Kumpulan Kisah Santo Santa, Penerbit Genta, 2013 |
Di kesempatan ini saya ingin sharing pengalaman saya pertama kali naskah saya diterima oleh penerbit mayor. Ini bukan pengajaran lho ya. Jadi, jangan kecewa, tidak ada tips ataupun resep ajaib menembus penerbit mayor di tulisan ini. Suwer, ini murni sharing (Dan, iya, saya mengerti kalau anda semua bubar… hahaha!)
Saya pernah mengirim naskah cerita anak ke penerbit
mayor. Ditolak. Kirim lagi. Ditolak lagi. Hehehe… ya sudah, saya mundur sambil
mengobati sakit hati. Itu jauuuh sebelum saya memutuskan jadi penulis full time dan jauuuh sebelum dunia
mengenal media sosial.
Setelah kenal fb, saya ikut beberapa grup
kepenulisan dan kenal dengan beberapa penulis cerita anak. Dari grup
kepenulisan ini saya belajar bagaimana menyusun naskah cerita anak yang baik. Jujur,
PERKENALAN DENGAN PENULIS CERITA ANAK ini signifikan membantu saya belajar menulis
cerita anak. Beberapa penulis cerita anak secara pribadi bersedia berbagi ilmu
dan atau menjadi proofreader bagi
cerita saya. Saya juga mengikuti kelas menulis yang ditaja oleh seorang penulis
cerita anak terkemuka Indonesia, Ary
Nilandari.
Di situlah saya memahami, kenapa cerita-cerita saya
yang dulu itu ditolak melulu… hehehe…. Secara teknis, ada beberapa hal yang
perlu diketahui sebelum mengirim naskah ke penerbit. Jumlah kata, misalnya.
Cara bercerita juga perlu diasah. Penerbit menerima naskah ribuan (kali ya,
kurang tahu persisnya, artinya: banyak!). Penerbit pasti sangat pemilih dalam
hal ini. Jadi, pastikan cerita itu dirakit dengan sedemikian rupa sehingga
menarik. Belum lagi masalah kerapian tata bahasa dan tata tulis umumnya.
Lalu,
bagaimana persisnya saya memasuki gerbang penerbit mayor?
Masih ingat bahwa saya sempat memutuskan untuk tidak
mengirimkan naskah dulu ke penerbit mayor? Nah, lalu suatu saat, saya diberi
saran oleh seorang penulis cerita anak ternama (karya beliau sudah ratusan dan
menyebar di mana-mana) untuk mengirim naskah ke sebuah penerbit mayor. Tidak
hanya menyarankan, beliau memperkenalkan saya dengan sebuah penerbit mayor. Saya
pun menulis sebuah naskah dan dengan deg-degan mengirimkannya ke penerbit
tersebut. Mungkin (pasti) faktor nama besar penulis ini ya, naskah saya
diterima. Jadilah naskah saya diterbitkan di penerbit mayor itu.
Selamanya
saya akan berterima kasih pada penulis buku anak terkenal tersebut. Biarpun
kemudian saya membayar dengan mahal sekali, tidak mengurangi sedikitpun rasa
terima kasih saya.
Kelihatannya kok mudah ya, asal “kenal orang dalam”,
selesai masalah. Percayalah, tidak sesederhana itu. Saya yakin, penulis
terkenal yang saya ceritakan di atas pasti tidak ngawur dalam memilih orang
karena berkaitan juga dengan nama baiknya dan kemudian berkaitan dengan nama
baik penerbit. Kalau yang diperkenalkan adalah sebarang orang, tentu hasilnya
akan memalukan.
Ada proses yang tidak pendek sebelum pengiriman naskah itu. Proses itu berawal dari PERTEMANAN. Ya, murni pertemanan. Saya
pribadi tidak bermaksud berteman dengan seseorang supaya bisa mengambil manfaat
dari orang itu. TIDAK.
Murni, saya ingin berteman dan belajar. Bahwa pertemanan yang diisi dengan
saling belajar itu kemudian membawa saya yang newbie ini ke pintu penerbitan mayor, itu sama sekali di luar
rencana.
Lalu, bagaimana kalau kita kebetulan tidak kenal
dengan siapa-siapa di dalam dunia penerbitan?
Dengan segala kerendahan hati, saya hanya bisa
memberikan saran:
1. Terus
belajar dan mengasah diri serta karya kita. Kalau punya dana berlebih, ikuti
pelatihan menulis dari penulis yang sudah terbukti karyanya (P.S. Saya
merekomendasikan nama Ary Nilandari. Kalau ada pelatihan menulis dari beliau,
samber aja!)
2. Bagian
dari belajar adalah jangan ragu-ragu bertanya pada yang sudah lebih dahulu
menerbitkan karya di penerbit mayor. Jangan malu tapi juga jangan sok tahu…
hehehe….
3. Sekarang
zaman media sosial. Jangan ragu-ragu untuk menampilkan karya di media sosial. Tidak
sedikit penulis yang dilirik penerbit karena karyanya di media sosial.
Setelah tembus pertama kali di penerbit mayor yang
saya ceritakan di atas, saya mencoba peruntungan ke penerbit mayor lain. Kali
ini, saya mengirim sendiri, dan bukannya disarankan oleh siapapun. Naskah ini adalah naskah hasil pelatihan
menulis, jadi sudah bolak-balik ‘dibabakbelurin’ oleh pemberi pelatihan. Namun demikian,
kekawatiran tentu ada. Saya tak punya nama dan bukan siapa-siapa dalam dunia
kepenulisan. Baru pertama kali itu mengirim ke penerbit besar tersebut. Kemungkinan
ditolak masih sangat besar. Dengan deg-degan, saya kirimlah naskah saya itu.
Persis tiga bulan setelahnya, saya menerima kabar
kalau naskah saya diterima! Yeay!
Setelah itu, jalan menuju penerbit mayor terasa
sedikit lebih ringan dan lancar buat saya. Syukurlah! Satu fase sudah dilewati.
Saya tuliskan bukan untuk menyombongkan diri karena
faktanya tidak ada yang bisa disombongkan. Hanya saja, siapa tahu kisah saya
ini bisa jadi gambaran buat yang membutuhkan.
Selanjutnya, kita ke… GIVEAWAY yuuk!
“Sudah
pernah baca buku-buku saya? Manakah menurut teman-teman buku yang paling
menarik di antara buku-buku saya?”
·
Tuliskan jawabannya di kolom komentar di
bawah artikel ini
·
Share artikel ini ke facebook dan atau
twitter
·
Mention 3 teman TERMASUK SAYA
·
Saya menghargai sekali kalau Anda juga
mau menjadi teman saya di facebook dan follow twitter serta Instagram saya.
·
Akan dipilih SATU pemenang secara acak
untuk hari ini
·
Peserta yang mengikuti giveaway hari ini
berhak menjadi pemenang untuk kategori umum di akhir periode giveaway
·
Mohon tidak menuliskan hal lain selain
jawaban giveaway di kolom komentar dan mohon tidak membuka perdebatan apapun
·
Terima kasih. Let’s have fun!
11
Juni 2018
Pace
e Bene,
Agnes
Bemoe
No comments:
Post a Comment