Follow Us @agnes_bemoe

Thursday 24 November 2016

12 HIASAN POHON NATAL DAN ANAK-ANAK UNIVERSAL

November 24, 2016 0 Comments

Ah, akhirnya, saya punya juga buku cerita Natal! Sangattt puas dan bangga. Biarpun sudah lumayan punya buku, belum afdol rasanya kalau belum punya buku Natal. Tetapi tentu saja, saya menulis ini bukan untuk gagah-gagahan, sekedar memuaskan ego sebagai penulis. Ada hal yang saya ingin anak-anak mengenalnya sedini mungkin.

Saya merasa, anak-anak sekrang menghadapi radikalisme di satu sisi dan krisis kepercayaan terhadap agama dan Tuhan di sisi lain. Saya tidak ingin anak-anak terperangkap dalam kedua sikap tersebut. Saya tidak yakin, dua kutub itulah kondisi ideal. Bagi saya, anak beriman (apapun agamanya), tetapi tidak buta dan sempit, melainkan terbuka pada dunia yang beraneka warna, itulah yang ideal.

Anak-anak UNIVERSAL, begitulah.

Maka, saya mengambil moment Natal 2016 ini untuk mengajak anak-anak: percayalah kepada Tuhan, pada kasih sayang Allah, sambil menyayangi sekitarmu yang berbeda. Itulah yang saya tuangkan ke dalam 12 cerita di "12 Hiasan Pohon Natal" ini. Vertikal ke Allah dan horisontal ke manusia.

Ambil contoh kisah "Baju Merah Berenda Putih". Hanna dan Tara adalah dua orang anak yang berbeda nasib. Apakah lantas mereka tidak bisa bertemu? Ternyata tidak. Ajaran baik yang diterima Hanna membuatnya mampu melihat Yesus sendiri dalam pribadi Tara.

Tidakkah kita ingin anak-anak kita hidup berdampingan dalam harmoni, apapun perbedaan yang mereka miliki?

Dengan tujuan seperti itu, saya berharap orang tua mau memilih buku ini untuk anak-anaknya. Saya juga berharap, anak-anak menikmati ceritanya dan mengambil hikmah Natal yang indah buat mereka.

Buku ini dihiasi dengan ilustrasi indah karya Elisabeth Lisa dan diterbitkan oleh Grasindo. Akan terbit awal Desember ini, tapi teman-teman bisa menghubungi saya untuk PO. Oh iya, harganya Rp. 95.000,- saja.

Akhirnya, saya ucapkan selamat menyambut Adven dan Natal, dan selamat membaca!




***

Pembatuan, 25 November 2016
@agnes_bemoe

Saturday 12 November 2016

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: SEBUAH PESTA UNTUK SENJA

November 12, 2016 1 Comments
Judul Buku                  : Melukis Senja
Genre                          : Fiksi - Kumpulan Puisi
Penulis                         : Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja
Penerbit                       : Penerbit Pohon Cahaya, 2016




Tentang hal-hal yang tak terungkapkan,
aku ingin punguti apa-apa yang kau tinggalkan,
sajak cinta, senja, dan hujan,
lalu satu demi satu,
akan kueja bersama waktu,
karena selalu akan ada yang tak sama,
dalam setiap langkah kepergian,
yang menjadi rahim dari rasa kehilangan.
(Tentang Kehilangan, Hal. 89)

Puisi di atas seolah menjadi ringkasan atasantologi bertajuk “Melukis Senja”. Cinta, senja, dan hujan ditaburkan dengan indah di sepanjang buku 182 halaman ini. Dari ketiganya, senja seolah mendapat porsi sedikit lebih banyak sehingga tidak berlebihan kalau kumpulan puisi yang ditulis oleh Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja ini terasa sebagai sebuah panggung untuk senja.
Seratus empatpuluh puisi kamar; sembilanpuluh karya Tantrini Andang selebihnya karya Yusup Priyasudiarja mengalir dengan indah dan lembut sejak dari “Senja Tanpamu” sampai “Gerimis atau Hujan”. Konsistensinya sungguh patut diacungi jempol. Kelihatan sekali penulis memilih diksinya dengan cermat dan merangkaikannya dengan terampil. Tidak hanya konsisten dalam kualitas puisi, namun juga dalam hal penuturan. Saya kagum dan salut kepada kedua penulisnya. Puisi-puisi di buku ini seolah ditulis oleh satu orang yang sama! Karena menyangkut rasa, saya pikir hal ini tidak mudah.
Namun demikian, yang jauh lebih penting daripada diksi dan teknik pemuisian adalah kesediaan penulis untuk membuka diri secara jujur dan otentik, membiarkan pembaca masuk pada ruang batin si aku liris di setiap puisinya, dan karenanya membiarkan pembaca untuk ikut merasakan apa yang dirasakan si aku liris; entah rindu, rapuh, ataupun penuh harap.
Saya bersyukur atas terbitnya kumpulan puisi ini. Dunia tulis-menulis sekarang ini saya rasa sedang dirajai oleh tulisan yang bertabur kata-kata indah namun lebay tanpa makna. Antologi ini menunjukkan kepada kita bahwa kita bisa menggunakan kata-kata dengan indah dan anggun  sambil menitipkan makna yang dalam di setiap kata-katanya.
Selain karena puisi-puisinya yang seolah-olah membawa para pembaca terbang dengan awan-awan, saya salut dengan tata tulisnya. Tidak sedikit penulis –bahkan yang mengaku penyair- abai tentang tata tulis ini. Akibatnya, puisi yang sebenarnya indah menjadi berkurang nilainya. Syukurlah, puisi-puisi dalam antologi ini tidak mengalami penurunan nilai karena tata tulis yang ceroboh.
Namun demikian, ada beberapa hal yang mengusik saya. Yang pertama, tentang tema dan para penulisnya. Apa yang mengikat mereka? Apa bedanya kalau Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja menulis sendiri-sendiri dalam buku masing-masing? Saya teringat akan “Tiga Menguak Takdir”, karya besar tiga orang penyair Rivai Apin, Chairil Anwar, dan Asrul Sani. Mereka mengikat diri dalam tema mendobrak kekunoan pemikiran Sutan Takdir Alisyahbana saat itu dalam menginterpretasikan sastra. Kembali kepada “Melukis Senja”. Tentu saja tidak wajib ada semacam tema kuat pengikat keseratusempatpuluh puisi di dalam buku ini. Namun, saya pikir akan lebih kental seandainya Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja bersedia menyortir lagi puisi-puisinya ke dalam sebuah tema yang lebih sempit.
Hal berikutnya adalah cover. Saya tidak mempermasalahkan ilustrasinya (saya dengar, cover bahkan digambar sendiri oleh Tantrini Andang, yang mana ini merupakan nilai lebih bagi kumpulan puisi ini). Hanya saja, untuk selera pribadi saya, cover terkesan suram.  Endorsement Joko Pinurbo yang diterakan di bagian cover pun seolah tenggelam dan agak sulit ditangkap. Dan ini, menurut saya, sangat disayangkan.
Namun demikian, terlepas dari itu, antologi puisi ini adalah buku yang sangat berharga untuk dimiliki dan dikoleksi. Saya sangat menikmati puisi-puisinya dan saya merekomendasikannya pada siapa saja yang gemar membaca atau menulis puisi.

***


Pekanbaru, 12 November 2016

@agnes_bemoe

Friday 11 November 2016

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: MENGENAL NILAI DAN NORMA SECARA SEDERHANA

November 11, 2016 1 Comments
Judul Buku                  : Cerita Bijak untuk Anak
Penulis                         : Krismariana
Penyunting                  : Deesis Edith M.
Ilustrator                     : InnerChild Studio
Penerbit                       : Penerbit Bhuana Ilmu Populer
Genre                          : Fiksi Anak



Buku ini berisi lima buah cerita yang –dari judulnya sudah dapat kita tebak- mengajak anak untuk bersikap bijak. Ada Bubu si Polisi yang dihadapkan antara keinginan memiliki kue ulang tahun dan tugasnya sebagai penegak hukum sampai Si Kancil yang kehabisan persediaan mentimun padahal ia ingin sekali makan timun.
Kelimanya dituturkan dengan apik dan menarik. Apik, karena tidak menggurui biarpun mengandung muatan pesan moral yang cukup berat. Apik, karena penggunaan bahasanya sederhana.  Menarik, dengan ilustrasi yang hidup dan cerah karya InnerChild Studio. Menarik, dengan bonus stiker dan puzzle di akhir cerita. Secara khusus saya suka ukurannya yang besar (25 X 25) dan tidak terlalu tebal. Anak akan mudah memegangnya saat membaca. Dengan kelebihan ini, buku ini tak diragukan lagi ideal untuk anak-anak.
Yang mengganggu buat saya adalah judulnya. Mungkin ada pertimbangan tersendiri untuk hal ini tapi judul “Cerita Bijak untuk Anak” menurut saya sangat predictable sehingga kurang menantang dan menarik. Yang juga mengganggu buat saya adalah Kata Pengantar di halaman awal. Menilik dari pembahasaannya Kata Pengantar tersebut sepertinya ditulis untuk konsumsi orang dewasa. Apapun maksud dan tujuannya, bukankah ini tetap buku anak? Mengapa tidak memberi ruang semaksimal mungkin untuk anak?
Namun demikian, buku ini sangat layak dibaca, bahkan wajib dibaca, oleh anak-anak. Bagi orang tua yang masih memiliki anak berusia 4 – 7 tahun, saya sarankan untuk membeli dan membacakan buku ini. Bila saya seorang guru TK atau SD kelas 1 atau 2, saya akan dengan senang hati membacakan ini ke murid-murid saya dan membicarakan isinya. Saya yakin, inilah maksud buku ini ditulis; supaya anak-anak mulai menginternalisasi nilai dan norma yang terstandar.

***

Pekanbaru, 12 November 2016
@agnes_bemoe




Saturday 5 November 2016

DARI NASKAH KE BUKU

November 05, 2016 0 Comments
Beberapa waktu yang lalu saya menulis tentang bagaiman menulis cerita anak. Sekarang, saya ingin berbagi tentang bagaimana membuat naskah menjadi buku. Oh iya, seperti "Menulis Cerita Anak a la Saya", proses teknis ini adalah yang saya alami karena saya bukan ahlinya. 

‘ANATOMI’ BUKU
Ada baiknya kita kenali dulu bagian-bagian penting buku sebelum kita menyusun buku. Secara sederhana, buku terdiri dari:
1.      Cover
2.      Halaman Prancis
3.      Isi
4.      Punggung buku

Cover adalah lembar pertama dan terakhir buku. Istilah yang sering dipakai adalah “Front Cover” dan “Back Cover”. Cover bisa berbentuk cover tebal (hard cover) atau tipis (soft cover).
Contoh cover: Aubrey dan The Three Musketeers, Soft Cover

Di Front Cover dituliskan judul buku, nama penulis (dan illustrator), nama penerbit, serta logo penerbit. Sedangkan di Back Cover dituliskan blurb. Blurb berisi ringkasan isi buku. Blurb berbeda dengan sinopsis. Bila sinopsis menceritakan secara ringkas isi buku dari awal sampai penyelesaian, blurb menyisakan penyelesaiannya sebagai daya tarik untuk pembaca.

Contoh sinopsis (diambil dari “Bo & Kawan-Kawan di Peternakan Kakek Ars): Lomba Lari Musim Panas: Vicky Kelinci sangat kecewa ketika dia hanya menempati posisi juara dua dalam lomba lari. Ia sudah berlatih sangat keras dan harapannya adalah merebut gelar juara satu. Bo membuatnya sadar bahwa kekalahan tidak harus disikapi dengan keputusasaan.
Contoh blurb: Setiap hari Vicky Kelinci berlatih lari bersama Bo. Tujuannya hanya satu: menjadi juara dalam Lomba Lari Musim Panas! Berhasilkah Vicky mendapat gelar juara itu? Setelah pertandingan, mengapa Bo malah mendorongnya jatuh?

Halaman prancis atau prelim adalah halaman yang berisi cover dalam (half cover), KDT (Katalog dalam terbitan); nama penulis, editor, layouter, desain kaver, penerbit, tahun terbit, alamat, dll; kata pengantar; daftar isi, dll.

Isi tentu memuat isi naskah. Pada buku anak, isi naskah dipecah-pecah menjadi beberapa halaman, misalnya duapuluh delapan atau tigapuluh dua. Jumlah halaman haruslah yang habis dibagi 4.
Masih ingat contoh “Lila Mencari Tetes Air Hujan” di tulisan saya sebelumnya? Cerita itu dibagi menjadi tigapuluh dua halaman termasuk cover.

Punggung buku adalah bagian yang menghubungkan front cover dengan back cover.

Halaman. Pada pembuatan buku, halaman dibedakan dengan ‘halaman kiri’ dan ‘halaman kanan’. Kiri dan kanan ini dari arah pembaca. Selain kiri dan kanan, halaman dibedakan menjadi halaman single dan spread. Halaman single adalah halaman kiri saja atau kanan saja. Halaman spread adalah halaman kiri dan kanan.

MEMBAGI NASKAH
Secara sederhana, naskah bisa dibagi begitu saja secara seimbang sesuai dengan jumlah halaman. Namun, idealnya, naskah dibagi berdasarkan plot-nya. Ini dimaksudkan agar anak-anak pembacanya tertarik untuk terus membaca buku tersebut sampai halaman terakhir.
Naskah bentuk matriks

Secara teknis, pembagian naskah bisa dibuat konsepnya seperti contoh di bawah ini. Format semacam ini sering disebut matriks. Naskah dibagi dari Front Cover sampai Back Cover, halaman single atau spread, termasuk teks yang akan diterakan di halaman tersebut.
Naskah dibagi dari cover sampai blurb


ILUSTRASI DAN USULAN ILUSTRASI
Buku cerita anak membutuhkan ilustrasi. Dalam hal ini, penulis perlu bekerja sama dengan illustrator. Ilustrasi pada buku haruslah berupa kerja sama harmonis antara penulis dan illustrator. Penulis bisa berinisiatif memberikan usulan ilustrasi. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan ilustratorlah yang merancang ilustrasi berdasarkan teks yang dibacanya. Tentu saja, ilustrasi itu –siapapun penggagasnya- tetap dibicarakan bersama.
Contoh Sketsa, diambil dari "Kumpulan Kisah Santo Santa", Agnes Bemoe & Fanny Liem

Di luar negeri cara kedua itulah yang lebih sering diterapkan. Itulah sebabnya, buku anak sering ditulis “Oleh: … & …”, misalnya “Oleh Agnes Bemoe & Lisa Gunawan” karena memang dipikirkan dan diolah oleh dua orang –penulis dan illustrator-.

SELANJUTNYA BAGAIMANA?
Naskah sudah ada, sudah dibagi ke dalam format matriks. Selanjutnya?
Selanjutnya, lengkapi dengan kata pengantar yang baik dan data diri, kirimkan ke penerbit. Ada baiknya kalau naskah itu dikemas dalam bentuk proposal naskah. Proposal naskah berarti pengiriman naskah dilengkapi dengan beberapa detail seperti ukuran buku, pembaca target, sinopsis, keunggulan buku, selling point, dll.
Proposal Naskah

Bila sudah lengkap semuanya, kirim dan… lupakan! Hehehe… send and forget. Jangan terlalu dipikirkan seolah-naskah kita akan dibalas keesokan harinya. Penerbit menerima ratusan (bahkan mungkin ribuan) naskah tiap harinya. Butuh waktu bagi naskah kita hingga sampai di tangan editor. Namun demikian, anda bisa tanyakan nasib naskah anda setelah kurang lebih tiga bulan.

Selamat menulis, membagi, dan mengirimkan naskah!

***
"Hujan! Hujan! Hujaaan!", Agnes Bemoe, Gramedia Pustaka Utama, 2014


Pekanbaru, 6 November 2016

@agnes_bemoe