Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah
satu tujuan wisata rohani di Indonesia. Selain ritual Tuan Ma di Larantuka,
Flores Timur, tempat ziarah Maria Bunda Segala Bangsa di kota Maumere,
Kabupaten Sikka, merupakan salah satu yang patut dikunjungi.
Terletak sekitar 7 km dari Maumere, tepatnya di Bukit
Keling-Nilo, Desa Wuliwutik, Kecamatan Nita, patung perunggu yang didirikan
mulai tahun 2004 ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peziarah, baik
dalam maupun luar negeri.
Pebruari tahun 2008 lalu saya bersama dengan ibu dan paman
saya berkesempatan berziarah ke Nilo. Dari kota Maumere, ibu kota Kabupaten
Sikka, kami berangkat ke arah Barat Daya dan melakukan perjalanan sekitar 45
menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Melewati jalan lengang dengan hutan
bambu di kiri kanan jalan, akhirnya kami sampai di jalan masuk ke tempat ziarah
di bukit Keling-Nilo. Sampai di sini perjalanan jadi menarik. Karena patung
Bunda Maria Nilo didirikan tepat di atas bukit maka mulai dari beberapa
kilometer dari bawah bukit kita sudah bisa melihat patung Bunda Maria Nilo yang
berdiri anggun dari kejauhan. Pertama-tama patung Bunda Maria terlihat sangat
kecil, lalu lama kelamaan semakin besar dan semakin besar. Yang uniknya lagi,
seolah-olah kita memutari Bunda Maria, atau seolah-olah Bunda Marialah yang
memutari kita! Wah, sungguh asik menikmati perubahan pemandangan seperti itu!
Apalagi, suasana di sekeliling jalan masih suasana yang sangat alami, hanya ada
padang rumput dan pepohonan. Sungguh hijau dan segar! Namun, menurut paman
saya, saat itu bukit menghijau karena sedang musim hujan. Bila kita datang pada
musim kemarau, maka suasananya akan lain; kering dan kecoklatan. Wah, untung
saja saya datang ketika musim sedang indah.
Akhirnya, sampai juga kami di gerbang lokasi patung Bunda
Maria Nilo. Di sana kami harus mendaftar dahulu. Karena saat saya datang adalah
bulan Pebruari, maka tidak banyak pengunjung yang datang. Namun, ketika melihat
buku daftar pengunjung, saya terkejut sendiri: pengunjung ternyata tidak hanya
dari Flores, atau bahkan Indonesia saja. Banyak pengunjung dari Jerman,
Amerika, dan juga Jepang! Biasanya mereka datang pada bulan-bulan Mei atau
Oktober, bulan-bulan yang dikenal sebagai bulan devosi kepada Bunda Maria.
Untuk hari itu, nampaknya hanya saya dan rombongan saya saja yang jadi
pengunjung. Maka, areal ziarah Bunda Maria Nilo seolah-olah jadi milik pribadi
kami.
Dari portal ini kami masih harus berjalan kaki lagi sekitar
setengah kilo untuk sampai di lokasi tempat patung berada. Dan akhirnya,
sampailah kami di patung Maria Bunda Segala Bangsa. Melihat sendiri patung
Bunda Maria Segala Bangsa itu dari dekat sungguh sangat menakjubkan! Patung
yang memiliki tinggi sekitar 18 meter untuk patungnya saja, dan 28 meter bersama
dengan fondasinya itu tidak hanya sangat besar, namun juga sangat indah, dengan
latar belakang langit yang biru dan bersih!
Patung yang merupakan bangunan tertinggi di Kabupaten Sikka
itu berdiri di atas ketinggian 1.600 meter di atas permukaan laut, menghadap ke
arah utara kota Maumere. Jadi, patung Maria Bunda Segala Bangsa itu mengarah ke
laut Flores, dengan kota Maumere persis di bawahnya. Seolah-olah Bunda Maria
sendiri yang menjaga dan melindungi kota pantai yang cantik di daratan Flores
itu. Dari areal ziarah sendiri kita bisa melihat kota Maumere lengkap dengan
pantainya yang biru dan bersih di bawah. Dan konon, dari kota Maumere pun
patung Maria Bunda Segala Bangsa ini bisa kelihatan. Saya membayangkan, mungkin
persis patung Kristus Raja di Sao Paolo atau di Dilli.
Patung Maria Bunda Segala Bangsa sendiri dibangun di atas
pondasi beton berupa tiang empat kaki yang dicat kecoklatan dan dihiasi dengan
bermacam-macam motif tenun ikat Sikka. Di atas kepala patung Bunda Maria
terdapat bintang, sementara kedua tangannya terbuka. Kedua kakinya berdiri di
atas bola dunia yang dilingkari ular sambil memakan buah apel.
Di bawahnya disediakan tempat yang cukup luas untuk berdoa,
lengkap dengan lilin dan korek api. Tidak jauh dari situ dibangun juga replika
taman Getsemani, lengkap dengan patung Yesus yang sedang berdoa.
Patung yang dibangun oleh Tarekat Pasionis (CP) dengan kerja
sama umat ini diberkati dan dibuka secara resmi sebagai tempat ziarah oleh
Almarhum Uskup Agung Ende Mgr. Abdon Longinus da Cunha pada 31 Mei 2005, akhir
bulan Maria. Tidak lama setelah itu, tepatnya Desember 2005, Keuskupan Maumere
kemudian dibentuk dari wilayah Keuskupan Agung Ende. Bagi umat katolik Maumere
ini tentu merupakan berkat yang tidak terhingga. Sampai sekarang mereka percaya,
campur tangan Bunda Maria lah yang memungkinkan hal itu terjadi.
Patung seberat 6 ton ini juga ternyata tidak luput dari
masalah. Pada 21 Januari 2006, hujan lebat dan angin kencang yang selama satu
minggu penuh mendera kota Maumere menumbangkan patung Maria itu dari
pondasinya. Konon, tangan dan mahkota patung menyentuh tanah tetapi kedua kaki
patung masih tegak di atas bola dunia. Patung itu segera diperbaiki dan
dibangun kembali.
Setelah itu tercatat sebuah kejadian “aneh” lagi menimpa
patung tersebut. Pada tanggal 31 Agustus 2007 pagi hari banyak warga setempat
melaporkan bahwa patung Bunda Maria berputar selama beberapa menit. Otoritas
Gereja Katolik saat itu yang diwakili oleh P. Frans Fao, Vikjen Keuskupan
Maumere menanggapi fenomena ini sebagai momen untuk berefleksi dan tidak ingin
larut dalam sensasi yang ditimbulkan. Setelah itu tidak terdengar lagi berita
aneh-aneh tentang patung Bunda Maria Nilo.
Bagi saya sendiri, berziarah ke patung Maria, Bunda Segala
Bangsa, sungguh memberikan perasaan lain. Perasaan aman, damai, dan tenang.
Entahlah, mungkin karena melihat Bunda Maria yang begitu besar, namun anggun
dan teduh. Beliau berdiri di atas sebuah bukit hijau. Bila kita menatap
wajahnya, wajahnya seolah-olah bercahaya di bawah kilau sinar matahari. Langit
biru dan awan putih seolah-olah dekat sekali dengan beliau, dan sesekali
sekawanan burung terbang melintasi dan memencar di sekitar beliau. Wah, sungguh
saya tidak mau menukar pengalaman ini dengan apa pun!
SEDIKIT TIPS
Bila anda bermaksud berziarah ke Nilo berikut hal-hal yang
perlu anda perhatikan. Pertimbangkan untuk membawa makanan sendiri, karena di
sekitar tempat ziarah tidak dijual makanan. Ada warung kecil di bawah, dekat
gerbang masuk, namun makanan yang dijual di situ baru sebatas kue dan minuman.
Kota Maumere sendiri dapat dijangkau dari Denpasar atau
Surabaya dengan pesawat (biasanya Merpati). Jangan lupa langsung memesan tiket
pulang, karena biasanya sulit mendapatkan pesawat dari Maumere ke kota lain.
Penginapan dan makanan mungkin terhitung lebih mahal daripada kota-kota wisata
lain, oleh karenanya siapkan anggaran lebih untuk itu.
Perhatikan bahwa di Maumere tidak ada taxi resmi. Yang ada
adalah mobil-mobil pribadi yang ditambangkan. Kita memang harus agak bertarik
urat leher untuk menawar mobil semacam ini. Lebih baik lagi kalau anda sudah
tahu nama penginapan yang jadi tujuan anda, karena kalau tidak, anda akan
sangat kerepotan menghadapi para supir taxi ini. Dari Maumere ke Nilo sendiri
sebenarnya ada angkutan umum, namun, bila barang bawaan anda tidak banyak, anda
bisa naik ojek, dengan membayar Rp. 10.000,-.
Namun, percayalah, segala chaos di kota Maumere itu terhapus
begitu sampai di Nilo! (db)
oleh: Agnes Bemoe
Diposting ulang dari sumber: BUNDA MARIA DARI NILO
Baca versi Bahasa Inggrisnya di sini.
No comments:
Post a Comment