Kelegaan besar tahun 2023 adalah saya bisa mengambil kembali
hak atas naskah saya di suatu penerbit.
Sebenarnya miris ya, naskah kita tapi kita mesti bertempur
dengan jeleknya untuk bisa mendapatkannya kembali. Saya katakan 'bertempur dengan jeleknya' karena memang saya, sebagai pemilik naskah, mesti berusaha mati-matian mengambil kembali naskah saya. Dikata-katain sampai didiamkan tak ditanggapi, itu yang saya alami. Dan itulah yang bikin miris.
Bagaimana bisa penerbit bisa membuat keputusan yang berat sebelah dan memaksa penulis menyetujuinya. Bagaimana penerbit merasa berada di atas penulis. Apa yang diputuskan penerbit harus diikuti penulis tanpa bisa dinegosiasikan sedikitpun. Duh! Hubungan penerbit dan penulis itu kerja sama yang setara. Tak ada satu pihak yang berada di atas atau di bawah yang lainnya.
Penerbit ini mengatakan, kami hanya bermasalah dengan Ibu. Dengan penulis lain kami tidak ada masalah. Okay, saya bukan penulis lain. Kalau penulis lain merasa nyaman dengan ketidakadilan itu, silakan. Saya tidak. Masing-masing penulis punya pertimbangan tersendiri.
Akhirnya, Puji Tuhan, saya bisa mengambil kembali naskah saya.
Saya teringat lagi akan kejadian ini karena beberapa waktu yll saya baca artikel tentang lagu "I
Will Always Love You" karya Dolly Parton. Di tahun 70-an lagu itu akan
di-cover oleh Elvis Presley, Sang Raja. Waktu itu Dolly Parton "belum
apa-apa" berbanding Elvis Presley.
Miss Parton tentu saja senang. Bayangkan, The Elvis Presley
akan menyanyikan lagunya. Bayangkan publikasi yang ia dapatkan dan tentu saja
uang yang menyertai publikasi itu. Namun, di tengah prosesnya dia diberi tahu
bahwa pihak Elvis meminta separuh hak publikasi.
Biarpun sangat berat, Miss Parton menolak. Menurutnya
karyanya itu adalah 'anaknya', yang suatu saat akan berdampak pada anak cucunya
kelak. "You have to take care of your work," kata Miss Parton.
Dolly Parton tidak salah. Bertahun-tahun setelahnya lagu itu
melekat dengan nama Dolly Parton dan menjadi semakin terkenal.
Kira-kira seperti itulah yang terjadi pada naskah saya dengan penerbit. Saya menolak ketika ada indikasi naskah saya akan sulit saya dapatkan kembali. Kalau dibandingkan dengan kisah Dolly Parton di atas, Dolly Parton yang jelas-jelas akan mendapat keuntungan finansial yang tidak sedikit saja memilih mempertahankan lagunya. Nah, dalam kasus saya, apa yang ditawarkan oleh penerbit ini? Uang, jelas tidak. Nama? Berbanding penerbit itu, mungkin nama saya lebih dulu dikenal.
Dan saya BERSYUKUR saya berkeras untuk mempertahankan naskah
tetap pada saya. Jelek atau bagus naskah saya itu, entah saya penulis kemarin
sore atau terkenal, saya rasa pihak manapun tidak bisa mengambil keputusan
sepihak dan memaksa saya menyetujuinya. "You have to take care of your
work."
Pelajaran penting buat saya adalah kenali penerbit, terutama
penerbit yang belum kita ketahui track record-nya. Baca baik-baik surat
perjanjian penerbitan SEBELUM bekerja sama (kalau itu penerbit yang belum kita
kenal).
Pelajaran berharga di tahun 2023 buat saya sebagai penulis.
Bersyukur sudah berlalu dan semoga di tahun-tahun mendatang akan lebih baik
untuk kerja dan karya saya.
Selamat menyambut tahun baru 2024
***
Pebatuan, 31 Januari 2023
No comments:
Post a Comment