Follow Us @agnes_bemoe

Wednesday, 15 April 2015

39 untuk Fito

Saya baru saja membuat sebuah buku kumpulan puisi.
Bukan berarti saya penyair yang mampu menghanyutkan pembaca dengan kata-kata. Saya bukan penulis puisi apalah lagi penyair. Buku itu saya buat sebagai kado ulang tahun bagi seorang teman.

Sebenarnya ini sejenis kado yang berisiko. Teman saya ini seorang yang sangat mahir merangkai kata. Ia penyair, malah. Memberinya sekumpulan puisi karya sendiri seperti memasakkan telor ceplok buat Chef Gordon Ramsey. Saya bukannya tidak menyadari.

Untukmu puisi-puisi ini kutulis.
Kepadamu, puisi-puisi ini kutujukan.

Entah kenapa puisi yang kugubah. Padahal aku bukannya mahir berkata-kata.
...

Itu yang saya tulis di Prolog untuk menunjukkan bahwa saya tahu benar kemampuan (atau ketidakmampuan?) saya menulis puisi.

Lalu, kenapa nekad memberikan kado puisi? Satu buku pula!
Saya tidak tahu. Tidak semua kenekadan bisa dijelaskan. Kalau ada penjelasannya, mungkin malah saya tidak jadi nekad.

Kembali ke buku puisi.

Kenekadan saya itu sudah sampai ke tangan teman sebagai kado. Syukurlah. Mudah-mudahan yang bersangkutan suka :D

Biar bagaimanapun "cerita boleh usai, puisiku pun berbatas kata..." (Epilog), tapi semoga pertemanan bahkan persahabatan ini tidak berbatas. Amin.

***

Pembatuan, 15 April 2015
@agnes_bemoe




No comments:

Post a Comment