Follow Us @agnes_bemoe

Sunday 30 June 2013

MEMBANGUN JEJARING DI BIDANG KEPENULISAN (BAGIAN 2 - SELESAI)

Di tulisan sebelumnya saya memaparkan tentang siapa saja yang potensial menjadi bagian dari jejaring kita. Berikut ini pemaparan sangat sederhana tentang bagaimana membangun dan merawatnya.

DIMANA, BAGAIMANA
Pada dasarnya jejaring bisa dibangun dimana saja. Namun, zaman sekarang ini penulis dipermudah dengan banyaknya media sosial. Penulis bisa mulai merangkai jejaringnya dari sana: milis, grup kepenulisan, page, blog, dan lain-lain.

Selain dunia virtual, tentu saja dunia nyata adalah tempat yang sempurna untuk mulai. Biasanya dalam event-event seperti peluncuruan buku, bedah buku, seminar, workshop, temu penulis, dll, kita bisa menemukan orang-orang yang tepat.

Tidak tertutup juga acara-acara lain yang tidak ada hubungannya dengan kepenulisan. Satu pengalaman pribadi saya membuktikan. Saya ikut dalam sebuah seminar mengenai pengembangan diri khusus untuk perempuan. Acara itu dibuka oleh istri Gubernur Riau, Ibu Septina Rusli Zainal. Saya memberanikan diri untuk memperkenalkan diri. Mengetahui saya penulis dan sedang berusaha menerbitkan kumpulan cerita tentang perempuan Riau, Ibu Septina memberikan nomor telepon Pusdatin Puanri (Pusat Data dan Informasi Perempuan Riau). Kerja samanya memang belum berhasil. Namun, tidak berarti juga akan gagal terus. Tidak tertutup kemungkinan di masa depan, saya rasa, untuk menjalin kerja sama lagi.

KUMPULKAN, PELIHARA, SARING
Dalam hal ini, penulis perlu pro-aktif: menampilkan karya, memperkenalkan diri, berbaur dengan penulis lain.
Secara teknis, penulis akan butuh daftar alamat, nomor telepon, dan atau alamat email yang teroganisir. Begitu kenal dengan seseorang, langsung simpan alamat kontaknya, langsung tandai pengelompokannya (penulis, editor, illustrator, dll. Kumpulkan sebanyak mungkin teman. Jangan dahulu disaring, apalagi menyaring dengan ukurang suka atau tidak suka pada orang tersebut.

Dalam hal mengumpulkan ini, lagi-lagi saya belajar dari pengalaman pribadi (maaf, referensi saya sejauh ini masih dari pengalaman pribadi). Waktu menjadi pimpinan sebuah sekolah saya memang memiliki kartu nama. Waktu jadi penulis, saya sama sekali tidak merasa perlu punya kartu nama seperti orang kantoran. Ternyata, saya salah. Ketika mengikuti kegiatan AFCC (Asian Festival of Children’s Content), saya sempat kikuk ketika dimintai kartu nama. Saya tidak punya! Dari situ saya berpendapat, tidak peduli anda penulis kecil, besar, pemula, kawakan, kartu nama penting.

Bila sudah berkenalan sebaiknya kita memelihara relasi yang sopan dan wajar. Tidak terlalu mengejar sampai terkesan merepotkan tetapi jangan juga terlalu dingin, seolah-olah hanya berhubungan bila perlu. Momen standar dalam persahabatan/pertemanan hendaknya diingat, semisal ulang tahun, keberhasilan menerbitkan buku, perayaan keagamaan, dll.

Catatan bagi saya pribadi: saya menghindarkan diri melihat orang lain HANYA DAN SEBATAS kepentingan kepenulisan. Bagi saya, yang sudah saya kenal adalah benar-benar teman/sahabat. Walaupun ia sampai detik ini yang bersangkutan tidak memberikan keuntungan apa pun buat saya, saya akan tetap dengan senang hati bertemannya.

Berikutnya, walaupun kita seharusnya mengumpulkan teman sebanyak-banyaknya, jangan lupa mengevaluasi dan menyaring pertemanan. Standar evaluasinya bisa bermacam-macam. Bagi saya pribadi, bila sudah terbilang tahun tidak lagi saling berhubungan, maka biasanya saya akan menyudahi pertemanan. Attitude juga salah satunya menjadi pertimbangan saya dalam memelihara sebuah pertemanan.


RAJUTAN JEJARING YANG MELEBAR
Pelan tapi pasti, kita melihat bahwa kita mengenal lebih banyak orang. Orang itu tidak jarang membantu kita mengenal orang lain lagi, dan begitu seterusnya. Di lain pihak, kita pun menjadi perantara bagi orang lain untuk saling kenal dan bekerja sama. Pendek kata, jejaring yang kita rajut melebar dan menjadi dua arah.

Sekian.

***
Ini adalah tulisan yang menginspirasi saya menuliskan artikel ini: Membangun Jejaring di Bidang Pendidikan

Pekanbaru, 1 Juli 2013
Agnes Bemoe

2 comments:

  1. Suka ulasannya Mbak Agnes :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, Mbak Maftuhah :) Sekedar bagi pengalaman yang seumur jagung... hehehe..

      Delete