Rumah-rumah sudah mulai meriah dengan pohon Natal dan harum kue kering. Lagu-lagu Natal mulai menyelip dimana-mana.
Natal sepertinya tak kenal duka, seperti seharusnya.
Seharusnya. (Pahit juga mendengar kata itu.)
Semua orang bergembira, seharusnya, termasuk aku. Sayang sekali, sulit bagiku menemukan alasan buat gembira. Sebaliknya, tak bisa kutahan sesak yang menggigit dadaku, dan yang lagi-lagi membuat mataku basah.
Di awal tahun ini kita sempat bertemu. Persis di hari ulang tahunmu. Rasanya seperti mimpi, bisa melihat langsung wajahmu. Merasakan sendiri dirimu, yang lembut tapi juga periang dan lucu....
Betapa tak terduganya waktu mengukir nasib.
Kini, ketika tahun ini hampir berlalu, ketika kita semua seharusnya bergembira menjelang Natal, aku malah kehilanganmu....
Andai aku punya kata-kata untuk melukiskan betapa limbungnya duniaku. Betapa tak ingin aku melihat matahari esok hari. Betapa berat rasanya udara yang kuhela.
Andai aku punya kata-kata, untuk menahan pergimu sejenak saja....
Sampai-sampai terpikir olehku, andai aku masih layak memohon pada Santa Klaus, aku akan minta dirimu.
Tapi, ah, sudahlah...
Berharap dan berkhayal hanya menambah luka.
Hampir Natal.
Dimanapun kamu berada, kuharap kamu selalu dipenuhi kebahagiaan. Kegembiraan dan kebahagiaan.
Selamat (menjelang) Natal.
***
Pembatuan, 13 Desember 2015
@agnesbemoe
No comments:
Post a Comment