Follow Us @agnes_bemoe

Monday 19 November 2018

Some Beautiful People I Met during UWRF 2018


Saya, di UWRF 2018

Bisa jadi saya akan dianggap seorang “social climber” karena orang-orang yang mau saya tulis ini adalah A-list persons. Biarlah. Kalau perlu saya buat tersurat, saya ingin menuliskan tentang keramahtamahan dan kerendahhatian, terutama dari orang-orang terkenal, dan bukannya mau numpang tenar pada nama-nama besar ini.
Btw, sering kan kita (saya ding) bertemu dengan orang terkenal yang kita harapkan benar momen pertemuannya. Ternyata, setelah bertemu, hehehe... gitu deh. Si orang terkenal bersikap ‘layaknya orang terkenal’... hihihi.... Karenanya, bertemu dengan orang terkenal yang bersikap sebaliknya adalah berkah.
Oktober 2018 lalu saya mengunjungi Ubud Writers and Readers Festival 2018. Tak nyana, di sana saya bertemu dengan sosok-sosok terkenal di dunia kepenulisan, baik nasional maupun internasional. Senang? Tentu iya! Bayangkan, yang biasanya hanya kita lihat di facebook, sekarang bisa kita temui sendiri!
Namun, yang sampai detik ini membuat rasa bungah saya tidak hilang bukan hanya karena mereka orang penting tapi terutama karena KEPRIBADIAN mereka. Mereka itu hangat, ramah, tidak merasa kalau mereka itu sejenis selebritas. Mereka seperti guys next door yang setiap saat bisa kita recoki dengan cerita kita.
Saya akan ceritakan empat sosok di antaranya ya. Saya sebutkan berdasarkan urutan bertemu.

Pertama, saya bertemu dengan Sergius Sutanto Sergius Sutanto on Youtube Sergius Sutanto on facebook. Beliau adalah penulis novel biografi Hatta, Mangun, dan Chairil. Beliau diundang ke UWRF 2018 sebagai salah seorang pembicara. Keren kan?

Saya dan Sergius Sutanto, Novelis dan Film Maker

Sebenarnya, saya sudah kenal dengan Mas Sergie. Kenal di facebook. Di facebook, beliau ramah sih, tetapi ya begitu, sepertinya irit bicara/komen. Dalam gambaran saya, beliau orangnya pendiam (cenderung jutek, begitu).
Di UWRF 2018 saya bertemunya tidak sengaja. Saya janjian bertemu dengan Ibu Maria Antonia Rahartati Bambang Haryo di Indus Caffee. Tiba di Indus, Ibu Tatty menelefon, mengatakan kalau beliau sudah kembali ke hotel karena ada keperluan mendesak. Hotel tempat Ibu Tatty menginap tidak jauh dari Indus, bisa dijangkau dengan jalan kaki. Jadi, saya keluar dari Indus menuju ke hotel itu. Nah, selagi jalan tulah saya melihat sosok yang sepertinya saya tahu: ya Mas Sergie ini.


HATTA, salah satu novel biografi karya Sergius Sutanto

Saya memberanikan diri menyapa.
Dan, eh, ternyata beliau ini tidak seperti yang saya bayangkan lho. Saya kira beliau akan menanggapi dengan dingin dan jutek (seperti bayangan saya tentang beliau). Ternyata, beliau malah ramah dan rame banget!
Karena beliau baik (hahaha...) saya pun akhirnya memutuskan ikut sessi beliau. Sessi yang bernas banget, tentang penulisan novel biografi. Tidak rugi mengikutinya. Apalagi kemudian saya dapat tanda tangan beliau di buku-bukunya! (Percayalah, saya pernah berusaha mendapatkan tanda tangan beliau di Jakarta tapi gagal. Itulah sebabnya saya menganggap beliau ini somse :p)

Yang kedua adalah Ibu Maria Antonia Rahartati Bambang Haryo Maria Antonia Rahartati Bambang Haryo on facebook. Pembaca blog ini pasti tahu Asterix kan? Nah, Ibu Tatty inilah orang yang paling bertanggung jawab atas terpingkal-pingkalnya kita semua ketika membaca Asterix. Ibu Tatty adalah penerjemah Asterix.

Saya dan Ibu Maria Antonia Rahartati Bambang Haryo

Ada beberapa kali Ibu Tatty selalu menekankan untuk mampir ke rumahnya kalau saya ke Jakarta. Saya tentu saja sangat bersedia dan senang sekali. Sayangnya, belum ada kesempatan ke Jakarta.
Nah, dari postingan saya di facebook, Ibu Tatty tahu saya sedang di Ubud. Kebetulan, beliau pun mengikuti UWRF 2018. Beliau mem-WA saya untuk bertemu di salah satu venue UWRF 2018. Tak terbayangkan senangnya hati saya, akhirnya ada kesempatan bertemu dengan Ibunda Asterix ini!
Setelah bertemu dengan Mas Sergie, saya buru-buru mengejar Ibu Tatty di hotelnya.
Di facebook dan WA Ibu Tatty ini super ramah. Ternyata, begitu bertemu, jauh lebih ramah lagi! Saya seperti bertemu dengan ibu saya sendiri, lengkap dengan omelan-omelannya karena saya ‘tidak patuh’.
Tak jiwit lho kowe!” katanya, waktu saya berkeras membuang sendiri sampah saya dan bukannya membiarkan beliau yang membuangkannya. Wah, pokoknya, di detik pertama saja saya merasa nyaman banget. Energi penerjemah berusia 76 tahun ini positif dan hangat banget! Jujur, saya pingin seharian main ke rumah beliau, sambil rujakan gitu, dan ngobrol ngalor-ngidul, girl to girl dengan beliau :D

Selanjutnya, saya bertemu dengan Shrabani Basu Shrabani Basu on Twitter. Jujur, karena kecupetan pengetahuan saya, saya tidak kenal beliau. Ketika diperkenalkan bahwa beliau penulis novel “Victoria and Abdul” barulah berdering lonceng di kepala saya. Beberapa minggu sebelumnya, tayang film “Victoria and Abdul” di FoxMovie. Saya tak tahu bahwa film itu berdasarkan sebuah novel biografi. Dan tak sangka bisa bertemu dengan penulisnya.
Shrabani Basu juga sebuah pribadi yang hangat. Kita bisa langsung merasakannya!

Saya dan Shrabani Basu

Beliau tidak menolak ketika saya minta berfoto dan tidak menunjukkan wajah kebal waktu saya mengatakan sudah menonton film “Victoria and Abdul” (berapa orang yang pasti mengatakan hal yang sama?). Beliau berbicara seperti berbicara dengan orang yang sudah dikenalnya lama sekali. Suaranya kecil dan bernada riang. Yang jelas, sebuah senyum selalu menghiasi wajahnya.


Victoria & Abdul, salah satu novel biografi karya Shrabani Basu

Nah, ketika berfoto (seseorang berbaik hati memfotokan kami dengan HP saya), entah kenapa, ada sedikit masalah sehingga foto harus diambil berulang kali. Mrs. Shrabani tidak tampak kesal atau merasa harus terburu-buru (padahal yang antri minta tanda tangan beliau buanyakk). Beliau malah tertawa cekikikan seolah-olah tidak ada masalah besar.
Wah, pokoknya menyenangkan banget bertemu dan berkenalan dengan penulis besar yang satu ini!

Yang terakhir adalah Innosanto Nagara Innosanto Nagara on Facebook. Lagi-lagi, karena kecupetan pengetahuan saya, saya tidak mengenal beliau. Disebutkan bahwa beliau putera Ikranagara. Tentu saja saya kenal Ikranagara. Maksud saya, Ikranagara aktor terkenal. Semua orang Indonesia pasti tahu.

Saya dan Innosanto Nagara

Innosanto Nagara ternyata ilustrator dan penulis BUKU ANAK. Sengaja saya tulis dalam huruf kapital untuk menunjukkan betapa bersemangatnya saya tentang ini. Di Indonesia, penulis buku anak dianggap warga negara kelas 10 di republik penulis. Orang tidak membaca dan atau membicarakan buku anak kecuali ditulis oleh seorang sastrawan atau penulis novel terkenal karena mereka dianggap penulis yang lebih serius. (Oke deh, berhenti marah-marahnya :D )
Nah, Mas Inno (kalau boleh saya panggil Mas) ternyata menulis serial novel anak yang tidak hanya memiliki tema yang menarik (yaitu politik) tetapi juga menjadi best-seller di Amerika, yaitu “A is For Activitst”. Ketika berbicara di seminar, Mas Inno sepertinya menyampaikan apa-apa yang menjadi uneg-uneg dalam hati saya selama ini (sebagai penulis anak di Indonesia).


A is for Activist, buku anak bertema politik yang jadi best seller, karya Innosanto Nagara

Karena merasa bertemu dengan sosok yang seide, sehabis seminar saya memberanikan diri bertemu minta berfoto. Saya juga memberikan novel anak saya yang berjudul “Aubrey dan The Three Musketeers” (Behind The Scene: Aubrey dan The Three Musketeers) sambil sedikit menceritakan bahwa tema-teman HIV/AIDS masih dianggap tema yang terlalu sensitif di Indonesia.
Eh, tak sangka lho, beliau menyimak dengan penuh perhatian penjelasan pendek saya, seolah-olah penjelasan itu penting buatnya. Wehh... salut banget dengan kerendahhatian penulis best seller ini!

Sampai detik saya menuliskan tulisan ini, saya masih merasakan senangnya bertemu dengan pribadi-pribadi dengan good and positive vibe tersebut. They all made people the met feeling better. Dan itu jauh lebih “sakti” daripada nama besar, bukan?

Oh ya, tentu saja di kesempatan itu saya juga bertemu dengan banyak orang lain yang sangat baik dan ramah yang tidak akan saya lupakan. Namun, untuk kesempatan ini saya tulisakan dulu empat sosok yang di atas ini ya. 

Pengalaman bertemu ini mengingatkan saya akan pesan Seseorang: Be Kind to One Another.  


***

Pekanbaru, 20 November 2018
@agnes_bemoe

No comments:

Post a Comment