Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday 26 January 2016

PITA DAN NURI

Pita terbang mendekati Nuri.
“Aku melihat Obie sedang bermain bersama Tutu dan Kiki. Mengapa engkau tidak bermain bersama mereka?”
“Obie? Tutu dan Kiki?” Nuri terperanjat. “Tidak! Aku tidak diperbolehkan bermain bersama mereka!”
“Lho! Kenapa?” tanya Pita keheranan.
“Orang tua mereka penjahat! Mama melarang aku main dengan mereka!”

Pita menghela napas. Obie, Tutu, dan Kiki adalah serigala-serigala kecil. Walaupun demikian mereka adalah serigala-serigala kecil yang manis dan lucu.
“Apakah mereka pernah berbuat jahat padamu, Nuri?” tanya Pita.
“Aku tak pernah mau main dengan mereka, jadi mereka tidak akan bisa berbuat jahat padaku.”

Kembali Pita terbang mengitari Nuri.
“Jangan begitu, Nuri. Mereka tidak jahat. Sebaliknya, mereka sangat lucu dan baik hati…”
“Tidak! Mama melarangku bermain dengan para serigala.” tukas Nuri.

Pita hanya bisa mengangkat bahu. Ia lalu terbang meninggalkan Nuri sendirian. Ia terbang menuju ke Obie, Tutu, dan Kiki yang sedang bermain petak umpet.
Ketiganya bermain dengan gembira sambil tertawa riang.
“Pitaa! Ayo ikut main bersama kami!” seru Obie.

Ketika sedang asyik bermain, tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan.
“Tolooooong!!!”
“Itu suara Nuri!” seru Pita.

Segera ia terbang menuju ke tempat Nuri. Obie, Tutu, dan Kiki ikut juga lari menyusul Pita.
Nuri, si kucing kecil, ternyata tersesat di atas sebuah pohon. Ia sangat ketakutan. Ia tidak bisa turun.
“Pita, tolong akuuuu!!!” teriak Nuri dengan suara putus asa.
“Tenang! Tenang!” seru Pita. Secepat kilat ia terbang mendekati Nuri. “Aku sudah di sampingmu. Engkau tidak akan jatuh asalkan engkau ikuti petunjukku ya…”

Pelan-pelan Pita menuntun kucing kecil itu turun dari pohon.
Namun, malang bagi Nuri. Tiba-tiba kakinya menginjak sebuah dahan yang sangat licin! Tak ayal lagi, Nuri terpeleset jatuh!
“PITAAA!!!!” teriak Nuri ketakutan.

Belum habis rasa takutnya, tiba-tiba Nuri merasakan sebuah tangan dengan kuku-kuku yang tajam mencengkeram pundaknya. Tangan Obie, si serigala! Nuri merasa akan pingsan saat itu juga! Ia tertangkap oleh serigala jahat!
Apalagi, ia mulai merasakan rasa sakit yang luar biasa di pundaknya. Kuku-kuku Obie ternyata telah mencengkeram dirinya. Nuri yang malang! Ia sungguh sangat ketakutan.

“Nuri! Nuri!” Terdengar suara Pita memanggil-manggil nama Nuri.
“Pita! Engkau sungguh kejam! Engkau meninggalkan aku sendirian bersama serigala-serigala jahat ini! Sekarang, tamatlah riwayatku. Huaaaa!!! Mamaaaa!!!” Nuri menangis sejadi-jadinya.
“Nuri! Tenanglah! Mereka tidak jahat!” seru Pita.
“Tidak jahat? Lihat, pundakku berdarah!” jawab Nuri sambil menunjuk pundaknya yang berdarah.
“Oke, pundakmu berdarah. Tapi lihat, di manakah engkau duduk sekarang? Lihat, di mana serigala-serigala yang engkau bilang jahat itu?”

Nuri melihat ke sekelilingnya. Ia terduduk di atas rumput. Ya, Nuri ingat Obie meletakkannya di atas rumput. Lalu, agak jauh dari situ Obie, Tutu, dan Kiki berdiri dengan tatapan cemas.
“Mereka belum juga memakan diriku, Pita?” bisik Nuri.
“Hush! Sampai kapan pun mereka tidak akan memakan dirimu! Kita semua bersaudara. Apalagi, mereka adalah anak-anak yang baik. Kalau bukan Obie yang menangkapmu tadi, engkau pasti sudah patah tulang karena terjatuh dari pohon yang tinggi itu!”

Nuri terdiam mendengar perkataan Pita. Ia lalu menoleh pada ketiga serigala kecil itu.
“Terima kasih, Obie. Maukah engkau bermain denganku?”
Obie, Tutu, dan Kiki tertawa senang.
“Maafkan aku, peganganku tadi terlalu kuat ya, sehingga bahumu sampai luka…”
Nuri mengulurkan tangannya menepuk pundak Obie.
“Biarlah. Supaya aku ingat, aku punya teman baik.”

Matahari bersinar cerah di atas Hutan Kumalama. Pita, Nuri, Obie, Tutu, dan Kiki bermain bersama.

***

Pembatuan, 27 Januari 2016
@agnes_bemoe

--------

Betapa tidak berhaknya kita merampas imajinasi anak-anak dan menjejalinya dengan pemikiran untuk membenci orang atau hewan tertentu demi sebuah kepercayaan yang sebenarnya adalah interpretasi kita terhadap apa yang kita percayai itu.

Cerita anak ini saya tulis karena keprihatinan mendalam saya atas sempitnya pola pikir manusia dan institusi sekarang ini. Kesempitan itu malah diajarkan dan ditularkan secara sistematis pada anak melalui cerita.

Seharusnya, cerita anak membawa anak untuk saling mengasihi, menyayangi dan menghormati. Seharusnya cerita anak adalah wadah tentang dunia yang ideal, yang tidak tersekat-sekat oleh interpretasi sempit orang dewasa. 

Agnes Bemoe 2016

-----------

1 comment: