Tahun 2017 lalu saya menjadi salah satu dari dua penulis Riau yang dipilih untuk program Kemdikbud yang disebut "Seri Pengenalan Budaya Nusantara", Program ini mengumpulkan tradisi-tradisi Nusantara dan menuliskannya kembali ke dalam bentuk cerita berinformasi.
Saya menuliskan tentang tradisi PACU JALUR dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kab. Kuantan Singingi terletak persis di perbatasan Provinsi Riau dan Sumbar, jauhnya 3 - 4 jam perjalanan darat dari kota Pekanbaru).
Pacu Jalur adalah tradisi lomba perahu tradisional masyarakat di daerah
Kuantan (daerah di tepian Sungai Kuantan). Tradisi yang sudah
berlangsung ratusan tahun ini tetap dijalankan sampai sekarang dengan
semangat dan kemeriahan yang tidak berkurang.
Jujur, bangga sekali lho saya, yang "Kuantan Sasek" ini ( ), bisa menuliskan tentang tradisi kebanggaan masyarakat Kuntan-Singingi. Semoga melalui buku ini anak-anak Indonesia di mana saja berada bisa mengenal salah satu tradisi unik dan seru ini.
Sekaligus, saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih buat Mbak Wigati IsYe yang banyak (sangat banyak) membantu mulai dari awal perencanaan penulisan ini (Ingat ga, Mbak Isye, kita ‘meeting’ awal di Soto Budhe… hahaha…), mendampingi saya mencari data (termasuk hal yang tersulit yaitu menembus para narasumber yang lain), sampai pada proses akhir penulisannya.
Terima kasih juga untuk Bpk. Yaslan Hadi yang bersedia menjadi narasumber. Bapak Yaslan Hadi adalah seorang Pawang Jalur, tokoh penting dalam proses pembuatan dan lomba jalur. Semoga Bapak selalu sehat ya.
Terima kasih juga untuk Bpk. Dedi Erianto, S. Sos., yang pengetahuannya tentang Pacu Jalur luar biasa luasnya. Tidak hanya itu saja, Bpk. Dedi juga dengan murah hati memberikan informasi tentang Kota Kuantan Singingi pada umumnya dan spot-spot budayanya seperti Hutan Kota Pulau Bungin, Desa Wisata, dll.
Terima kasih kepada Bapak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Kuantan Singingi yang menerima kami dengan baik dan ramah, serta menyambut baik rencana penulisan tradisi Pacu Jalur ini.
Terima kasih pada mas Rhomi Ab dan Mas Syafrizal Pangean atas keramahan dan antusiasmenya. Semoga kapan-kapan bisa bertemu lagi.
Tentu saja, saya juga berterima kasih pada Kang Dwi InnerChild Std yang ilustrasinya membuat cerita “Pacu Jalur Kemerdekaan” menjadi lebih seru. Ilustrasinya imut dan detil. Pembacanya pasti dengan mudah mendapat gambaran apa itu jalur, dll.
Last but not least, terima kasih pada Mbak Pradikha Bestari, editor baik hati yang memoles cerita saya menjadi jauh lebih smooth dan enak dibaca. Terima kasiiih, Mbak Dhika.
Terima kasih kepada semua saja yang telah ikut mencurahkan perhatian dan kerjanya untuk cerita “Pacu Jalur Kemerdekaan” ini. Versi soft copy-nya bisa diunduh di tautan ini ya. Silakan baca, ditunggu kritik dan sarannya.
***
Pebatuan, 13 September 2019
@agnes_bemoe
Jujur, bangga sekali lho saya, yang "Kuantan Sasek" ini ( ), bisa menuliskan tentang tradisi kebanggaan masyarakat Kuntan-Singingi. Semoga melalui buku ini anak-anak Indonesia di mana saja berada bisa mengenal salah satu tradisi unik dan seru ini.
Sekaligus, saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih buat Mbak Wigati IsYe yang banyak (sangat banyak) membantu mulai dari awal perencanaan penulisan ini (Ingat ga, Mbak Isye, kita ‘meeting’ awal di Soto Budhe… hahaha…), mendampingi saya mencari data (termasuk hal yang tersulit yaitu menembus para narasumber yang lain), sampai pada proses akhir penulisannya.
Terima kasih juga untuk Bpk. Yaslan Hadi yang bersedia menjadi narasumber. Bapak Yaslan Hadi adalah seorang Pawang Jalur, tokoh penting dalam proses pembuatan dan lomba jalur. Semoga Bapak selalu sehat ya.
Terima kasih juga untuk Bpk. Dedi Erianto, S. Sos., yang pengetahuannya tentang Pacu Jalur luar biasa luasnya. Tidak hanya itu saja, Bpk. Dedi juga dengan murah hati memberikan informasi tentang Kota Kuantan Singingi pada umumnya dan spot-spot budayanya seperti Hutan Kota Pulau Bungin, Desa Wisata, dll.
Terima kasih kepada Bapak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Kuantan Singingi yang menerima kami dengan baik dan ramah, serta menyambut baik rencana penulisan tradisi Pacu Jalur ini.
Terima kasih pada mas Rhomi Ab dan Mas Syafrizal Pangean atas keramahan dan antusiasmenya. Semoga kapan-kapan bisa bertemu lagi.
Tentu saja, saya juga berterima kasih pada Kang Dwi InnerChild Std yang ilustrasinya membuat cerita “Pacu Jalur Kemerdekaan” menjadi lebih seru. Ilustrasinya imut dan detil. Pembacanya pasti dengan mudah mendapat gambaran apa itu jalur, dll.
Last but not least, terima kasih pada Mbak Pradikha Bestari, editor baik hati yang memoles cerita saya menjadi jauh lebih smooth dan enak dibaca. Terima kasiiih, Mbak Dhika.
Terima kasih kepada semua saja yang telah ikut mencurahkan perhatian dan kerjanya untuk cerita “Pacu Jalur Kemerdekaan” ini. Versi soft copy-nya bisa diunduh di tautan ini ya. Silakan baca, ditunggu kritik dan sarannya.
***
Pebatuan, 13 September 2019
@agnes_bemoe
No comments:
Post a Comment