Kami manggilnya Bu Adek. Nama lengkapnya sih 'Sri Rhaudah Basyaar'. Orangnya cantik dan pinter nari (ya iya, wong guru tari! :D)
Sebulan lalu (habis Lebaran) aku dapat berita: Bu Adek resign. Alasannya 'mau berobat dan kuliah lagi'. Hmm... iyakah? *curigesien mode ON
Sudah lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.... (sangking lamanya) aku mendengar berita tentang ketidaknyamanan guru di SMP. Apa sebenernya ini ya, yang jadi pendorong keluarnya bu Adek... *mikir, bertopang dagu...
Betewe, aku jadi teringat saat-saat bu Adek pertama kali masuk ke YPR.
Waktu itu lagi rame-ramenya demonstrasi guru. Guru di SMP pada mogok ngajar. Semua, bukan cuman 1 atau 2 guru. Yang nggak mogok cuman 4 guru dari 60-an guru :D (Aku masih ingat nama-namanya)
Nah, jadi saat itu juga yayasan mati-matian nyari guru. Waktu itu aku mbantuin HRD (sapa ya namanya?) karena Buk HRD yang terhormat orang baru + sakit + macem-macem. Aku menawarkan diri untuk mbantu. Dan itu kulakukan voluntarily. Catet: voluntarily!
Oke deh, nggak usah nyolot sendiri. Balik ke guru mogok dll.
Selain yayasan buka lowongan, aku juga bergerilya nyari guru. Guru-guru yang masih baik hati sama yayasan aku mintain tolong pasang mata, nyarikan guru. Termasuk salah satunya ke Bu Irni. Ibu ini ngajar nari. Bu Irni menjanjikan akan mencarikan guru tari dari sanggar-sanggar.
FYI aja, jaman itu, nyari guru susah. Guru yang diwawancarai belum-belum udah nanyak: "yayasannya mau ditutup ya bu?" #__# Intinya: guru-guru itu nggak percaya yayasan ini bakalan umur panjang dan mereka takut akan nasib mereka kalo jadi kerja di yayasan.
Jadi, begitulah situasinya: guru lama mogok, calon guru takut masuk. Nah!
Makanya, aku lebih memilih nyari guru dengan 'gerilya'.
Colek sana colek sini. Desak sana desak sini... hihi... termasuk Bu Irni aku tanyain terus, 'mana guru tarinya?"
Eh, suatu pagi yang indah, muncullah seorang ibu yang cantik rupawan. Dandannya modis, senyumnya manis. Ternyata ini dia orangnya: bu Sri Raudhah Basyar alias bu Adek.
Bicara-biciri sama aku, trus aku teruskan ke yang maha kurawa Ibu HRD Yang Terhormat. Singkat kata, bu Adek diterima.
Legaaa... satu orang guru masuk. Masih nyari puluhan guru lagi.. xixixi...
Eh, ternyata bu Adek orangnya asyik. Kreatif, seneng mencoba sesuatu yang baru, selalu maunya lebih lagi lebih lagi. Sound familiar ya... ya iyalah! Akyu juga kayak gitu... hehehe... Mungkin karena itulah kami cocok. Bedanya, bu Adek ramah dan ceria. Aku sudahlah jelek, galak, hidup lagi...! wkwkwkwk!
Setiap ada 17-an atau Sumpah Pemuda atau 10 November Bu Adek nggak pernah enggak bikin pagelaran tari dengan anak-anak. Padahal sekolah juga nggak minta lho. Beliau berinisiatif. Hasilnya, acara jadi meriah. Anak-anak senang. Event-event itu jadi berkesan.
Kalo ada lomba, nggak pake ba-bi-bu lagi Bu Adek mbikin tari dan nyiapkan anak-anak. Wes, pokoknya menurutku enak banget kerja sama sama bu Adek.
Selama kerja sama dengan bu Adek aku jarang ngerasa gondok (psst... kecuali musim mid, ujian, ato rapotan, itu memang musim gondok nasional). Mungkin-mungkin bu Adek yang musti sering ngelus dada karena aku yang .... ehem! ehem! (jahat, maksudnya... hihihi..)
Cumaaaan, memang sejak kepsek ganti dari Pak Mul ke Yth. Ibu Kepsek, SMP seperti pindah dari pelukan domba ke mulutnya harimau dan buaya sekaligus. Sejak itu orang-orang sering mengeluh. Who doesn't? Seperti budak di jaman Firaun. Seperti jewish di jaman Hitler. You name it lah...
Nah, nah, nah, waktu aku sudah out dari udara SMP, aku nggak pernah dengar lagi keluhan guru-guru SMP. Hanya beberapa gelintir aja yang masih suka curhat via BBM ato inbox fb. Terus terang, aku lega. Oooh... berarti keadaan udah berubah. Syukurlah...
Makanya, bak petir di siang bolong rasanya waktu dengar bu Adek resign. What's wrong? What happened? Kalo nggak ada apa-apanya, masak iya keluar? Maksudku, bu Adek yang aku tau bukan tipe orang suka duduk-duduk mawon di rumah (biarpun secara finansial beliau mampu). Sejak awal bu Adek bilang: "Ini eksistensi Adek, bukan uang yang Adek cari..."
Aku kembali ke masa 6 tahun lalu. Waktu yayasan susah banget cari guru. Guru lama mogok, calon guru enggan masuk. Menurutku, kesediaan bu Adek jadi guru dalam situasi itu adalah blessing buat sekolah dan yayasan.
Bayangkan, yang sekarang petantang petenteng jadi Ibu Kepsek Yth. dulunya dimintai tolong ngangkut tim dari yayasan dengan mobilnya aja ENGGAN. Alasannya nggak searah. Artinya apa, ketika susah, dia milih untuk aman. Nah, ini, yang udah bersedia jadi guru, mengajarnya pun baik, disayang juga sama anak-anak, mengapa...? *duh, gak sanggup ngomongnya...
Orang gampang lupa. Mungkin untuk yang seperti itu harus ada gegar otak langsung dari Tuhan, supaya ingat lagi.
Btw, bu Adek, terima kasih karena dulu mau menanggapi ajakan bu Irni. Makasih karena selama kerja sama, aku selalu teringat hal yang baik dan menyenangkan. Jangan kawatir, langit itu luas, jadi selamat 'tabang hambua'! Kita ketemu dalam kreasi-kreasi kita yaaa.... Mmuahh!
***
Pekanbaru
26 September 2012
11:25
Agnes Bemoe
Tuesday 25 September 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment