Penulis : Clara Ng
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Genre : Novel Semi Fantasi
Jumlah Halaman : 348 halaman
Mantra Dies Irae - Clara Ng |
Membaca buku ini saya teringat tentang salah satu twit penulisnya yang menyebutkan bahwa menulis hal klise tidaklah haram. Kreativitas tidak hanya keliahatan pada kemampuan membuat sesuatu yang baru. Kreativitas ditantang dengan membuat hal yang klise menjadi menarik.
Sepertinya Clara Ng membuktikan ucapannya dalam novel bersampul kuning muda ini.
Cerita besarnya sebenarnya sangat sangat sangat klise. Cinta. Cinta bersegi-segi yang ditawarkan di novel ini pun sebenarnya bukan hal aneh. Nuna mencintai Xander, Xander mencintai Oryza. Oryza disukai Pax. Pax disukai Strawberry. Pax juga disukai Lavender. Padahal Chao tergila-gila pada Lavender. Melengkapi segi ini adalah Tsungta, raja pulau Varaiya, tergila-gila pada Nuna. Nah!
Tidak hanya itu saja. Akhir dari cinta segi-rumit ini pun sebenarnya sudah bisa ditebak. Tapi, sejujurnya, saya sebagai pembaca, tidak sempat berpikir untuk menebak. Pikiran saya langsung diserbu oleh keasyikan-keasyikan yang dimunculkan oleh penulis, sampai tahu-tahu... tamat!
Clara Ng benar-benar menunjukkan kalibernya sebagai seorang penulis. Taktiknya untuk membagi cerita menjadi kisah-kisah pendek yang (seolah-olah) tak berujung pangkal membuat pembaca terus menerus penasaran.
Dengan gaya menulis seperti ini, awalnya, cerita memang terasa membingungkan dan sama sekali tidak menarik. Saya hampir putus asa dan merasa novel ini bukan untuk saya. Namun, syukurlah saya memaksakan untuk terus membaca.
Yang juga unik adalah penulis memakai dunia paralel yang disandingkan dengan manis dengan dunia nyata. Jadi, kesemua tokohnya itu sebenarnya adalah penyihir. Namun, mereka hidup dan tinggal di Jakarta. Ya, Jakarta sebagai kota Jakarta yang kita kenal. Jadi, dapat dibayangkan akan ada logika-logika yang bertabrakan antara dunia para tokoh sebagai penyihir dan logika manusia biasa. Yang luar biasa, yang bertabrakan ini tidak lalu jatuh dalam jebakan "penyelesaian mudah" namun menjadi kelucuan tersendiri. Kelucuannya ini malah kemudian jadi point yang menarik.
Menyinggung tentang lucu, saya tak menduga Clara Ng sangat humoris. Terus terang, Mantra Dies Irae yang saya kira seram dan kelam, malah membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Apakah ini novel gokil? Tidak. Kelucuannya dibangun dari konteks ceritanya bukan dari perilaku gokil karakter-karakernya.
Satu hal lagi yang membuat saya tidak menyadari ke-klise-an novel ini adalah cara Clara Ng membangun karakter tokoh-tokonya. Kita mengenali tokoh Pax dari cara Pax berdialog, dari komentar Nuna, dari ejekan Xander, dan seterusnya. Sehingga akhirnya, dalam kepala kita terbangun bagaimana si Pax ini. Dan yang lebih akhirnya lagi, kita tidak peduli bagaiman si Pax. Kita ikut-ikutan menerima dia. Sama seperti Nuna.
Masih mengenai karakter, Clara Ng juga teliti sekali dalam menciptakan tokoh-tokohnya. Satu gesture kecil pasti diselipkan pada masing-masing tokoh. Ini membuat setiap tokoh menjadi unik. Perhatikan tokoh Chao dengan "man"-nya, Strawberry yang selalu menyebut dirinya sebagai orang pertama sebagai "Strawberry" dan bukan "aku" atau "gue".
Trik-trik Clara Ng inilah yang menyebabkan tema klise yang diangkatnya berubah menjadi luar biasa menarik!
Saya sulit menemukan kekurangannya, bukan karena merasa segan (karena penulisnya hebat dan seterusnya), tetapi memang, setelah susah payah saya mencari celahnya tidak juga saya ketemukan.
Sebagai pembaca pada umumnya, saya merasa terhibur sekali dengan novel ini. Sebagai penulis, saya melihat banyak contoh bagus dari novel yang merupakan salah satu dari Trilogi "Jampi-Jampi Varaiya" ini.
Mudah-mudahan pembaca lain juga merasakan hal yang sama.
***
Pekanbaru, 28 Juli 2013
Agnes Bemoe
@agnesbemoe
=========
Kemarin, 30 Juli 2013, saya dapat tweet dari @Gramedia. Resensi "Klise yang Menyenangkan" ini ternyata terpilih jadi Resensi Pilihan Minggu Ini. Howaa! Senangnya! :)
huhuuuy.. jadi ingin beli deh mbaaak!
ReplyDeleteGa nyesel kok punya buku ini... hehehe... (y)
Deleteresensinya emang bikin daku penasaran pengen baca juga
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir, mbak Astri... :)
DeleteAloha, aku dah lewat lho. Sekarang mau sering nongkrongin boleh kan mBak Agnes? :D
ReplyDelete@IndriaSalim
Hai, mbak Indri, makasih udah berkenan lewat. Monggo silakan mampir... hehehe... :)
Delete