Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday 29 October 2019

CERITA RESIDENSI 2019: KE RUMAH IBU MARTHA D. GABI



Sore hari di hari Senin, 28 Oktober 2019, saya mengunjungi Ibu Martha Dada Gabi. Ibu Martha adalah istri mendiang Bpk. Gregorius G. Kaka. Bpk. Gregorius ini adalah seorang pendidik dan budayawan Sumba (beliau lebih sering disebut “Bapak Goris”).

Selain menghabiskan waktunya sebagai pendidik di SMP Katolik Wona Kaka Homba Karipit (beliau adalah kepala sekolah), Bapak Goris juga adalah penulis buku sejarah perjuangan Wona Kaka. Menurut Ibu Martha, Bapak Goris menyusuri kehidupan Wona Kaka ini selama hampir sepuluh tahun. Mendiang benar-benar melakukan napak tilas dan menemui orang-orang yang masih mengingat/mengenal Wona Kaka secara pribadi. Catatan itu dikumpulkan kemudian dibukukan. “Dibukukan” di sini maksudnya adalah diketik manual lalu dijilid. Amat sangat sederhana.
Namun demikian, buku yang amat sangat sederhana itu sebenarnya adalah harta karun yang sangat berharga. Saya rasa, itulah satu-satunya tinggalan tertulis tentang Wona Kaka, pahlawan Perang Kodi.

Mengingat minatnya yang begitu besar terhadap sejarah, saya kira mendiang Bpk. Goris dulunya studi Sejarah. Ternyata, beliau jebolan Padepokan Tari Bagong Kusudiarjo Yogyakarta. Ya, Bapak Goris juga adalah seorang penari yang handal. Tidak hanya itu saja, beliau juga penggubah lagu. “Mars Wona Kaka” adalah salah satu lagu hasil ciptaan beliau. Belum lagi sejumlah lagu rohani. Beliau juga penerjemah Kitab Suci ke dalam Bahasa Kodi.
Dengan segudang prestasinya itu tidak heran kalau beliau dianugerahi gelar “Budayawan Sumba” oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Sayang sekali, beliau berpulang tahun 2005, persis 10 hari setelah beliau berulang tahun ke-60, karena sakit mendadak.

Ketika sedang mencari referensi tentang Warat Wona dan Wona Kaka inilah saya diberitahu tentang nama beliau.
Sore itu saya ditemui oleh istri mendiang, Ibu Martha D. Gabi. Ibu Martha menerima saya dengan baik sekali. Siangnya sebenarnya saya sudah menemui beliau di tempat kerja beliau di SD Katolik Homba Karipit (ya, beliau masih mengajar di usianya yang ke-71. Ini adalah keinginan beliau sendiri karena beliau ingin ada kesibukan). Saya sudah menyampaikan keinginan saya untuk menggali tentang Warat Wona dan Wona Kaka.

Nah, ternyata, beliau sudah mencarikan beberapa topik di buku hasil karya suaminya. Aduh… saya jadi segan sendiri. Ini berarti beliau meluangkan waktu untuk membaca kembali dan mencari informasi yang saya butuhkan. Padahal pikir saya, biar saya cari sendiri saja informasi itu.
Tidak hanya mencarikan, beliau juga dengan baik hatinya bersedia meminjamkan buku hasil karya suaminya itu kepada saya. Yeay!

Ibu Martha sendiri adalah pribadi yang hangat dan menyenangkan. Suaranya masih jelas dan tegas. Ingatannya masih tajam.  Beliau punya topik pembicaraan yang tak terbatas. Beliau juga adalah seorang penari. Pada kesempatan itu beliau mengajarkan beberapa gerakan tarian Kodi kepada saya. Saya pun minta kalau ada pengajaran tari lagi, saya diajak.

Sore itu saya memutuskan untuk tidak menjadi peneliti… hehehe… saya letakkan bolpen dan notes saya. Saya mau ngobrol saja dengan ibu yang baik ini. Saya senang bertemu dengan sosok yang ramah ini sehingga saya tidak mau merusaknya menjadi semacam waktu pengumpulan data saja.

Setelah mengobrol lama, sambil minum teh dan makan kue, saya mohon pamit. Beliau membawakan saya buah mangga dari kebunnya, pisang, dan kue nagasari.

Dan, ketika pulang, beliau memutuskan untuk mengantarkan saya … sampai di Pastoran! Aduuuh! Mau menolak (karena pasti kesannya saya kurang ajar banget) tapi beliau sepertinya merasa senang berjalan sambil mengantarkan saya.

Jadilah, sore itu adalah sore yang istimewa, dimana saya ditemani dan diantar pulang oleh seorang ibu yang ramah dan baik hati, Ibu Martha D. Gabi. Sehat-sehat selalu ya, Ibu, semoga lain waktu kita bisa bertemu kembali, dan di waktu itu saya sudah bisa memberikan hasil penelitian saya di Kodi ini.

***

Homba Karipit, 28 Oktober 2019
@agnes_bemoe


No comments:

Post a Comment