Follow Us @agnes_bemoe

Thursday 14 November 2013

Ga Bisa Duduk! AAWW!!

Sudah seminggu ini, sejak tanggal 6 November, saya tergeletak di tempat tidur, tidak bisa duduk.

Setiap kali mau duduk, saya pasti menjerit-jerit kesakitan. Rasa sakit itu menusuk di daerah pantat, menjalar sampai paha belakang, belakang lutut, lalu betis.

Apa pasal?

Kursi!

Ya, inilah kebodohan tingkat internasional saya. Karena tidak memprioritaskan kursi, saya menanggung akibatnya.

Ceritanya begini.

Beberapa bulan lalu kursi untuk mengetik (semacam kursi kantor sederhana) milik saya rusak. Alih-alih mengganti dengan kursi sejenis saya malah menggunakan kursi plastik yang biasanya untuk teras. Supaya agak tinggi, saya sumpal dengan bantal.

Kursi semacam itu ternyata memang bukan untuk bekerja. Sumpalan bantal bukannya membantu, malah memperparah (kata sumber internet yang saya baca). Berat badan saya tidak tersangga dengan merata. Akibatnya ada otot yang bekerja lebih berat dari seharusnya.

Ini diperparah dengan "jam kerja" (eh, jam main deng...) yang mulai gila-gilaan. Dulu, saya menetapkan jam 8 - 15 untuk mengetik, dengan selingan makan siang. Lalu, karena saya merasa bisa meneruskannya sampai jam 18.00, saya tarik lagi jam main saya sampai jam itu.

Nah, jadi setiap hari hampir 10 jam saya duduk di kursi yang sebenarnya tidak sehat.

Hasilnya? Seperti yang saya ceritakan di atas. Saya tidak bisa lagi duduk.

Tentu saja tidak langsung parah. Sebelum-sebelumnya saya sudah merasakan 'cekot-cekot' di daerah pinggang bawah. Tapi, bila saya bawa baring sebentar, pasti hilang. Karenanya, saya tidak menganggap serius. Sampai itu tadi, tidak bisa duduk sama sekali.

Hari pertama, kedua, dan ketiga pun saya belum menganggap serius rasa sakit ini. Paginya hari pertama saya masih lari pagi dengan doggies saya lalu jalan-jalan kecil. Saya masih nyupir biarpun terasa sakit sekali kalau mau duduk. Pikir saya, kalau saya gosok dengan krem pereda rasa sakit, pasti hilang juga sakitnya.

Akhirnya, karena rasa sakitnya tidak juga berkurang, dan bukan hanya tidak berkurang, malah semakin parah, saya memutuskan untuk mengalah. Yang saya katakan semakin parah adalah saya tidak tahan berdiri lebih dari 15 menit, tidak bisa duduk sama sekali termasuk kalau mau ke belakang. Saya kesulitan memakai pakaian dalam. Saya tidak bisa mencondongkan tubuh saya untuk meraih sesuatu (bisa, tapi harus pelan-pelan sambil meringis-meringis).

Bersamaan dengan itu saya kena flu dan batuk. Setiap kali bersin atau batuk, saya seperti dicambuk. Sakitnya terasa di otot pantat!

Saya menyerah.

Hari Minggu saya tidak kemana-mana. Total baring di tempat tidur. Makan di tempat tidur. Minum di sana.

Pesan dari otot saya terima: "I meant it!" he said. Ya udah... I surrender...

(bersambung)

Pekanbaru, 15 November 2013
@agnesbemoe

2 comments:

  1. HAdewwww ini sih emang sakitnya para penulis sebenernya yang keseringan duduk dan lupa berdiri.

    Aku sering banget kaya gini mbak dan andalannya sih emang si mbok tukang urut. Tapi kalau diurut sakitnya minta ampun.
    Jadi kalau dah ada tanda-tandanya aku langsung deh tengkurep dan mita tolong anakku buat gosokin conterpain ke bagian yang sakit.
    Emang sih gak langsung sembuh, tapi setelah digosok beberapa kali rada lumayan.

    Terus kalau habis lama duduk aku juga sering tengkurep dan pelan-pelan mengangkat kepala sampai badan bagian perut dengan tumpuan kedua tangan, kaki tetap menelpel di lantai. Sambil tarik napas panjang selama beberapa kemudian menghembuskan dan kembali ke posisi semula. Setidaknya ini bisa membuat tulang belakang dari bagian leher hingga tulang panggul terasa rada enakan.

    ReplyDelete
  2. Waduh, pelajaran mahal dan membuat menderita. Mudah-mudahan lekas sembuh, dan kapoklah. (Indria Salim)

    ReplyDelete