Follow Us @agnes_bemoe

Saturday 4 June 2016

Guru, Sanksi, dan Lebay

Berabad-abad-abad-abad yang lalu saya jadi guru. Nyubit? Njewer? Pernah dong. Banyak saksi hidup di jagad fb ini yang bisa membuktikan bahwa saya suka nyubit dan suka ngejewer. Bikin petal rambut anak? Sama. Saya punya banyak saksi memberatkan. Did that make me bad? Do I have to feel sorry?



Saya tidak mendukung tindak kekerasan membabi buta pada siswa. Namun, dalam porsi yang tepat dengan konteks yang tepat, koreksi pada anak adalah tindakan membantu anak menyadari kekeliruannya.


Syukurlah, pada zaman saya jadi guru, tidak ada orang tua alay bombay dan super songong seperti sekarang, yang bahkan sampai memperkarakan dan "membalas" tindakan guru. Tapi, serius, kalau beneran ada yang seperti itu, hari itu juga saya antar anaknya pulang, dengan pesan besok ga usah kembali ke sekolah. Kalau orang tua murid sudah tidak percaya pada institusi sekolah/guru, carilah alternatif lain, homeshooling, misalnya. Jangan mengambil sikap songong terhadap sekolah.


Yang bisa saya pastikan, kemanapun anaknya disekolahkan, sampai kapanpun, dan dengan biaya berapapun, anaknya tidak pernah bisa lolos dari the rules of school of life: konsekuensi adalah bagian dari pilihan. Kalau karena sikap alay orang tuanya, anaknya tidak pernah belajar bertanggung jawab dan menerima konsekuensi, jangan salahkan siapa-siapa kalau hidup akan terus-terusan mengejarnya dengan serangkaian konsekuensi yang tidak bisa ditanggungnya.

***

Tulisan ini saya copy-paste dari status fb saya

Pekanbaru, 5 Juni 2016
@agnes_bemoe

No comments:

Post a Comment