Seperti biasa, waktu tak pernah mau menunggu. Menunggu
sampai aku reda dari galauku, misalnya. Waktu melesat lari. Nah, hari ini sudah
sampai di hari pertama bulan ketiga tahun 2015. Kemana Februari?
“Tak terasa” adalah ungkapan yang nyaris klise. Tapi, benar:
tak terasa Februari berlalu. Sebelum semuanya ikut lenyap dari ingatanku, aku
mau menyusun lagi berkat yang Tuhan titipkan bulan kemarin.
Untuk urusan HNP (syaraf kejepit), sudah satu bulan lebih
aku bisa menyupiri adikku dari rumah ke sekolah. Bangga banget rasanya!
Awalnya, cuma melatih diri menyetir keliling perumahan, paling kurang 10 menit.
Lalu, aku coba-coba mengantar adikku dari rumah ke ujung perumahan, tempat dia
mencari oplet ke sekolah.
Lalu, pas tanggal 21 Januari 2015 (aku ingat persis, karena
itu Pesta Nama Santa Agnes), pagi-pagi sekali hujan turun. Deras. Nah, ini dia.
Paling sedih kalau sudah hujan. Terbayang pagi-pagi sekali (jam 5.00!) adikku
harus jalan menembus hujan, menunggu oplet. Di oplet juga pasti tidak nyaman
karena hujan. Lalu, turun dari oplet dia masih harus jalan lagi kurang lebih 1
kilo-an untuk sampai ke sekolah. Tidak tahan dengan bayangan seperti itu
membuat aku nekad. Bukannya mengantar hanya sampai ke ujung perumahan, pagi itu
aku mengantar adikku sampai ke sekolahnya!
Yaps, tentu saja adikku ngamuk-ngamuk. Dia kawatir aku
kambuh lagi kalau memaksa diri. Puji Tuhan, tidak kambuh. Terima kasih, Tuhan.
Tapi memang, perjalanan pertama dari rumah ke sekolah yang 60 menit itu terasa
lamaaa sekali! Tapi, yes! Sudah bisa duduk nyetir lagi.
Btw, keadaanku ternyata on-off. Kadang-kadang, muncul lagi
nyerinya kalau aku terlalu “lincah”. Itu yang menyebabkan aku batal pergi ke
Misa Jumat Pertama bulan Februari. Aku sangka sudah bisa, nyatanya, sehari
sebelumnya aku kembali merasa nyeri. Batal deh rencana ke gereja hari Jumat
itu.
Sampai pertengahan Februari aku masih memakai jasa driver.
Setelahnya, aku nyetir sendiri! Antar adikku sekolah dan renang. Biasanya, aku
kuat melakukan satu kegiatan sehari, misalnya antar adik atau renang. Tapi
sejak akhir Februari aku sudah bisa melakukan keduanya sekaligus.
Minggu terakhir Februai aku malah “ngluyur”: ke Grapari dan
ke Mall Pekanbaru. Dua-duanya untuk urusan BB-ku. Dan dua-duanya lumayan
sukses, dengan nyeri yang minimal (biarpun setelahnya aku langsung baring). Merasa
sudah bisa ngluyur, aku memakai kesempatan itu untuk… potong rabut, sekaligus
diwarnai. Menunggu proses pewarnaan, aku minta izin sambil baring. Untung,
pemilik salonnya membolehkan. Hasilnya, lumayan, aku sudah keren lagi :D
Tanggal 25 Februari kemarin aku mendapat suntikan Trilux
lagi. Ini adalah suntikan untuk pereda nyeri. Dan suntikan ini memang membantu.
Aku bisa beraktivitas dengan lebih leluasa. Mudah-mudahan dengan bantuan
suntikan ini aku bisa berobat ke akupunkturist HNP di Jakarta. Amin.
Februari juga memberi kabar yang luar biasa menyenangkan:
satu bukuku terbit! “Suatu Hari di Sungai Sey” terbit tanggal 23 Februari 2015
di Penerbit Tiga Serangkai. Yeay! Seneng banget! Hiburan yang menyenangkan
buatku.
Februari 2015 ini, tepatnya tanggal 14, aku memulai sebuah
bisnis (ciee… bisnis :D). Idenya milik temanku. Aku yang cukup gila untuk
mengeksekusinya.
Februari juga membawa kesedihannya sendiri. Tanggal 28
kemarin, Tengku Nasrudin Effendi (Tenas Effendi), budayawan besar Riau,
berpulang. Riau berduka. Pergi sudah gudang ilmu budaya Melayu Riau. Biarpun
sangat ingin, aku tidak bisa ikut mengantar beliau ke peristirahatannya yang
terakhir. Tapi, doaku buat ketenangan arwah beliau.
Mendiang Bpk. Tenas Effendi dengan "Nino, Si Petualang Cilik" |
Februari sudah pergi.
Sekarang, Maret di depan pintu. Apa yang terbaik yang bisa
kulakukan, selain mempersilakan dia masuk. Dia, dan segala berkat dan rahmat
yang ada padanya.
***
Pembatuan, 1 Maret 2015
@agnes_bemoe
Pertama... ehm... beneran rambutnya cakep, kliatan lebih fresh! :)
ReplyDeleteKedua, moga sehat teruuuus yah Mak
Ketika, ihiks... sediiih... kehilangan salah satu putra terbaik Riau T_T
Haii, Oci, lamo tak basuo...
DeleteAmiin dan tengkyuu buat doanya.
Dan iya, kehilangan besar atas berpulangnya Pak Tenas Effendi. Mudah-mudahan beliau beristirahat dalam damai. Dan semoga akan ada penerus beliau, yang giat merawat Budaya Melayu Riau.