Hari ini, 8 Maret, kita memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day).
Dikaitkan dengan buku, ini mengingatkan saya pada buku-buku anak berikut ini. (Oh ya, buku yang saya
maksud di sini adalah chapter book
ya)
Buku-buku berikut mengangkat anak perempuan, tidak hanya sebagai
tokoh utama tapi yang lebih penting adalah memberikan karakter dan kepribadian
yang berbeda dari stereotype yang
beredar di masyarakat. Tidak asal berbeda, penulisnya memberikan aliran spirit
dan semangat, dorongan, drive atau
apapun istilahnya sehingga tokoh menjadi ‘alat cubit’ tersendiri bagi pemikiran
pembaca tentang keperempuanan.
Sebelumnya juga, tulisan ini bukan penelitan dan saya tidak membaca semua buku yang terbit di
Indonesia. Saya menyampaikan apa yang sudah saya baca. Akan ada kemungkinan ada
judul yang juga menunjukkan girl-power
tapi terlewati di tulisan ini. Jangan keburu berpikir negatif dan menganggap
saya sengaja menepikan buku-buku itu ya. Kalau mau berbaik hati, silakan
tambahkan.
Oke deh, dan buku-buku itu adalah “Menggapai Rembulan” dan “Sepeda
Onthel Kinanti”. Dua-duanya karya penulis yang cukup terkenal, Iwok Abqary (Ridwan Abqary).
Dua buku ini bercerita tentang anak perempuan yang berjuang untuk keluar dari jerat kemiskinan dan jerat yang lebih kejam lagi yaitu pembatasan oleh orang lain hanya karena mereka perempuan.
Kedua tokohnya, baik Kinanti maupun Rembulan, adalah anak-anak yang punya tekad baja dan gigih mencapai
cita-citanya. Termasuk juga kuat dan tabah ketika cita-cita itu tak kunjung
tercapai. (P.S. inilah kekuatan yang sesungguhnya itu, bukan?)
Apa lantas anak-anak perempuan ini menjadi macho dan
maskulin? Nah, itu yang saya suka dari dua buku ini. Buku ini tidak membuat dua
tokohnya menjadi maskulin-like, yang
mana, malah melecehkan perempuan, ya kan? Seolah menjadi perempuan itu tidak
cukup baik. Kedua tokoh ini tetap dengan segala keperempuanannya tapi dengan
pola pikir dan semangat yang lebih merdeka dan positif.
Ulasan lebih lengkap tentang kedua buku ini saya tuangkan ditulisan ini.
Sayang sekali, dua buku ini sudah tidak ada lagi di pasaran.
Mudah-mudahan ke depannya ada penulis yang mau mengambil tema ini untuk
tulisannya.
Lalu, untuk buku yang sedang ada di pasaran atau masih bisa
dibaca?
Nah, itulah, saya tidak membaca semua buku. Ada satu buku
(satu seri ding) karya seorang sastrawati terkenal, tokohnya anak perempuan. Namun,
saya pribadi tidak menganggap buku itu karya yang bagus dan tokohnya cukup
mewakili gerakan atau dorong keanakperempuanan. Karenanya tidak saya cantumkan
di sini. (Bahkan, mengingat bukunya yang mencantumkan kekerasan secara vulgar,
saya tak menganggap itu buku yang baik).
Namun, beberapa waktu yang lalu, ketika berselancar ke situs Room to Read, saya menemukan satu cerita yang tokohnya cukup unik; seorang anak perempuan yang juga penyembuh (healer). Bukunya berjudul “Witan dan Negeri Arana” karya Audelia Agustine.
Witan dan Negeri Arana, Audelia Agustine |
Tema buku ini sendiri
tentang alam dan ikatan timbal baliknya dengan manusia. Namun, tokoh Witan
sendiri digambarkan punya karakter dan kepribadian yang jauh dari batas-batas stereotype. Witan adalah anak perempuan yang
gigih, serba ingin tahu, percaya diri, dan tahan banting. Ini membuat buku ini
tidak saja asyik dibaca tapi juga bisa menjadi perwakilan bagi anak-anak
perempuan di mana saja.
Itulah buku-buku yang menurut saya telah dengan baik sekali
mengulik tentang keanakperempuanan.
Apakah teman-teman sudah membaca buku-buku itu? Bagaimana
menurut teman-teman?
Pebatuan, 8 Maret 2021
@agnes_bemoe
No comments:
Post a Comment