Follow Us @agnes_bemoe

Saturday 12 November 2016

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: SEBUAH PESTA UNTUK SENJA

Judul Buku                  : Melukis Senja
Genre                          : Fiksi - Kumpulan Puisi
Penulis                         : Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja
Penerbit                       : Penerbit Pohon Cahaya, 2016




Tentang hal-hal yang tak terungkapkan,
aku ingin punguti apa-apa yang kau tinggalkan,
sajak cinta, senja, dan hujan,
lalu satu demi satu,
akan kueja bersama waktu,
karena selalu akan ada yang tak sama,
dalam setiap langkah kepergian,
yang menjadi rahim dari rasa kehilangan.
(Tentang Kehilangan, Hal. 89)

Puisi di atas seolah menjadi ringkasan atasantologi bertajuk “Melukis Senja”. Cinta, senja, dan hujan ditaburkan dengan indah di sepanjang buku 182 halaman ini. Dari ketiganya, senja seolah mendapat porsi sedikit lebih banyak sehingga tidak berlebihan kalau kumpulan puisi yang ditulis oleh Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja ini terasa sebagai sebuah panggung untuk senja.
Seratus empatpuluh puisi kamar; sembilanpuluh karya Tantrini Andang selebihnya karya Yusup Priyasudiarja mengalir dengan indah dan lembut sejak dari “Senja Tanpamu” sampai “Gerimis atau Hujan”. Konsistensinya sungguh patut diacungi jempol. Kelihatan sekali penulis memilih diksinya dengan cermat dan merangkaikannya dengan terampil. Tidak hanya konsisten dalam kualitas puisi, namun juga dalam hal penuturan. Saya kagum dan salut kepada kedua penulisnya. Puisi-puisi di buku ini seolah ditulis oleh satu orang yang sama! Karena menyangkut rasa, saya pikir hal ini tidak mudah.
Namun demikian, yang jauh lebih penting daripada diksi dan teknik pemuisian adalah kesediaan penulis untuk membuka diri secara jujur dan otentik, membiarkan pembaca masuk pada ruang batin si aku liris di setiap puisinya, dan karenanya membiarkan pembaca untuk ikut merasakan apa yang dirasakan si aku liris; entah rindu, rapuh, ataupun penuh harap.
Saya bersyukur atas terbitnya kumpulan puisi ini. Dunia tulis-menulis sekarang ini saya rasa sedang dirajai oleh tulisan yang bertabur kata-kata indah namun lebay tanpa makna. Antologi ini menunjukkan kepada kita bahwa kita bisa menggunakan kata-kata dengan indah dan anggun  sambil menitipkan makna yang dalam di setiap kata-katanya.
Selain karena puisi-puisinya yang seolah-olah membawa para pembaca terbang dengan awan-awan, saya salut dengan tata tulisnya. Tidak sedikit penulis –bahkan yang mengaku penyair- abai tentang tata tulis ini. Akibatnya, puisi yang sebenarnya indah menjadi berkurang nilainya. Syukurlah, puisi-puisi dalam antologi ini tidak mengalami penurunan nilai karena tata tulis yang ceroboh.
Namun demikian, ada beberapa hal yang mengusik saya. Yang pertama, tentang tema dan para penulisnya. Apa yang mengikat mereka? Apa bedanya kalau Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja menulis sendiri-sendiri dalam buku masing-masing? Saya teringat akan “Tiga Menguak Takdir”, karya besar tiga orang penyair Rivai Apin, Chairil Anwar, dan Asrul Sani. Mereka mengikat diri dalam tema mendobrak kekunoan pemikiran Sutan Takdir Alisyahbana saat itu dalam menginterpretasikan sastra. Kembali kepada “Melukis Senja”. Tentu saja tidak wajib ada semacam tema kuat pengikat keseratusempatpuluh puisi di dalam buku ini. Namun, saya pikir akan lebih kental seandainya Tantrini Andang dan Yusup Priyasudiarja bersedia menyortir lagi puisi-puisinya ke dalam sebuah tema yang lebih sempit.
Hal berikutnya adalah cover. Saya tidak mempermasalahkan ilustrasinya (saya dengar, cover bahkan digambar sendiri oleh Tantrini Andang, yang mana ini merupakan nilai lebih bagi kumpulan puisi ini). Hanya saja, untuk selera pribadi saya, cover terkesan suram.  Endorsement Joko Pinurbo yang diterakan di bagian cover pun seolah tenggelam dan agak sulit ditangkap. Dan ini, menurut saya, sangat disayangkan.
Namun demikian, terlepas dari itu, antologi puisi ini adalah buku yang sangat berharga untuk dimiliki dan dikoleksi. Saya sangat menikmati puisi-puisinya dan saya merekomendasikannya pada siapa saja yang gemar membaca atau menulis puisi.

***


Pekanbaru, 12 November 2016

@agnes_bemoe

1 comment:

  1. terima kasih mbak Agnes sudah bersedia mereview karya kami....luar biasa!

    ReplyDelete