tulis awal tahun 2012. Tapi dasar saya, bukannya dikirim ke penerbit, naskah itu malah saya pendam.
Saya lalu mengerjakan naskah lain yang memang direncanakan untuk dikirim ke penerbit. Itulah naskah “Kumpulan Kisah Santo Santa”. Kemudian saya menulis naskah ini dan itu, “Sungai Sey” benar-benar “tenggelam”.
Bulan Maret 2014 saya mendapat tawaran menulis dari Tiga Ananda. Sambil mengumpulkan naskahnya, saya memberanikan diri mengirimkan “Sungai Sey”. Syukurlah, pertengahan Juni 2014 saya mendapat kabar kalau “Sungai Sey” diterima dengan perubahan. Mbak Yenni dari Tiga Serangkai meminta supaya naskah yang tadinya terdiri dari lima cerita terpisah ini dibuat menjadi satu buku.
Agustus 2014 saya diminta memangkas “Sungai Sey”. Revisi belum sempat saya kerjakan, saya malah jatuh sakit. Saya terkena HNP (Herniated Nucleus Pulposus) atau syaraf kejepit untuk kedua kalinya. Selama Agustus – September 2014 saya keluar masuk RS tiga kali. Jangankan mengerjakan naskah, menggerakkan badan pun saya tak bisa. Sekeluar dari RS saya masih harus bed-rest sampai sekitar awal November. Saya sudah pasrah. Kalau Tiga Serangkai tidak jadi menerbitkan “Sungai Sey”, saya bisa mengerti.
Syukurlah, saya diberkati dengan editor yang baik. Mbak Yenni ternyata membantu memangkaskan “Sungai Sey”. Terima kasih, Mbak Yenni! Selanjutnya adalah proses ilustrasi bersama InnerChild Std. Untungnya, ketika mengajukan proposal naskah, saya sudah menyertakan deskripsi ilustrasi per halaman. Jadi, saya bisa sakit dengan “tenang” (Halah! Gimana toh maksudnya :p)
Selama kurun waktu itu pikiran saya terkuras oleh penyakit. Bisa dikatakan saya “lupa” pada “Sungai Sey”, InnerChild Std, dan Mbak Yenni. Maka, sebuah surprise yang amat sangat menyenangkan ketika pada bulan Februari saya diberi tahu kalau “Sungai Sey” sudah terbit. Yeay!

TERIMA KASIH
Karena sakit yang berkepanjangan (dari November 2013), saya kira tahun 2015 ini tidak akan ada buku saya yang terbit. Teman baik saya sudah menghibur, “Tidak apa-apa, yang penting sehat dulu. Nanti kan bisa menulis lagi.” Iya sih, tapi jujur, sedih juga membayangkan tidak ada buku yang terbit.
Ternyata dugaan saya keliru! “Suatu Hari di Sungai Sey” membuat tahun 2015 saya cerah.

Tata, 7 th, asyik baca "Suatu Hari di Sungai Sey"

Karenanya, saya mau berterima kasih pada banyak pihak. Pada Penerbit Tiga Serangkai, Tiga Ananda, dan terutama pada Mbak Yenni Saputri. Terima kasih juga pada InnerChild Std. (ilustrasinya bener-bener cuuuute to the max!).
Tak lupa saya ucapkan terima kasih pada yang sudah membeli “Suatu Hari di Sungai Sey”. Tidak sedikit di antaranya yang memberikan umpan balik yang positif, seperti “gambarnya khas Indonesia”, “anak saya asyik baca, tidak mau berhenti”, “saya terbantu mengingatkan anak saya lewat ceritanya”, dll. Sangat menyenangkan menerima umpan balik seperti itu.
Harapan saya, buku ini diterima baik oleh anak-anak Indonesia. Harapan saya juga, saya cepat pulih, dan bisa “menumpahkan kekesalan yang lain” lewat cerita… hehehe….

***

Pembatuan, 21 Maret 2015
@agnes_bemoe

Info detail tentang "Suatu Hari di Sugai Sey" bisa dibaca di sini

Tonton video imutnya di sini