Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday 7 October 2014

"Sleeping with Enemy"

Bisakah anda bayangkan bahwa hal yang anda sukai malah jadi musuh besar anda? Hiiy... kok kayak "sleeping with enemy" ya?

Saya suka nulis. Saya suka baca.

Sangat sering saya menemukan oase dari kegiatan nulis atau baca. Waktu di rumah sakit saya sangu buku bacaan setumpuk. Kebanyakan buku-buku A. de Mello dan buku teman saya seorang penulis, Fidelis R. Situmorang. Saya suka buku-buku mereka karena menenangkan.

Dulu waktu masih jadi guru, saya meluahkan kemarahan dan frustrasi lewat tulisan. Waktu sudah jadi penulis, saya menulis dengan enjoy terutama karena saya bisa memuaskan fantasi kekanak-kanakan saya (saya penulis buku anak-anak).

Intinya, dua kegiatan itu, baca dan tulis, means a world to me.

Nah, makanya saya bagaikan disambar petir (idiih, suka banget lebay ya...) waktu saya saat-saat ini disarankan untuk tidak membaca dan menulis, khususnya fiksi. Lebih khusus lagi fiksi mellow. Kondisi saya sekarang sedang sangat peka. Impuls sekecil apapun bisa memicu reaksi berlebihan dalam diri saya. Dan itu tidak baik buat diri saya.

Saya pikir-pikir, ada benarnya juga perkataan psikolog saya itu. Saya suka buku-buku Fidelis R. Situmorang salah satunya karena tulisannya yang mellow walaupun tidak lebay. Anehnya, akhir-akhir ini, ketika sakit, setiap kali membaca tulisan Fidelis, saya langsung mewek. Tambah jelek meweknya kalau kebetulan membaca kalimat yang syahdu banget.

Saya sudah baca buku Fidelis ratusan kali. Harusnya saya sudah kebal dengan isinya. Bukannya kebal, saya malah seperti nonton telenovela paling memeras air mata. Herannya, baru akhir-akhir ini saja saya jatuh termehek-mehek. Dulu-dulunya sih merasakan sesuatu tapi tidak sampai mewek jelek begitu. Saya sampai tidak merasa nyaman lagi membaca buku-buku favorit saya itu.

Saya menemukan penjelasanannya dari psikolog saya. Kalau mau baca (atau menulis) lebih baik non-fiksi. Maka, kini, bacaan saya adalah majalah Tempo atau ke internet mencari biografi tokoh yang saya sukai.

Untuk menulis, ini yang agak susah. Dorongan untuk menulis puisi sedang besar-besarnya. Seminggu yang lalu saya kehilangan seorang teman yang sangat baik. Rasa kehilangan itu seperti terus mendesak saya menulis puisi. Padahal, kalau sudah menulis puisi, bukannya lega, tapi malah tambah mewek ga karuan, lalu mikir yang enggak-enggak.

Saya memeranginya dengan jalan menuliskan jurnal-jurnal seperti ini. Harapan saya tulisan-tulisan seperti ini bisa tetap meluahkan perasaan saya tanpa saya kemudian terseret terlalu dalam ke dalam perasaan saya sendiri (untuk kemudian susah keluar).

Iya, bener, kalau anda membaca tulisan ini anda pasti paham: saya tidak sedang menulis buat orang lain, saya menulis untuk diri saya sendiri. Saya sedang berusaha menyeimbangkan radar mellow saya yang sedang berat sebelah.

Tidak heran kalau anda tidak menemukan informasi atau apapun yang berguna di tulisan ini... hehehe.... Maaf ya, mudah-mudahan tidak lama lagi saya bisa menulis buat orang lain. Amin.

***

Pembatuan, 8 Oktober 2014
@agnes_bemoe

2 comments: