Follow Us @agnes_bemoe

Wednesday 3 January 2018

2017 ke 2018

Saya memasuki tahun 2017 seperti petinju kalah KO, seperti lilin tersapu angin, seperti krupuk tersiram hujan. Babak belur. 2016 memang brutal buat saya. Sakit fisik yang turun naik, disambung sakit mental yang lebih turun naik lagi saya duga menggerogoti ketangguhan saya. Lalu suatu peristiwa di akhir tahun benar-benar menumbangkan saya. Peristiwa kecil sebenarnya tapi, seperti kata Poirot, itu semacam selembar jerami yang mematahkan punggung unta.



'Kebrutalan' itu berefek. Saya tidak bisa menulis. Awalnya saya anggap itu writer's block biasa, dan akan hilang dalam 1-2 minggu. Nyatanya saya keliru. Berbulan-bulan setelahnya saya masih menzombie di depan laptop.

Tentu saja saya menerbitkan buku. Tapi buku-buku yang terbit di tahun 2017 adalah hasil kerja tahun-tahun sebelumnya. Btw, sudah beli buku saya, belum?



Sungguh, saya tidak berharap banyak pada 2017. Tapi, saya tidak ingin ditinggalkan oleh harapan. Saya tulis di sebuah status fb: Hope is all I have to accompany me through this year. 

Nah, 2017 berakhir. Kemana harapan itu membawa saya?

Saya tidak banyak menulis tapi saya banyak jalan-jalan. Jalan-jalan yang tidak saya rencanakan dan tidak menggunakan uang saya (ya iyalah, duit dari mana mau keliling Indonesia. LOL)

Awal tahun, saya lolos seleksi Kemendikbud untuk penulisan naskah cerita rakyat dan budaya lokal. Karenanya, saya diikutkan di Bimtek (bimbingan teknis) di Bekasi dan kemudian pencarian data ke Kab. Kuantan Singingi, Riau(saya menulis tentang Pacu Jalur, tradisi masyarakat Kuantan Singingi). Saya belum pernah ke kedua tempat itu. Kuantan Singingi ternyata tempat yang eksotis. Banyak wisata alamnya yang menarik. Kapan-kapan, saya ingin ke sana lagi dan memuaskan diri mengunjungi tempat wisata alam di sana.

Di Bimtek Bekasi, bertemu dengan editor favorit dan penulis yang saya kagumi: Mbak Dhika dan Mbak Sophie

Di Perkampungan Adat di Taluk Kuantan



Lalu, saya diajak oleh seorang aktivis gerakan perempuan yang juga kakak asrama saya untuk menulis buku tentang pendidikan seksual. Ini membawa saya ke kota Jambi dan Medan. Ini juga kota-kota yang asyik buat dijelajahi. Jambi adalah kota tua yang cantik dan ayem. Melihat Jambi, saya teringat Malang. Medan, saya tak perlu cerita banyak, kota ini cantik, riuh, sangar, sekaligus cool... hehehe....

Di Istana Maimun Medan


Saya juga pergi ke Sorong karena diundang oleh OMK St. Gaudensius Sorong untuk memberikan seminar. Selagi di Sorong, saya diajak ke Raja Ampat! Ibarat durian runtuh, saya diruntuhi durian sepohon!

Di Raja Ampat

Jalan ke sana ke mari terasa seperti menyuntikkan obat buat saya. Saya gembira. Gembira dan bersyukur. Kalau saya lihat lagi, saya tidak merencanakan perjalanan-perjalanan yang menggembirakan itu. Tapi, itu terjadi.

Ketemu dengan kakak-kakak editor di kantor Gramedia

Oh iya, awal September, tiba-tiba saja kepala saya disambar ide. Yeay! Saya mulai tuliskan ceritanya. Belum selesai, tapi it was huge.

Sekarang, di sinilah saya, mengakhiri 2017 dengan perasaan yang gembira dan positif. Tahun 2018 ini, kalau sampai umur saya, saya akan berusia 50 tahun. Wow! Saya sendiri juga kaget. Emang saya udah setua itu yah? Saya masih suka mewek seperti anak kecil. Mimpi-mimpi saya juga mimpi yang 'kekanakan' banget. Enggak cocok buat wanita berusia 50 tahun. Tapi, we'll see, kan?


Eh, ada sedikit 'kecelakaan' kecil yang membuat saya agak muram di sepanjang Natal sampai Tahun Baru 2018. Tapi, ya sudah deh, saya jalani saja sekuatnya. Saya letakkan mimpi dan harapan saya pada butiran hujan yang gencar membasahi pagi pertama 2018. Saya berharap HOPE, teman lama saya, masih menyertai saya sepanjang tahun 2018. A little bit of luck will also be welcomed... xixixi....



Selamat Natal 2017 dan Tahun Baru 2018

***

Pebatuan, 4 Januari 2018
@agnes_bemoe

No comments:

Post a Comment