Follow Us @agnes_bemoe

Thursday 9 February 2023

CARA MUDAH MENULIS PICTURE STORY BOOK

 



Di awal Januari 2023 ini saya mengikuti sebuah kelas menulis. Salah satu materinya adalah menulis picture story book. Di awal-awal, mentor sudah menyebutkan bahwa cara yang akan beliau ajarkan ini sangat sederhana dan karena kesederhanaannya itu nyaris tak disadari oleh kebanyakan penulis.  Ketika mendengarkannya  lalu menerapkan sendiri saya terkejut akan betapa sederhana dan ‘mudah’-nya langkah ini. Kenapa tak terpikir sejak dulu ya, begitu pikir saya.


Btw, sebelum lanjut, saya membagikan cara ini karena saya pribadi tertarik dengan tekniknya. Teknik ini baru buat saya. Tentu saja akan ada banyak pembaca yang sudah mengenal teknik ini sebelumnya dan bahkan sudah menerapkannya sehingga bagi mereka tulisan ini tidak akan bermanfaat. Tidak apa-apa. Saya menulis untuk siapa saja yang seperti saya: merasa mengenal suatu yang baru dan hendak mempelajarinya. 


Baik, lanjut yaa.


Teknik ini berdasarkan pada kerangka kerja cerita (story framework). Kerangka kerja cerita adalah bagian-bagian yang membentuk keseluruhan cerita. Bagian-bagian itu adalah:


  1. Establish the character (membangun/memperkenalkan karakter)
  2. Hook the audience (menarik perhatian pembaca. Harafiah: menggaet penonton)
  3. Define the problem (menetapkan masalah)
  4. Inciting incident (kejadian memicu masalah menjadi genting)
  5. Escalate the problem (permasalahan menjadi semakin genting)
  6. Peak and Resolution (permasalahan memuncak dan penyelesaiaan)
  7. Satisfying ending (akhir yang memuaskan)

Itulah bagian-bagian yang membentuk cerita atau kerangka kerja cerita. Berdasarkan kerangka itulah kita mulai menguraikan cerita kita. Kita ikuti satu persatu langkah tersebut.


Kita lihat contoh dulu ya.


Contoh diambil dari cerita “Harry the Dirty Dog” karya Gene Zion dan ilustrasi oleh Margaret Bloy Graham.


1.      Establish the character (membangun/memperkenalkan karakter)

 



Di bagian ini penulis memperkenalkan karakternya.

Tanyakan: Apakah pembaca bisa menduga siapa tokohnya dan atau apa kira-kira permasalahannya?


2.      Hook the audience (menarik perhatian pembaca. Harafiah: menggaet penonton)

 


 

Tanyakan: Apakah bagian ini cukup menarik sehingga pembaca akan membuka halaman selanjutnya?


3.      Define the problem (menetapkan masalah)

 



Tanyakan: apa problemnya? Apakah problem ini sesuai dengan kehidupan anak-anak?


4.      Inciting incident (kejadian memicu masalah menjadi genting)

 



Apa kejadian khusus yang memicu permasalahan?


5.      Escalate the problem (permasalahan menjadi semakin genting)

 









Perlahan-lahan tingkatkan kerumitan masalahnya. Atau, berikan permasalahan yang secara bertubi-tubi. Berulang kali tanyakan: Bagaimana perasaan si tokoh? Bagaimana permasalahan memburuk? Apa yang tokoh ingingkan? Sampai akhirnya: apa yang dilakukan tokoh untuk mengatasi permasalahannya?


6.      Peak and Resolution (permasalahan memuncak dan penyelesaiaan)

 





Apa yang tokoh lakukan untuk mengatasi permasalahannya?


7.      Satisfying ending (akhir yang memuaskan)

 




Apakah semua permasalahan sudah terjawab?

 

 

Perhatikan bahwa cerita “Harry the Dirty Dog” disusun mengikuti kerangka kerja cerita. Kelihatannya sederhana namun hasilnya cerita menjadi menarik dengan dinamikanya yang sesuai dengan bangunan cerita itu tadi.

 


Berikutnya, saya mencoba menerapkan untuk saya sendiri. Saya membuat cerita dengan mengikuti kerangka kerja cerita seperti di atas.

 

Pasti hasilnya tidaklah sempurna. Masih ada banyak lubang di sana sini. Namun, saya mulai saja, dan beginilah ceritanya:

 

Cen Nie Melawan Monster

 

1.                 Establish the character (membangun/memperkenalkan karakter)

Pada zaman dahulu kala tersebutlah sebuah desa kecil di daratan Cina. Penduduknya hidup dengan damai, sejahtera, dan bahagia.


2.                 Hook the audience (menarik perhatian pembaca. Harafiah: menggaet penonton)

Sampai suatu saat muncullah seekor monster yang amat mengerikan. Nian nama monster itu. Ia memiliki kepala yang sangat besar. Tanduknya panjang, giginya pun runcing dan panjang.

 

Biasanya sebelum melarikan diri mereka meletakkan berbagai macam makanan di depan pintu rumah. Mereka berharap Nian akan cukup puas dengan makanan itu dan tidak akan mengejar mereka. Namun, Nian tetap saja menghancurkan desa mereka  


3.                 Define the problem (menetapkan masalah)

Yang lebih mengerikan Nian memangsa semua yang ditemuinya. Tumbuhan, hewan, bahkan manusia, semua dimakannya! Penduduk desa ketakutan Mereka lari menyelamatkan diri bila Nian datang.


4.            Inciting incident (kejadian memicu masalah menjadi genting)

Demikian terus menerus sepanjang tahun sampai suatu saat ada seorang kakek yang memutuskan untuk mengambil tindakan.


“Aku tidak mau lari! Aku akan hadapi Nian itu!” Demikian kata kakek itu. Semua penduduk desa sudah membujuknya untuk lari tapi Kakek bergeming. Penduduk desa pun meninggalkan Kakek sendirian di desa.

 

5.            Escalate the problem (permasalahan menjadi semakin genting)


Malam semakin larut ketika terdengan bunyi “BUM! BUM!” yang sangat keras. Rupanya Nian sudah dekat. Si Kakek pun bersiap-siap.


Tiba-tiba….


“Ah Kong, mana Ah Ma?” Sebuah suara kecil mengejutkan Kakek. Astaga, itu adalah Cen Nie, cucu kesayangan Kakek.

 

“Cen Nie, mengapa engkau tidak ikut… Aaah!” Kakek tak menyelesaikan kalimatnya. Terdengar raungan yang memekakkan telinga.


“HHRRRAAA!”


Lalu, sebentuk tangan raksasa yang menyerupai batang pohon dengan akar-akarnya menjebol dinding bambu rumah Kakek. Tangan itu menyambar Cen Nie!

“Aaah! Ah Kong!”


Kakek berusaha merain Cen Nie tapi sia-sia. Cen Nie sudah ditarik oleh tangan raksasa itu!

 

6.            Peak and Resolution (permasalahan memuncak dan penyelesaiaan)


Nian, si Monster jahat itu, hendak melahap Cen Nie ketika dilihatnya baju yang dikenakan Cen Nie. Sebuah cheongsam merah menyala.


“HOAAAHHH!”


Nian buru-buru melepaskan Cen Nie dan menutup matanya. Entah kenapa, warna merah cheongsam Cen Nie itu menyakiti matanya!


Kakek melihat hal ini juga. Buru-buru kakek mengambil semua kertas berwarna merah yang mereka punyai. Ia menggantungkannya di pintu dan ambang rumah. Melihat kertas berwarna merah ini Nian semakin meraung-raung. Namun, dia tak mau pergi juga.


Kakek berpikir keras.

“Hmm… bagaimana kalau kubuat dia tambah pusing!” pikir Kakek. Kakek lalu mencari bambu dan memukul-mukulkannya. Ribut sekali!

“Ah, aku juga punya sesuatu!” seru Cen Nie. Ia mengambil petasan hadiah dari A Jin. Cen Nie menyalakan petasan itu.


DOR! DOR! DOR!

DOR! DOR! DOR!

DOR! DOR! DOR!


“Hoooaaahhh!” Nian ketakutan mendengar bunyi-bunyian itu! Monster itu membalikkan badannya lalu mengambil langkah seribu.

Kakek dan Cen Nie masih membunyikan petasa sampai Nian hilang dari pandangan mereka.


8.                   Satisfying ending (akhir yang memuaskan)


Orang-orang kampung yang kembali dari persembunyian heran melihat Kakek dan Cen Nie selamat. Tidak hanya itu saja, desa mereka pun selamat. Tidak ada yang diobrak-abrik oleh Nian.

 

Sejak saat itulah untuk mengusir Nian setiap tahunnya mereka memakai baju merah, memasang kertas dan lampion merah, serta menyalakan petasa dan bunyi-bunyian lain.

 

 ***


Itulah cerita saya, yang saya buat dengan teknik mengikuti kerangka kerja cerita. Buat saya, teknik ini memudahkan kita mengecek bangungan cerita sehingga diharapkan cerita mendapatkan dinamikanya. Silakan kalau teman-teman mau coba dan ceritakan pendapat teman-teman mengenai teknik ini.

 

Oh ya, cerita “Cen Nie Melawan Monster” sudah pernah saya unggah di Instagram saya (@agnes_bemoe) tanggal 27 Januari 2023 lalu. Silakan berkunjung.

 

Terakhir, tidak terkait dengan teknik menulis sih tapi perlu saya garisbawahi: buat teman-teman blogger yang punya kebiasaan mengambil artikel dari blog lain, mengubah-ubah sedikit di bagian yang kurang penting (tapi kerangka besarnya sama, bahkan dengan setiap pilihan katanya), lalu mengunggah di blog-nya sendiri seolah itu hasil pemikirannya sendiri, saya mohon, hentikan kebiasaan itu. Itu tindakan yang tidak jujur. Tidak baik. Anda menjadi bagian dari hal yang jahat. Mungkin Anda dipuji karena ‘tulisan Anda’ tapi itu tidak mengubah fakta bahwa Anda itu orang jahat. Anda hidup dalam kejahatan. Apa mau seperti itu? Kalau tidak, bertobatlah. Mari menulis dengan jujur dan gembira. Salam.

 

 ***


Pebatuan, 10 Februari 2023

@agnes_bemoe

No comments:

Post a Comment