Bertemu teman, apalagi
yang sudah lama tidak ketemu, pasti menyenangkan. Itulah juga yang sebenarnya
saya inginkan waktu ke Jakarta kemarin. Hasrat hati memeluk gunung, apadaya
tangan tak sampai. Dengan kondisi badan yang “sowak” begini, pertemuan dengan
teman hanya akan jadi beban buat teman tersebut.
Fidelis R. Situmorang |
Namun demikian, saya
bersyukur bisa bertemu dengan salah seorang idola saya, Fidelis R. Situmorang, seorang penulis
dan penyair. Saya baca karyanya sejak bukunya yang pertama “Remah-Remah
Kehidupan”, sebuah kumpulan puisi yang romantis dan manis banget. Indah dan
sangat menyentuh.
Saya langsung “jatuh
hati” sejak karya pertama itu dan terus mengikuti buku-bukunya sampai yang
terbaru, “Butir-Butir Hujan”. Walaupun semua buku Fidelis R. Situmorang terasa spesial
buat saya tapi ada dua buah di antaranya yang istimewa: “Pejaten – Dekat di
Hatimu” dan “PULANG”.
Hadiah dari Fidelis R. Situmorang buat saya |
Buku-buku itu sampai ke
meja saya 25 Maret 2014. Saat itu saya sedang pemulihan setelah disuntik SNRB
(Selective Nerve Root Block) karena sakit HNP (Herniated Nucleus Pulposus) atau
syaraf kejepit. Selain itu, saya juga sedang dalam tahapan penyembuhan depresi,
yang dipicu oleh sakit fisik saya. Intinya, saya sedang super ringsek, fisik
dan mental.
Dalam kondisi seperti
itu, membaca kedua buku Fidelis, terutama PULANG, seperti sebuah terapi buat
saya. Banyak sekali kalimat yang seolah-olah ditujukan pada saya, atau ingin
saya ungkapkan tapi tidak mampu. Saya benar-benar terhanyut oleh novel pendek
itu. Bukan hanya karena ceritanya yang kuat, dalam, dan menyentuh, tetapi juga
karena seolah-olah ada kedekatan dengan diri saya.
Saya bersyukur mendapat
hadiah dua buah novel pendek itu dari penulisnya langsung. Entah apa yang
mendorong Fidelis mengirimi saya novel itu. Beliau tidak tahu saya sakit dan
butuh bacaan yang menenangkan. Saya juga tidak pernah berkomunikasi sebelumnya,
apalagi minta dikirimi buku.
Jamak kalau kemudian
saya berharap bisa bertemu dengan penulis idola saya itu. Ingin tahu bagaimana
proses kreatif beliau sehingga karya-karyanya begitu menyentuh dan menggugah.
Fidelis
R. Situmorang ternyata sangat rendah hati. Ramah,
bersahabat, santun tapi kocak juga. Sangat menyenangkan bisa ngobrol langsung
dengannya. Menurut penulis yang lahir dan besar di Jakarta ini, cerita-cerita
yang ditulisnya mengalir dari kehidupan sehari-hari di dekatnya. Setting yang
dimunculkan dalam cerita juga yang beliau temui sehari-hari. Contohnya adalah
kantor BKN Cililitan (dalam novelette PULANG)
yang ternyata lokasinya berdekatan dengan kediamannya di Cawang.
Seperti saya duga,
Fidelis adalah pelahap buku sejati (jarang memang saya temui orang yang jago menulis
tidak suka membaca). Beliau suka baca apa saja, tapi, kata beliau, favoritnya
adalah buku-buku sejarah. Tidak heran kalau saya menemukan nukilan-nukilan
sejarah di beberapa tulisannya. Saya duga, beliau juga seorang researcher yang
tekun.
Penggemar kopi dan jazz
ini juga seorang pengamat yang teliti dan sangat memperhatikan detail. Dari
pengamatannya itulah beliau sering mendapatkan ide ataupun bantuan untuk
mengeksekusi ide. Kemampuannya mengamati dan merekam detail “sepele” di
sekitarnya inilah yang tampaknya membuat tulisan-tulisannya menjadi membumi dan
karenanya menyentuh.
Satu hal yang saya
pelajari dari beliau adalah kehati-hatiannya dalam membuat tulisan. Sangat
perlu membaca ulang sebuah tulisan dan jangan buru-buru memposting atau
mem-publish, itu pendapat beliau. Jangan sampai sebuah tulisan menyakiti atau
menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi pihak-pihak tertentu. Beliau juga
menghindari menggunakan kisah hidup teman sebagai bahan ceritanya walaupun
tidak bisa dihindari bahwa kisah hidup bisa mirip satu dengan yang lain.
Ah, andaikan bisa lebih
lama ngobrol dengan penyair yang baik hati ini pasti lebih banyak ilmu yang saya dapatkan. Sayangnya,
waktu saya tidak banyak. Namun demikian, saya sudah bersyukur sekali.
Mudah-mudahan suatu saat kelak saya diperbolehkan lagi berjumpa dengan beliau
dan menggali lebih banyak ilmu. Amin. Saya juga menantikan buku(-buku)
terbarunya (dengan tidak sabar) :D
***
Pembatuan, 27 Maret
2015
@agnes_bemoeResensi saya atas kumpulan puisi "Remah-Remah Kehidupan" bisa dibaca di sini: Mencicipi Remah-Remah Fidelis
Resensi saya atas novelette "Pejaten - Dekat di Hatimu" bisa dibaca di sini: Besame Mucho, Riri
Kesan saya atas kumpulan puisi "Butir-Butir Hujan" bisa dibaca di sini: Butiran Luka
No comments:
Post a Comment