BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: SUDAH SAATNYA REMAJA DAN ANAK DIAJAK MENCINTAI ALAM
Buku #5
Buku #5
Di awal Januari 2023 ini saya mengikuti sebuah kelas
menulis. Salah satu materinya adalah menulis picture story book. Di awal-awal,
mentor sudah menyebutkan bahwa cara yang akan beliau ajarkan ini sangat
sederhana dan karena kesederhanaannya itu nyaris tak disadari oleh kebanyakan
penulis. Ketika mendengarkannya lalu menerapkan sendiri saya terkejut akan betapa sederhana dan ‘mudah’-nya
langkah ini. Kenapa tak terpikir sejak dulu ya, begitu pikir saya.
Btw, sebelum lanjut, saya membagikan cara ini karena saya
pribadi tertarik dengan tekniknya. Teknik ini baru buat saya. Tentu saja akan
ada banyak pembaca yang sudah mengenal teknik ini sebelumnya dan bahkan sudah
menerapkannya sehingga bagi mereka tulisan ini tidak akan bermanfaat. Tidak
apa-apa. Saya menulis untuk siapa saja yang seperti saya: merasa mengenal suatu
yang baru dan hendak mempelajarinya.
Baik, lanjut yaa.
Teknik ini berdasarkan pada kerangka kerja cerita (story framework). Kerangka kerja cerita adalah bagian-bagian yang membentuk keseluruhan cerita. Bagian-bagian itu adalah:
Itulah bagian-bagian yang membentuk cerita atau kerangka
kerja cerita. Berdasarkan kerangka itulah kita mulai menguraikan cerita kita.
Kita ikuti satu persatu langkah tersebut.
Kita lihat contoh dulu ya.
Contoh diambil dari cerita “Harry the Dirty Dog” karya Gene Zion dan ilustrasi oleh Margaret
Bloy Graham.
1.
Establish the character
(membangun/memperkenalkan karakter)
Di bagian ini penulis memperkenalkan karakternya.
Tanyakan: Apakah pembaca bisa menduga siapa tokohnya dan atau apa
kira-kira permasalahannya?
2.
Hook the audience (menarik perhatian pembaca.
Harafiah: menggaet penonton)
Tanyakan: Apakah bagian ini cukup menarik sehingga pembaca akan membuka
halaman selanjutnya?
3.
Define the problem (menetapkan masalah)
Tanyakan: apa problemnya? Apakah problem ini sesuai dengan kehidupan
anak-anak?
4.
Inciting incident (kejadian memicu masalah
menjadi genting)
Apa kejadian khusus yang memicu permasalahan?
5.
Escalate the problem (permasalahan menjadi
semakin genting)
Perlahan-lahan tingkatkan kerumitan masalahnya. Atau, berikan
permasalahan yang secara bertubi-tubi. Berulang kali tanyakan: Bagaimana
perasaan si tokoh? Bagaimana permasalahan memburuk? Apa yang tokoh ingingkan? Sampai
akhirnya: apa yang dilakukan tokoh untuk mengatasi permasalahannya?
6.
Peak and Resolution (permasalahan memuncak dan
penyelesaiaan)
Apa yang tokoh lakukan untuk mengatasi permasalahannya?
7.
Satisfying ending (akhir yang memuaskan)
Apakah semua permasalahan sudah terjawab?
Perhatikan
bahwa cerita “Harry the Dirty Dog” disusun mengikuti kerangka kerja cerita.
Kelihatannya sederhana namun hasilnya cerita menjadi menarik dengan dinamikanya
yang sesuai dengan bangunan cerita itu tadi.
Berikutnya,
saya mencoba menerapkan untuk saya sendiri. Saya membuat cerita dengan
mengikuti kerangka kerja cerita seperti di atas.
Pasti
hasilnya tidaklah sempurna. Masih ada banyak lubang di sana sini. Namun, saya
mulai saja, dan beginilah ceritanya:
Cen Nie Melawan Monster
1.
Establish
the character (membangun/memperkenalkan karakter)
Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah desa kecil di daratan Cina. Penduduknya
hidup dengan damai, sejahtera, dan bahagia.
2.
Hook
the audience (menarik perhatian pembaca. Harafiah: menggaet penonton)
Sampai suatu saat muncullah seekor monster yang amat mengerikan. Nian
nama monster itu. Ia memiliki kepala yang sangat besar. Tanduknya panjang,
giginya pun runcing dan panjang.
Biasanya sebelum melarikan diri mereka meletakkan berbagai macam makanan
di depan pintu rumah. Mereka berharap Nian akan cukup puas dengan makanan itu
dan tidak akan mengejar mereka. Namun, Nian tetap saja menghancurkan desa
mereka
3.
Define
the problem (menetapkan masalah)
Yang lebih mengerikan Nian memangsa semua yang ditemuinya. Tumbuhan,
hewan, bahkan manusia, semua dimakannya! Penduduk desa ketakutan Mereka lari
menyelamatkan diri bila Nian datang.
4. Inciting incident (kejadian memicu masalah
menjadi genting)
Demikian terus menerus sepanjang
tahun sampai suatu saat ada seorang kakek yang memutuskan untuk mengambil
tindakan.
“Aku tidak mau lari! Aku akan
hadapi Nian itu!” Demikian kata kakek itu. Semua penduduk desa sudah
membujuknya untuk lari tapi Kakek bergeming. Penduduk desa pun meninggalkan
Kakek sendirian di desa.
5. Escalate the problem (permasalahan menjadi
semakin genting)
Malam semakin larut ketika terdengan bunyi “BUM! BUM!” yang sangat keras.
Rupanya Nian sudah dekat. Si Kakek pun bersiap-siap.
Tiba-tiba….
“Ah Kong, mana Ah Ma?” Sebuah suara kecil mengejutkan Kakek. Astaga, itu
adalah Cen Nie, cucu kesayangan Kakek.
“Cen Nie, mengapa engkau tidak ikut… Aaah!” Kakek tak menyelesaikan
kalimatnya. Terdengar raungan yang memekakkan telinga.
“HHRRRAAA!”
Lalu, sebentuk tangan raksasa yang menyerupai batang pohon dengan
akar-akarnya menjebol dinding bambu rumah Kakek. Tangan itu menyambar Cen Nie!
“Aaah! Ah Kong!”
Kakek berusaha merain Cen Nie tapi sia-sia. Cen Nie sudah ditarik oleh
tangan raksasa itu!
6. Peak and Resolution (permasalahan memuncak
dan penyelesaiaan)
Nian, si Monster jahat itu,
hendak melahap Cen Nie ketika dilihatnya baju yang dikenakan Cen Nie. Sebuah
cheongsam merah menyala.
“HOAAAHHH!”
Nian buru-buru melepaskan Cen Nie
dan menutup matanya. Entah kenapa, warna merah cheongsam Cen Nie itu menyakiti matanya!
Kakek melihat hal ini juga.
Buru-buru kakek mengambil semua kertas berwarna merah yang mereka punyai. Ia
menggantungkannya di pintu dan ambang rumah. Melihat kertas berwarna merah ini
Nian semakin meraung-raung. Namun, dia tak mau pergi juga.
Kakek berpikir keras.
“Hmm… bagaimana kalau kubuat dia
tambah pusing!” pikir Kakek. Kakek lalu mencari bambu dan memukul-mukulkannya.
Ribut sekali!
“Ah, aku juga punya sesuatu!” seru Cen Nie. Ia mengambil petasan hadiah dari A Jin. Cen Nie menyalakan petasan itu.
DOR! DOR! DOR!
DOR! DOR! DOR!
DOR! DOR! DOR!
“Hoooaaahhh!” Nian ketakutan
mendengar bunyi-bunyian itu! Monster itu membalikkan badannya lalu mengambil
langkah seribu.
Kakek dan Cen Nie masih
membunyikan petasa sampai Nian hilang dari pandangan mereka.
8.
Satisfying
ending (akhir yang memuaskan)
Orang-orang kampung yang kembali dari persembunyian heran melihat Kakek
dan Cen Nie selamat. Tidak hanya itu saja, desa mereka pun selamat. Tidak ada
yang diobrak-abrik oleh Nian.
Sejak saat itulah untuk mengusir Nian setiap tahunnya mereka memakai baju
merah, memasang kertas dan lampion merah, serta menyalakan petasa dan
bunyi-bunyian lain.
Itulah
cerita saya, yang saya buat dengan teknik mengikuti kerangka kerja cerita. Buat
saya, teknik ini memudahkan kita mengecek bangungan cerita sehingga diharapkan
cerita mendapatkan dinamikanya. Silakan kalau teman-teman mau coba dan
ceritakan pendapat teman-teman mengenai teknik ini.
Oh
ya, cerita “Cen Nie Melawan Monster” sudah pernah saya unggah di Instagram saya (@agnes_bemoe) tanggal 27 Januari 2023 lalu. Silakan berkunjung.
Terakhir,
tidak terkait dengan teknik menulis sih tapi perlu saya garisbawahi: buat
teman-teman blogger yang punya kebiasaan mengambil artikel dari blog lain,
mengubah-ubah sedikit di bagian yang kurang penting (tapi kerangka besarnya
sama, bahkan dengan setiap pilihan katanya), lalu mengunggah di blog-nya
sendiri seolah itu hasil pemikirannya sendiri, saya mohon, hentikan kebiasaan
itu. Itu tindakan yang tidak jujur. Tidak baik. Anda menjadi bagian dari hal
yang jahat. Mungkin Anda dipuji karena ‘tulisan Anda’ tapi itu tidak mengubah
fakta bahwa Anda itu orang jahat. Anda hidup dalam kejahatan. Apa mau seperti
itu? Kalau tidak, bertobatlah. Mari menulis dengan jujur dan gembira. Salam.
Pebatuan,
10 Februari 2023
@agnes_bemoe