Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday 7 April 2015

Ndut

Ada nggak yang percaya kalau saya pernah dipanggil "Ndut"? Kalau tak ada, saya bisa mengerti. Dengan berat badan 40 kg tinggi 161 cm seperti ini mungkin cuma yang siwer saja yang akan manggil saya "Ndut".

Kenyataannya, saya pernah dipanggil "Ndut". Waktu saya masih berumur 2 tahunan badan saya (katanya) gemuk, gendut, chubby. Makanya Om dan Mama Kecil yang merawat saya memanggil saya "Ndut".

Selanjutnya, pertambahan umur berbanding terbalik dengan berat badan. Saya bahkan tidak pernah mencapai berat badan ideal, apalah lagi gendut. Namun, seingat saya, saya tidak pernah panik dengan kekurusan saya. Yang panik biasanya orang lain. Mereka takut saya sakit. Padahal saya (cuma) kurus.

Mengenai sakit, satu hal yang selalu saya banggakan adalah biarpun kurus saya sehat. Waktu masih sekolah, saya lebih kuat lari (atau olah raga lain) daripada teman-teman yang lebih gemuk. Saya pun relatif jarang sakit.

Jadi, kurus tidak pernah jadi masalah buat saya.

Sampai ketika saya masuk RS Agustus 2014 kemarin. Ketika masuk BB saya 40 kg. Satu bulan di RS BB saya turun 5 kg menjadi 35 kg. Kata Suster, kurangnya berat badan membuat badan saya tidak punya cukup amunisi untuk melawan penyakit.

Saat itu saya melihat diri saya sendiri aja ngeri. Badan saya kuruuuuuus sekali. Kaki saya seperti ranting kering. Mirip media rangka manusia yang biasanya dipajang di laboratorium Biologi di sekolah-sekolah.

Itulah untuk pertama kalinya saya cemas dengan kekurusan saya. Dan untuk pertama kalinya juga saya ingin menambah berat badan.

Saya mendapat banyak saran dari teman facebook yang intinya: makan banyak dan sering. Masalahnya, saya tidak suka makan. Porsi makan saya juga kecil. Meningkatkan nasfu makan adalah perjuangan buat saya.

Tak nyana saya segera menemukan jawabannya. Nafsu makan saya meningkat drastis berkat renang (P.S. Saya berenang karena HNP). Sehabis berenang saya selalu kelaparan. Kalau sudah kelaparan saya bisa makan apa saja! Kelaparan juga membuat saya doyan ngemil.



Saya membuka hari dengan minum kopi decaf dan biskuit. Lalu sarapan nasi. Sekitar jam 10 saya makan buah. Lalu makan siang (nasi dkk) dan makan malam (nasi, kadang-kadang mi instant, bakso, atau sate). Di antaranya saya ngemil, mulai dari chocolate chip sampai marning (jagung goreng). Saya menutup hari dengan segelas yogurt home made (tanpa pengawet) campur buah (sirsak, tomat, buah naga, atau strawberry).

Bandingkan dengan sebelumnya: pagi segelas teh, siang nasi dkk, malam mie instant atau seringnya tidak makan. Itu tanpa ngemil.

Tidak heran kalau BB saya merangkak naik. Mula-mula 2 kg lalu 5 kg! Itu berarti saya sudah kembali ke BB awal saya yakni 40 kg. Ternyata, terakhir saya timbang BB saya 45 kg! Owaauww!

Saya belum bisa dipanggil "Ndut" pastinya. Tapi yang jelas saya tidak lagi sekurus media tengkorak di laboratorium Biologi.

***

Pembatuan, 8 April 2015
@agnes_bemoe

No comments:

Post a Comment