Beberapa hari yll saya mengalami hal yang tak mengenakkan. Saya mengkonfirmasi tentang sejumlah uang yang saya transfer. Tidak banyak sih, tapi karena menyangkut orang lain (yang titip ke saya), saya kawatir kalau transferan itu belum diterima. Saya konfirmasi juga karena beberapa kali nama orang itu belum tercatat sebagai yang sudah lunas. Awalnya saya pikir hanya salah tulis. Karena sudah berulang, saya tanyakan.
Konfirmasi saya di tiga media komunikasi tak berjawab. Akhirnya, dijawab, tapi kurang memuaskan. Karena kurang memuaskan, saya pertanyakan lagi. Jawaban yang saya terima adalah "saya sibuk!" Artinya, sedang tidak bisa diganggu. Okelah. Saya sampaikan saja bukti transfer berikut bukti percakapan bahwa ybs telah mengetahui transfer tersebut.
Terus terang saya terkejut dengan reaksi itu. Begitu sibuknyakah sehingga menjawab dengan lebih ramah pun tak bisa.
Kemudian, setelah melihat saya menampilkan bukti transfer dan percakapan, yang bersangkutan langsung mencek dan menyatakan lunas. Tidak lupa ybs minta maaf. Okelah, ternyata bila sebentar saja diprioritaskan, masalah yang sebenarnya sepele ini bisa selesai.
Tadi pagi, masih dalam rangka kegiatan yang sama, seseorang mentransfer sejumlah uang yang nilainya 10-15 kali lipat daripada saya. Dan luar biasa, dalam waktu singkat transferan ini direspon dengan ramah.
Saya teringat lagi akan apa yang saya alami. Apa karena jumlah uang saya 'recehan' ya, makanya respon 'sibuk' adalah yang terbaik buat saya.
Orang cenderung lebih hormat pada orang lain yang 'ada apanya', Yang punya kedudukan, uang, kepopuleran, atau pengaruh. Sebaliknya, orang meremehkan orang-orang yang tidak punya itu semua, yang 'apa adanya'.
Ketika sedang galau memikirkan ini, saya menemukan quote ini di fb: how other people threat you is their path; how you respond to them is yours.
Kutipan ini telak 'menonjok' saya. Saya tak punya kendali atas perlakuan orang lain ke saya. Yang bisa saya lakukan adalah mengendalikan respon saya. Iman katolik saya menuntun untuk mempersembahkan segala yang tidak enak yang saya alami kepada Salib Kristus. Dan itu yang akan saya lakukan: meninggalkannya pada Yesus dan tidak mengingatnya lagi. Amin.
Pembatuan, 28 September 2016
@agnes_bemoe
Tuesday 27 September 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment